Category Archives: Ahmad Ridwan

Bencana Mulut

Tak salah bila pepatah nenek moyang kita dulu menyatakan dengan tegas ”mulut kamu harimau kamu” yang artinya, bahwa mulutmu yang tidak kau kontrol dapat menjadi penyebab utama kebinasaanmu bagaikan harimau yang siap memangsamu dan mencabik-cabik dirimu.

Tidak salah juga jika nenek moyang kita sebagai bangsa yang terhormat dan berbudi pekerti yang tinggi mengajari kita dengan ungkapan ”fikir dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna”

Berapa banyak korban dari buas dan kejinya mulut yang tidak dipikirkan matang-matang sebelum diucapkan, menghantarkan manusia ke dalam jeruji besi, menjadi sebab peperangan dan pertumpahan darah, perpecahan dan perceraian, bahkan pemberontakan.

Jika setiap orang di negeri ini, apalagi yang ditokohkan dan dijadikan panutan ummat mampu menahan diri untuk tidak berkata-kata sebelum dipikirkan masak-masak, untuk memilih kata-kata bijak yang tidak menyakitkan orang lain, takkan muncul kekacauan dan kerusuhan yang menguras energi bahkan bisa menghancurkan sendi-sendi bangsa.

Apalagi jika sosok tersebut berperan di panggung kehidupan sebagai alim ulama, dan cendikiawan, punya banyak pengikut dan pengaruh, seyogyanya lebih berhati-hati lagi dalam mengeluarkan statement yang bisa berujung fatal, benturan antara sesama ummat maupun aparat.

Ilmu yang butuh diterapkan dan dipelajari untuk menghindari kerusakan adalah ilmu diam, menahan lidah untuk berbicara, dan menahan tangan untuk bergerak menyebar celaan dan kebencian yang tidak pada porsinya.

Berapa banyak masalah yang remeh-temeh menjadi menggunung dan membesar karena bahaya lidah yang tak bertulang.

La haula walaa quwwata illaa billaah..

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى 

Kunci Sukses Dunia Akhirat

Berprasangka baik pada Allah adalah kunci kesuksesan seseorang dunia dan akhirat..

Allah itu maha pengasih dan penyayang pada hambaNya, lebih kasih dari ibu bapamu, bahkan dari dirimu sendiri yang kau kasihi dan cintai..

Karena itu Dia tidak akan pernah menzalimimu, menterlantarkanmu, membiarkan dirimu terpuruk dalam masalah, kecuali Dia akan berikan padamu solusi, keluarkanmu dari problem yang sedang kau hadapi..

Hal itu akan terbukti manakala kau yakin dengan janjiNya, berhusnuz-zhan dengan Dirinya. Dialah yang berkata dengan jujur: ”Aku ada sebagaimana prasangka hamba terhadapKu..”

Wahai orang-orang yang sedang dalam ujian..
yakinlah semua ujian kan berakhir, dan kau kan sukses menghadapinya bilamana..

bersamaNya selalu,
bersyukur dengan nikmatNya,
bertakwa padaNya,
menjalankan perintahNya,
menjauhi laranganNya,
senantiasa berzikir padaNya..

Orang yang melecehkan diriNya saja, dan menyatakan Dia punya Anak, punya Bini, tetap mendapatkan cucuran nikmatnya di dunia ini, apalagi engkau yang hanya menyembah padaNya, dan ikut rambu-rambunya..

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى 

Tidak Harus Dikenal

Apapun sumbangsihmu terhadap dakwah dan misi-misi kemanusian, akan selalu dicatat Allah Tuhan Yang Maha pemurah, baik namamu dicatat sejarah ataupun sosokmu raib tak dikenal di bumi.

Tak usahlah selalu mencari popularitas dengan “sepak terjangmu” di dunia, toh banyak pelaku sejarah Allah abadikan kisah mereka dalam Quran tanpa menyebut jati diri dan nama para tokoh tersebut.

Tak perlu tau siapa dan berapa jumlah pemuda Ashabul Kahfi, sebab Allah sembunyikan jati diri mereka karena hal tersebut tidak begitu urgen untuk kita ketahui, cukuplah perjuangan mereka dalam mempertahankan tauhid jadi pelajran abadi sepanjang masa.

Lebih dari mereka bahkan ratusan para rasul dan ribuan para Nabi, Allah sembunyikan kisah perjuangan mereka dalam berdakwah. Allah berfirman: “Para Rasul ada yang kami ceritakan padamu sebelumnya dan ada pula para Rasul yang tidak pernah kami kisahkan padamu..” QS: An -Nisa: 164.

Tak usah khawatir berbuat baik, sebab tak satupun dari kebaikan yang kau semai didunia hilang lenyap begitu saja, pasti kan kau tuai kelak dan diabadikan Allah dalam catatan amalmu.

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى 

Rajin Ibadah Masuk Neraka..?

Sobat, rahasia amal ibadah agar diterima Allah bukan apa yang zahir tampak oleh manusia, namun apa yang tersembunyi dalam dadamu itulah yang menjadi sebab dimasukkan ke surga atau dibenamkan di dalam neraka.

Rajin ibadah masuk surga..?

Belum tentu sob, perhatikan perkataan Senior Tabiin ini Said bin Jubair-rahimahullah:

‎إن العبد ليعمل الحسنة يدخل بها النار وإن العبد ليعمل السيّئة يدخل بها الجنة.

“Sungguh seseorang hamba terkadang melakukan ibadah yang menjadi penyebab ia masuk neraka, sebaliknya ada pula seorang hamba yang melakukan maksiat menjadi penyebab ia masuk ke surga..”

Penjelasan perkataan beliau di atas, bahwa terkadang banyak orang beramal ibadah,seperti puasa, sedekah, haji, umroh , tahajjud, silaturrahmi, memberi nasehat, berceramah, amar ma’ruf dan nahi mungkar,dst…namun dalam hatinya muncul sifat ujub, bangga, ingin dipuji, dipuja dan disanjung manusia, hingga membuat ia merasa hebat dan merendahkan orang lain, sombong, ingin populer, tersohor, dikenal dst.. yang menjadi penyebab ia dijungkir balikkan ke dalam neraka.

Sementara boleh jadi ada orang-orang yang berbuat maksiat, dosa-dosa besar yang dimurkai Allah, membuat hatinya selalu khawatir akan azab Allah, perasaan takut yang membuat hatinya risau berkepanjangan, merintih dengan sebab dosa-dosanya, membuat Allah Tuhan Yang Maha penyayang mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam surga-Nya.

Agar lebih jelas lagi, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadis Abu Hurairah yang maknanya:

”ada seorang ahli maksiat yang berpesan pada anaknya bila ia mati agar membakar tubuhnya hingga menjadi abu, kemudian menyebarkan abunya keseluruh penjuru manakala bertiup angin kencang. Tatkala ia mati anak-anaknya menunaikan wasiat tersebut hingga akhirnya jasadnya dibakar dan abunya disebar. Di hari kiamat Allah bertanya padanya (dan Allah lebih mengetahui darinya) sebab ia berwasiat demikian, maka ia berkata: ”karena takutku berjumpa denganmu Tuhan”, akhirnya rasa takut tersebut menjadi sebab ia diampunkan Allah dan dimasukkan ke surga..”

Dalam kisah lain diantara sekian jalurnya ada yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jundub bin Abdillah:

”ada dua orang yang bersahabat, yang satu ahli ibadah dan taat pada Allah , sementara yamg lain ahli maksiat, karena seringnya sahabatnya berbuat maksiat dan selalu dinasehati namun tak digubris, maka iapun marah dan berkata: ”Demi Allah tidak kan mungkin dosa-dosamu diampunkan oleh Allah selama-lamanya..”

Dihari kiamat Allah mengumpulkan keduanya dan bertanya: ”Siapa dulu (di dunia) yang bersumpah bahwa aku tidak akan pernah mengampunkan si fulan..? Sungguh aku telah mengampuninya dan mengugurkan semua amalanmu (dengan kesombonganmu)..”

Kesimpulan dari kisah-kisah di atas, orang bijak bukanlah orang yang menumpuk-numpuk amalan zahir namun lalai memperbaiki niat dan amalan hati, padahal ialah menjadi sebab Allah mengampuninya atau mengazabnya. Wallahu a’lam.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Pertemanan Sejati

Menciptakan pertemanan sejati tak semudah menciptakan permusuhan bebuyutan, untuk membuat permusuhan mudah dan sebentar, namun untuk menciptakan pertemanan sejati butuh waktu yang panjang, sepanjang lorong usiamu..

Apabila kau menemukan teman sejati, pegang eratlah dia jangan kau lepaskan selamanya, sebab teman seperti itu sekarang benar-benar langka..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Penghalang Sukses

Bila kau ingin sukses yang hakiki dan sejati, jangan pernah zholimi orang. Jangan kau ambil hartanya dengan tidak hak, jangan kau nodai kehormatannya dengan ghibah, fitnah dan namimah, jangan kau tumpahkan darah walaupun setetes dengan jalan yang batil.

Meski sesaat terlihat sukses di atas angin, punya mobil mengkilat, rumah mewah bertingkat, istri cantik memikat, jabatan tinggi berpangkat, yang membuat orang padanya datang merapat…

Pastikan itu hanyalah kejayaan yang semu, keberuntungan menipu dan kehancuran yang sudah menunggu.

Sering kusaksikan orang-orang semacam ini , berakhir kesuksesan awalnya dengan kehancuran.

Ia kusebut si “raja tega” yang tak perduli lagi dengan orang-orang yang dia zholimi. Menari diatas kesusahan kawan, berpesta pora dengan harta sahabatnya. Pinjam uang tak bayar-bayar, menumpuk hutang di sana-sini, menipu kawan-kawan seiring, menzholimi sahabat seperjalanan.

Dia tidak pernah merasakan betapa susah payah sahabatnya mengumpulkan uang seperak demi seperak, dengan mudah dia nikmati atas nama “pinjam dulu” yang pembayarannya tak ada ujung pangkalnya. Cukup baginya menebar sejuta janji palsu.
Atas nama kerja sama, membuat syirkah, usaha bareng dan seterusnya, dia tega, me “makan” kawan sendiri, menodai kesepakatan dibuat. Uang kawan habis ludes, tanpa pertanggung jawaban kecuali hanya mengandalkan “jurus mengelak” yang penuh dengan keculasan.

Pernah kukenal dan bermuamalah dengan orang yang semacam ini. Kulihat tokonya lengkap dan besar, kutitip jual padanya parfum yang nilainya tak seberapa, hanya ratusan ribu saja. Parfumku habis terjual namun uangnya tak kunjung diberi. Teliti punya teliti ternyata sebagian besar barang dagangan didalam tokonya adalah milik orang yang terzholimi sepertiku.

Setiap hari karyawanku menagih, serasa bagaikan kami yang berhutang padanya. Sudah puas karyawanku mendapat dampratan dan bentakan. Singkat cerita usahahnya hancur, ia raib entah kemana menghilang di telan bumi.

Orang-orang semacam ini yang banyak “menyampah” dipermukaan bumi ini, berjalan melanglang buana dengan “urat malu” yang telah putus. Bermuka bebal bak “muka badak” tanpa ekspresi bersalah sama sekali.

Setelah kufikir dan telaah, ternyata memang sudah menjadi ketentuan Allah bahwa orang zholim itu tidak kan pernah beruntung..

Allah berfirman:

إنه لا يفلح الظالمون

“Sesungguhnya tidak akan pernah beruntung orang-orang yang berbuat zholim..” (QS : al-An’am :21)

Lihatlah bagaimana akhir tragis kejayaan ummat-ummat terdahulu yang pernah berjaya dan memimpin dunia, sebagaimana kaum Ad dan Tsamud, Firaun dan Namrud, semuanya hancur binasa tak bersisa karena kezholiman.

Sahabat, bila kau mau sukses, maka jangan pernah berniat menzholimi orang, siapapun dia, insyaallah kujamin Allah kan memberkahimu dan memudahkan usahamu..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Kan Terasa Manakala Ia Pergi

Nikmat dari Allah berupa, anak istri, harta benda, karib kerabat dan lain-lainnya ghalibnya selalu kita anggap biasa dan tiada bermakna, kecuali bila nikmat-nikmat itu diambil oleh Allah, barulah kita sadar betapa berharganya nikmat titipan Ilahi tersebut..

Nikmat sehat kan terasa manakala sakit..

nikmat harta, pangkat dan jabatan kan begitu terasa manakala ia telah tiada..

nikmat sahabat, sanak saudara dan pasangan hidup akan selalu dikenang dan dirindu manakala mereka satu persatu pergi meninggalkan kita, pergi untuk tidak kembali lagi..

Pernikahan adalah nikmat besar yang tidak diberikan pada seluruh manusia, namun sayangnya sedikit sekali yang sadar bahwa itu nikmat besar, kecuali bila telah dipisahkan dengan kematian ataupun perceraian..

Alih-alih dapat pasangan baru yang sempurna diimpi-impikan bak pangeran dan putri turun dari kayangan, baru seminggu dua minggu menikah… barulah ia tau bahwa yang telah pergi meninggalkannya jauh lebih baik dan bernilai dari pahitnya apa yang dia reguk kini..

So, jagalah hati pasanganmu dengan akhlak dan budi pekerti mulia, dan syukuri dia yang telah dititipkan menjadi garis takdirmu. Pejam mata dengan sedikit kekhilafannya, daripada menenggak pahitnya penyesalan perpisahan dengannya kelak di kemudian hari..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Ikuti Proses

Pelangi kan terlihat indah setelah hujan..
Laut kan tenang bak cermin selepas badai..
Emas kan elok setelah disepuh..
Gaharu kan harum setelah di bakar..
Permata kan bernilai setelah di dulang..

Semua kenikmatan dan keindahan melalui proses.
Siapa yang tak sudi ikuti proses..
Tak kan pernah merasakan keindahan dan kelezatan.
Proses itu berat, melelahkan dan menyakitkan. Tak semua sanggup menjalaninya.

Mutiara menjadi berharga setelah lokan menyakiti diri bertahun-tahun, mengeluarkan zat nacre untuk melapisi pasir menjadi mutiara.

Tiada yang lebih indah – setelah melihat wajah Allah- dari surga firdaus.
Mahalnya surga tak pernah di dapat dengan berleha-leha.
Ia ditebus dengan kerja keras, penderitaan, darah dan air mata.

Sudikah kita melalui proses tuk menggapai surga itu..?

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

#COVID_19 : Mendung Kan Berakhir

Setiap orang kan mati, bila tidak dengan virus Covid 19, maka dengan hal yang lain. Bila hari ini kau selamat dari sebab kematian, mungkin esok, atau lusa. Bila kau lepas dari kejaran maut siang ini, mungkin nanti sore, malam atau besok pagi.

Hidup ini takkan kekal, bumi tempatmu berpijak tak abadi, hari ini kita melanglang buana menyisiri segala macam jalan diatasnya, entah esok atau lusa, kita kan mendekam di dalamnya.

Virus Corona datang untuk mengajarimu bahwa, kematian itu bisa datang begitu cepat menjemputmu, agar kau bersiap-siap selalu untuk menyambutnya.

Semua pintu-pintu dunia telah ditutup untukmu, mulai dari pintu masjid, pintu pasar, pintu sekolah, pintu kampus dll, ada satu pintu yang masih terbuka lebar untukmu yaitu pintu taubat.

Titik permasalahan bukanlah kapan dan bagaimana kau mati, inti masalah adalah bagaimana agar kau mati dalam kedaan husnul khotimah, dalam taubat dan amal sholeh, dalam ketaatan pada Tuhanmu.

Katakan kematian yang Engkau berlari darinya,sesungguhnya ia kan datang menemuimu, kemudian Kalian akan di Kembalikan pada Zat Yang Maha mengetahui segala yang ghoib maupun yang tampak, dan akan memberitahukan kalian tentang apa yang kalian lakukan. Qs: Aljumuah: 8.

Aku tak bermaksud mengajakmu pesimis menatap badai Corona yang sedang melanda ini, bukan pula memerintahkanmu untuk meratap dan bersedih menunggu kematian.

Tetaplah berusaha maksimal mengambil sebab, berikhtiar, menjaga jarak untuk sementara hubungan sosial, menghindari keramaian, selalu mencuci tangan, banyak berdiam di rumah, mengkonsumsi vitamin E dan C selalu. Bila semua prosedur telah kau lakukan, maka bertawakkallah pada Allah, dan katakan “tidak akan menimpa kita kecuali apa yang Allah tetapkan untuk kita, dan Dialah Tuan penjaga dan pemelihara kita”

Pastikan awan covid 19 yang berarak membawa mendung kematian, kan segera berlalu, pintu-pintu masjid kan segera kembali di buka, ka’bah kan kembali dikunjungi, kajian-kajian kan kembali semarak.

Duhai Tuhan Yang Pengasih dan Penyayang, ampuni kami dengan segala dosa-dosa kami, jangan haramkan kami untuk kembali bersujud di rumah-rumahMu, menimba ilmu di masjid-masjidmu, berthowaf dan bersa’i di Mekah dan Madinah yang kau Sucikan.

Batam,4 Sya’ban 1441/ 28 Maret 2020

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

#COVID_19 : Pelajaran Dari Peristiwa Penyakit Menular Di Suriah dan Mesir

BAHAYA PERKUMPULAN DI SAAT TERJADINYA WABA’

=======

Perhatikan apa yang terjadi pada kaum muslimin di mesir dan Suriah ketika mereka memutuskan berkumpul untuk berdo’a dalam rangka menghindari tho’un (penyakit menular) tanpa didasari dengan fatawa ulama yang mumpuni ilmunya. Mereka ingin mengganti ibadah do’a pribadi menjadi ibadah kolektif (dilakukan dengan berjama’ah) karena kebodohan mereka terhadap ketentuan-ketentuan syariat serta berpaling dari kebenaran Allah dalam syariat-Nya tanpa syariat yang lainnya.

Al-hafidz Ibnu Hajar al-Atsqolany –semoga Allah merahmatinya- berkata :
“Berdo’a dalam rangka menolak bala’ tidak terlarang dan tidak pula bertentangan dengan taqdir secara asal. Akan tetapi berkumpul untuk berdo’a (di saat waba’) sebagaimana ketika shalat istisqo’ adalah merupakan kebid’ahan, yang terjadi pada tho’un yang tersebar pada tahun 749 di Suriah.

Aku (Ibnu Hajar) membaca dalam juz yang ditulis oleh al-Munbijy, setelah ia mengingkari sekumpulan manusia dalam masalah ini maka ia (al-Munbijy) berkata : “Maka mereka berdo’a dan berteriak dengan suara keras. Kejadian itu pada tahun 763, ketika terjadi tho’un di Suriah. Disebutkan hal itu terjadi pada tahun 749. Saat itu manusia dan mayoritas tokoh negeri tersebut keluar ke padang pasir untuk berdo’a dan ber-istighotsah (meminta perlindungan). Maka setelah itu tho’un semakin merajarela dan tersebar padahal sebelum mereka berdo’a (secara berjama’ah) awalnya adalah sedikit. Dan tidaklah diragukan bahwa ini (bertambahnya korban tho’un) adalah disebabkan karena bercampurnya antara orang-orang yang sakit dengan orang-orang yang sehat dan tersebarnya tho’un diantara mereka.

Aku (Ibnu Hajar) berkata :
“Dan peristiwa ini telah terjadi di zaman kami, yaitu kejadian pertama tho’un di Mesir pada tanggal 27 robiul akhir pada tahun 833. Pada saat itu jumlah yang meninggal kurang dari 40 orang, kemudian mereka keluar ke padang pasir pada tanggal 4 jumadil al-ula, setelah diserukan kepada mereka untuk berpuasa selama 3 hari sebagaimana dalam shalat istisqo’. Kemudian mereka berkumpul, berdo’a selama satu jam lalu mereka pulang. Maka tidaklah berlalu sebulan melainkan jumlah korban yang meninggal menjadi 1,000 orang setiap hari, bahkan kemudian bertambah.

Dan tidaklah diragukan lagi bahwa ini (bertambahnya korban tho’un) adalah disebabkan karena bercampurnya antara orang-orang yang sakit dengan orang-orang yang sehat dan tersebarnya tho’un diantara mereka”

Kemudian beliau (Ibnu hajar) mengatakan :
“Seandainya perbuatan mereka ini (berdo’a dengan cara jama’i) disyariatkan niscaya tidak akan terlewatkan oleh kaum salaf, demikian pula para ulama negeri dan orang-orang yang mengikuti mereka di masa yang telah lampau.

Dan tidaklah sampai kepada kita berita apapun dalam hal tersebut atau tidak pula atsar dari para ahli hadits dalam hal ini dan bahkan tidak ada bahasan secuilpun dari seorangpun dari kalangan ulama fiqh (yang dinukil dalam masalah ini)”

[Dari kitab Hukmu at-tada’I li fi’li at-thaat fi an-nawazil wa as-sadaid wa al-mulimmad (17-21). Karya. DR. Nuroh bintu Zaid Ar-Rusud]

Alih Bahasa
Al-faqir ila afwi Robbihi
Abu Harits, Hamidin as-Sidawy
(14/07/1441 H)

Diposting oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/ahmad.ridwan.921230/posts/2910971025616382

 

*خطر الاجتماعات أيّام الوباء*

انظر ماذا حدث للمسلمين في دمشق والقاهرة عندما قرروا أن يتجمعوا للدعاء لدفع الطاعون دون فتوى الراسخين في العلم وأرادوا تحويل العبادة الفردية في التضرع إلى جماعية جهلاً بضوابط الشرع وإعراضاً عن حق الله في التشريع دون غيره.

قال الحافظ ابن حجر العسقلاني رحمه الله : فليس الدعاءُ برفعِ الوباءِ ممنوعاً ولا مصادماً للمقدور من حيث هو أصلاً ، وإنما الاجتماعُ له كما في الاستسقاءِ فبدعةٌ حدثت في الطاعون الكبير سنة (٧٤٩) بدمشق.

فقد قرأت في/جزءالمنبجي/بعد إنكاره على جمع الناس في موضع، قال : فصاروا يدعون ويصرخون صراخاً عالياً ، وذلك في سنة (٧٦٤) لمّا وقع الطاعون بدمشق ، فَذَكَرَ أن ذلك حدث سنة (٧٤٩) وخرج الناس إلى الصحراء ومعظمُ أكابرِ البلدِ فدعوا واستغاثوا ، فعَظُمَ الطاعونُ بعد ذلك وكَثُرَ وكان قبلَ دعائِهم أخفُّ ! ( ولاشك ان هذا بسبب اختلاط المريض بالصحيح ).

قلت : الحديث لابن حجر
ووقع هذا في زماننا حين وقع أوَّلُ الطاعونِ بالقاهرة في ٢٧ من شهر ربيع الآخَر سنة (٨٣٣) ، فكان عددُ من يموتُ بها دون الأربعين ،فخرجوا إلى الصحراء في ٤ جمادى الأولى بعد أن نودي فيهم بصيام ثلاثة أيامٍ كما في الاستسقاء ، واجتمعوا ودعوا وأقاموا ساعةً ثم رجعوا ، فما انسلخ الشهر حتى صار عددُ من يموت في كل يومٍ بالقاهرة فوق الألف ثم تزايد !
(وهذا أيضا بسبب اختلاط المرضى بالأصحاء وانتشار العدوى بينهم)

إلى أن قال أنه لو كان مشروعاً فِعلُهم ما خفيَ على السلف ثم على فقهاء الأمصار وأتباعِهم في الأعصارِ الماضية ، فلمْ يبلغْنا في ذلك خبرٌ ولا أثرٌ عن المحدِّثين ، ولا فرعٌ مسطورٌ عن أحدٍ من الفقهاء .

من كتاب/ حُكْمُ التداعي لفعل الطاعات في النوازل والشدائد والملمات ١٧-٢١

أ.د.نورة بنت زيد الرشود

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19