Category Archives: Ahmad Ridwan

#COVID_19 : Agar Tidak Tertular Atau Menularkan

Bismillah..

Kita bukan sedang berbicara tentang takdir dan kematian yang pasti datang, tetapi kita berbicara tentang ikhtiyar dan upaya menjauhkan diri dan orang lain dari virus Corona.

Bukan saatnya lagi keluar rumah “petentengan” ke sana ke sini, meremehkan dahsyatnya penularan covid 19 ini.

Bukan saat yang tepat meyakinkan diri hanya cukup baca do’a, zikir, ruqyah dan semacamnya dengan meninggalkan sebab bercampurnya orang sakit dengan orang sehat di pasar, pusat keramaian, acara-acara pengajian, resepsi pernikahan bahkan di masjid-masjid.

Nabi yang menyatakan “la ‘adwa- tiada penyakit menular(dengan sendirinya)” tetapi Beliau juga yang memerintahkan “berlarilah engkau menghindari orang yang terjangkiti kusta sebagaimana engkau berlari dari singa”

Virus Corona ini memang dampak klinisnya tak langsung, mungkin setelah beberapa hari baru kita kan terperanjat bahwa musibah ini adalah “bola es” yang awalnya jatuh dari puncak kecil untuk kemudian menjadi gunung es menghancurkan semua yang dilewati.

Mungkin dirimu tak sadar engkau pergi kemana-mana membawa virus yang kau sebarkan ke khalayak ramai. Mungkin pula kau tak merasa orang-orang yang kontak berinteraksi denganmu ternyata sedang menularkan virusnya padamu walau semua tentunya dengan izin Allah.

Menyepelekan himbauan untuk tetap di rumah, bisa merubah negeri ini bagaikan Italia yang dua minggu masa inkubasi mereka remehkan dan sepelekan, mereka tetap keluar rumah, berkeliaran, berdarmawisata dan berpesta pora, selepas itu mayat-mayat mereka mati bergelimpangan.

Negeri kita dan sarana prasarana kesehatan kita, berupa rumah sakit, tim medis, tempat inkubator dll tidak akan mampu menghadapi kedatangan puluhan pasien dalam satu waktu, apalagi ratusan pasien.

Tidakkah kau lihat bagaimana tim medis dari para dokter maupun perawat banyak yang sudah terjangkiti bahkan ada yang wafat disebabkan resiko yang tidak dapat dihindari buah dari berinteraksi dengan orang yang sakit..?

Masa ini adalah masa ber-uzlah-menyendiri- di rumah-rumah, banyak berzikir dan beristighfar, mendawamkan qiratul Quran, menangisi dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Semoga saja Allah yang maha Pengasih dan Penyayang , mencurahkan rahmatNya pada kita, segera mengangkat musibah ini dari kita.

Degub kerinduan ke masjid, memang sulit dibendung, denyut nadi untuk menghadiri kajian selalu datang menghantui, namun bersabar dengan menahan diri ke masjid lebih selamat dari tertular atau menularkan orang lain.

Virus corona memang berasal dari satu orang, namun tak disangka satu orang sakit itu dapat merusak ratusan bahkan ribuan orang sehat karena interaksi.

Batam, 27 Rajab 1441/22 Maret 2020

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

Ikhlas Itu Berat

‎Berkata Syeikh Muhammad Sholeh Ibn Utsaimin rohimahullah, 

‎« والإخلاصُ يا إخواني صعبٌ والإنسانُ لا يخلو من رياءٍ ولو يسيرًا ، ولا يخلو من إعجابٍ بنفسِهِ ولو يسيرًا أعـاذنا اللهُ وإيَّاكُم من ذلك.

‎ فطهِّر قلبك ، وٱجعل عملَكَ خالصًا للهِ تعالى ، فأنتَ عبدُ الله ، لستِ عبدًا للخلق ، والذي ينفعُكَ ويضرُّك الله ، والذي يدخلكَ ‏الجنةَ وينجيك من النَّارِ الله ، والذي بيدِهِ ملكوتُ كل شيءٍ الله » .

‎شرح مشكاة المصابيح (1 / 143)».

“Ikhlas itu berat wahai saudara-saudaraku, dan manusia selalu saja tergelincir dalam riya meski sedikit, terkadang merasa diri hebat walaupun sesekali, semoga Allah selamatkan kalian darinya.. 

Maka sucikanlah dirimu..! Jadikanlah amalanmu ikhlas hanya untuk Allah semata, sebab engkau adalah hamba milik Allah bukan hamba milik manusia, dan yang mampu mendatangkan bagimu manfaat dan menolak mudarat hanya Allah, yang memasukkanmu ke dalam surga atau menyelamatkanmu dari neraka hanya Dia, hanya Dia pula yang ditangannya kerajaan langit dan bumi..”

(Dari Kitab Syarh Misykat Almashabih 1/143)

Batam, 17 jumadal akhir 1441/11 Feb 2020

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

Hati Yang Kering

Ibarat tanaman yang gersang manakala tidak disiram, begitupula hati kan mengering apabila tak pernah disirami dengan air wahyu. Dari mengering lambat laut hati itu kan menjadi mati sebagaimana matinya tanaman tak disiram.

Berkata Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz Rohimahullah,

فإن الانسان إذا كان لا يحضر حلقات العلم ولا يسمع الخطب ولا يعتني بما ينقل عن أهل العلم فإنه تزداد غفلته وربما يقسو قلبه حتى يطبع عليه ويختم عليه فيكون من
الغافلين(الفتاوى ١٢-٣٣٤)

“Bila seseorang enggan menghadiri majlis ilmu, tidak pula sudi mendengar khutbah (kajian), malas dan tidak perduli dengan pencerahan dari para ulama, niscaya akan semakin bertambah lalai dan keras hatinya bahkan tertutup, jadilah ia dari rombongan orang-orang yang lalai”

Bila tanaman mengering takkan pernah mampu memberikan buah yang segar dan daun nan hijau yang menyejukkan pandangan mata, demikian juga hati yang mengering takkan mampu memberikan buah ilmu, iman dan amal, tidak pula mampu menumbuhkan ranting dan dahan-dahan ketaatan.

Hati yang kering takkan pernah merasakan nikmatnya taat, sekalipun ia melakukannya, maka hanyalah sebatas gerakan ritual tanpa makna.

Sebagaimana tanaman kan mengering dan mati bila dihinggapi hama maupun benalu ganas yang menyerap makanannya, maka demikian juga hati kan mengeras dan mati bila digerogoti benalu kesyirikan, ujub, riya, sum’ah dan segala macam bid’ah maupun syahwat.

Menjaga hati agar tetap segar bugar hendaklah seseorang senantiasa membasahi lidahnya dengan dzikrullah, mengasah mata hatinya dengan ilmu dan ma’rifat, mengosongkan jiwanya dari bencana hasad, takabbur dan nifaq.

Orang yang jauh dari majlis ilmu dan ulama hakikatnya adalah orang yang sedang menyiksa batinnya dan membunuh akar iman dan agamanya secara perlahan.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

Di Dunia Ini Ada Syurga

Orang sengsara adalah orang yang tak pernah menikmati syurga dunia. Didunia ini ada syurga, bagi sesiapa yang tak pernah masuk menikmatinya takkan pernah masuk menikmati syurga akhirat.

Begitulah kira-kira ungkapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah sebagaimana di nukil sang Murid Ibnul Qoyyim.

Sekalipun dalam penjara Qal’ah yang terkenal sadis di negeri Damaskus, ia menyatakan betapa besar rahmat Allah atasnya yang tak dapat ditukar dengan dunia seisinya.

Dari balik jeruji besi ia tersenyum menatap aparat yang memenjarakannya sembari berkata: “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku padaku, syurgaku ada dalam hatiku, ia bersamaku kemana saja kupergi, sekiranya mereka membunuhku kuharap mati dalam keadaan syahid, bila mereka memenjarakanku itula waktu berkhulwat dengan Tuhanku, bila mereka mengasingkanku maka itulah siyahah berpelesir di jalan Tuhanku”

Kemudian beliau membaca ayat dalam surat Alhadid:

فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ [الحديد : 13]

“Maka dipisahkan antara mereka dengan pagar berpintu, bagian dalamnya ada rahmat sementara sisi luarnya penuh adzab”

Syurga yang dimaksud adalah syurga hidup dibawah naungan iman, dalam kenikmatan samudera cinta Arrohman, berkayuh dengan bahtera kerinduan padaNya, dalam sepoi angin yang menggiring layar ma’rifatullah kepada jalan RidhoNya.

Syurga itu adalah perasaan indah merasakan manisnya buah iman dan taat, meski tak berhias mahkota dan gelimang harta, tak berjabatan dan bernasab mulia.

Syurga itu kan membuat kau tenang ketika orang gelisah, membuat kau tentram ketika dunia gundah, senyap berkhulwat dengan Nya dalam keramaian, tak merasa sepi bersamaNya meski dalam pengasingan.

Bila tangisan makhluk tertumpah dalam ratapan dunia yang tak terwujud, ambisi pangkat dan jabatan yang terluput, maka tangisannya tertumpah di atas sajadah-sajadah cinta dan mihrab-mihrab rindu pada Allah sang kekasih.

Duhai Tuhan, betapa kerinduan mencapai maqom itu terkadang menyesakkan dada, menyempitkan qalbu ini. Sampaikan kami yang naif ini pada jenjang itu…

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

Waktumu.. Bahagiamu Atau Celakamu

Suatu hari Syeikh Jamaluddin Alqasimi-salah seorang ulama Syam-melewati kedai kopi menyaksikan orang-orang yang membuang-buang waktu duduk bermain catur dan berbual-bual tanpa makna, maka ia berkata: “Aduhai.. sekiranya waktu mereka bisa kubeli niscaya kan kubeli untuk menambah waktuku”

Dalam kitabnya Shoidul khatir, Ibnul Jauzi pernah menyebutkan keprihatinannya yang dalam terhadap orang-orang yang membuang-buang masanya dipinggir-pinggir jalan, maupun ditepian sungai Tigris dan Eufrat berbual-bual menghabiskan umur, beliau menyebutkan bagaimana guru beliau Abul wafa Ibn Aqil alhambali yang begitu menghargai waktunya.

Ia berkata tentang gurunya: “kudapati dalam catatan guruku ia menulis, tidak halal bagiku menyia-nyiakan waktuku walau sesaat. Bilamana lisanku sudah kelu untuk mengulangi hafalan ataupun berdiskusi tentang ilmu, mataku tak mampu lagi untuk membaca, maka aku akan gunakan akalku untuk berfikir di atas pembaringanku, hingga akhirnya aku takkan bangun dipagi hari kecuali telah ada bahan untuk kutuliskan sebagai buah fikirku tadi malam untuk menjadi buku yang bermanfaat”

⚉ WAKTU ITU ADALAH KEHIDUPAN

Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa waktu itu adalah kehidupan.. yang tak menggunakan waktu untuk kebaikan hakikatnya tidak pernah hidup kecuali sebagaimana hidupnya binatang.

Seorang muslim sadar waktunya didunia begitu terbatas dan begitu berharga untuk menjadi jembatan kehidupan yang hakiki dan abadi di negeri akhirat.

Seorang mukmin senantiasa akan menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi-Nya sebagai panduan yang mengingatkannya selalu tentang mahalnya harga waktu.

Bila anda perhatikan dengan cermat, alangkah banyaknya ayat yang menyebutkan Allah bersumpah dengan waktu. Lihat saja dalam juz Amma, bertebaran sumpah Allah dengan waktu secara umum maupun penggalan-penggalan waktu. Ia berfirman:

والضحى والليل إذا سجى

“Demi waktu dhuha (manakala mentari naik sepenggalah)
Demi malam bila telah sunyi dan gelap

والشمس وضحاها، والقمر إذا تلاها والنهار إذا جلاها والليل إذا يغشاها

“Demi matahari dan cahayanya dikala dhuha
Demi bulan yang datang menggantikannya
Demi siang manakala Dia Tampakkan”

والليل إذا عسعس والصبح إذا تنفس

“Demi malam apabila akan meninggalkan gelapnya
Demi shubuh apabila fajarnya telah menyingsing”

والعصر

“Demi masa”

Allah, bilamana bersumpah dengan makhluknya, hakikatnya sedang menunjukkan pada kita betapa agung dan pentingnya makhluk tersebut, karena penggalan-penggalan waktu tersebut sejatinya adalah modal besar bagi manusia untuk beramal dan berbekal demi keberuntungan negeri akhiratnya.

⚉ KEBANYAKAN MANUSIA MENYIA-NYIAKAN WAKTU

Namun sayangnya kebanyakan manusia lalai menyia-nyiakan waktunya lewat tanpa makna. Itulah kelak yang paling disesali manusia bila ajal datang menjemput. Allah berfirman:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ [المؤمنون : 99-100]

“Tatkala datang pada salah seorang mereka kematian, barulah ia menyesal dan berkata: “Tuhan kembalikanlah aku hidup semoga aku dapat beramal sholeh yang dahulu kutinggalkan”, sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah ungkapan penyesalan yang tak berguna, sementara di belakang mereka ada dinding pembatas untuk kembali ke dunia hingga datangnya hari mereka dibangkitkan.” (Al Mu’minuun : 99-100)

Kebanyakan manusia lalai dalam gelimang kenikmatan dunia dari memahami untuk misi apa mereka diciptakan.

Kebanyakan mereka menghiasi hidup sekedar untuk bersenang-senang, makan minum tak ubahnya binatang yang hidup hanya untuk makan, minum, dan melampiaskan syahwat.

Mengejar ambisi dunia dengan angan-angan panjang tak berkesudahan hingga akhirnya kematian menyudahi mimpi-mimpi dunianya.

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ [الحجر : 3

“Biarkan mereka makan dan bersenang-senang dan dilalaikan dengan angan-angan yang panjang, kelak mereka akan tau akibatnya.” (Al Hajr : 3)

Saudaraku, jangan pernah lewatkan waktumu untuk hal-hal yang tak berguna, habis di depan android dan handphone pintarmu, tenggelam dalam samudera maksiat memandang yang haram, terlena dengan berbagai ragam medsos dan game-game yang membunuh waktumu.

Terakhir ingatlah ungkapan Imam Syafii rahimahullah: “aku pernah berteman dengan orang-orang sufi dan tak kutemukan dari mereka apa yang berharga selain ucapan hikmah mereka yang berbunyi:

الوقت كالسيف فإن لم تقطعه قطعك

“Waktu itu ibarat pedang, bilamana kau tak mampu memotong dengannya (menggunakannya ) niscaya ia akan memotongmu”.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

Demi Masa Depan

Bekerjalah banting tulang demi masa depanmu !
Belajarlah bersungguh-sungguh demi masa depanmu !
Bersusah payahlah, bersakit-sakit demi masa depanmu !
Sekolah yang tinggi dan raih prestasi demi masa depanmu !

Masa depan apa yang ada di benak kebanyakan manusia ? Jawabnya adalah masa depan dunia manakala seseorang berhasil meraih pangkat dan jabatan, harta dan tahta, dielu-elukan banyak pengikut dan pengagum.

Lantas, setelah harta ditangan, jabatan dipundak, kedudukan dipandang, apakah berarti kau telah mencapai garis finish mu meraih masa depan yang dulu kau impi-impikan ?

Bukankah setelah itu, tubuhmu bongkok tak lagi lentur, pandanganmu tak jeli karena mulai kabur, kulitmu tak kencang berubah mengendur, rambut hitammu pun telah tertutup oleh ubanmu yang mulai bertabur, secara perlahan jasadmu mendekat ke pintu kubur, untuk kemudian dipendam tanah menjadi hancur lebur, sanak keluarga, handai tolan, pengikut dan pengagummu pun pada kabur.

Jangan pernah tertipu berletih-letih menyiapkan masa depan, karena masa depan yang hakiki bukanlah di dunia fana yang sempit ini, tetapi masa depan mukmin adalah ketika dengan dua kakinya menginjak taman-taman surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Orang bijak adalah orang yang bersusah payah untuk menpersiapkan masa depannya setelah kematian, bersabar-sabar dengan menjalankan ketentuan syariat, menjauhi dosa-dosa dan bertahan dengan segala derita.

Dunia memang harus dipersiapkan, diraih dan dikejar, tetapi bukanlah tujuan hidup, dan bukanlah hakikat hidup, karena hakikat hidup itu kan diraih nanti setelah ruh berpisah dari badan.Tiada indah masa depan yang diraih di dunia, namun hancur binasa terluput di akhirat kelak.

Batam, 18 Rabiul Akhir 1441/ 15 Des 2019

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Seni Kehidupan…

Kehidupan di dunia ini, penuh dengan lika-liku dan pernak-pernik yang tak selalu indah, kan menjadi indah bilamana disikapi dengan hati yang lapang.

Anak yang terkadang menyebalkan, istri yang rewel, suami yang kurang tanggap, mertua yang tak bersahabat, partner bisnis berkhianat, tetangga yang usil, kawan kerja pemalas…dst, kan membuat kemarahan memuncak, stress, luka dan duka mendalam di hati, bilamana tak dihadapi dengan kesabaran yang tak berbatas.

Mudah memaafkan ketergelinciran orang lain, adalah seni hidup yang akan membuat hatimu menjadi bahagia, lapang dada dan suka cita.

Manakala setiap kesalahan dan kekeliruan orang tak bisa kau terima dan maafkan, pastilah hatimu kan hancur lebur, remuk-redam dalam kegalauan yang tak berkeputusan.

Manalah ada manusia yang sempurna selamat dari kesalahan dan kekhilafan. Manakala hati kau selalu sibukkan untuk terus mengingat kesalahan orang padamu niscaya kan membuatmu letih.

Orang cerdas adalah orang yang tidak gampang baper menghadapi perkara remeh temeh yang seharusnya tidak terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke dalam arsip hatimu, untuk menjaga agar qolbumu tetap lapang tidak sempit dan sumpek.

Orang bijak tak kan mau berkutat, memusingkan diri dengan keteledoran anak istrinya, keluarga maupun tetangganya, karena akan merubah kegembiraan harinya menjadi hari yang penuh duka dan luka.

Berkata Imam Ahmad Bin Hambal yang maknanya lebih kurang : ”9/10 dari perangai mulia adalah tidak mengambil pusing segala yang remeh temeh”

➡️ Seni kehidupan itu adalah mampu memaafkan orang yang bersalah padamu, membalas keburukannya dengan kebaikan, menukar kebencian dan dendam kesumat padanya dengan ampunan, meski ia adalah perkara yang tak ringan.

Kita memang harus lebih banyak bercermin dari teladan para Nabi dan orang-orang Sholeh. Bagaimana mereka mampu membahagiakan hati mereka dengan memaafkan orang-orang yang jahat dan buruk sikap terhadap mereka.

Lihat betapa jahat dan zalimnya saudara-saudara Nabi Yusuf yang membuangnya dalam sumur yang dalam, hanya karena cemburu. Membuat Yusuf kecil dijauhkan dari keluarga, diperjual belikan sebagai hamba sahaya, difitnah wanita dan masuk penjara bertahun-tahun.

Lihat pula apa balasan Yusuf terhadap mereka tatkala ia berada di puncak kekuasaan, “Tidak ada balas dendam terhadap kalian pada hari ini, semoga Allah memaafkan kalian”

Belajar dari Baginda Nabi Muhammad yang didustakan kaumnya, diembargo, diusir dari kampung halamannya, bahkan hampir terbunuh…

Tatkala Beliau masuk ke Kota Mekah sebagai penakluk, dan tatkala Quraisy menjadi makhluk yang hina dina menunggu keputusan Muhammad untuk mereka. Di hadapan ribuan Kafir Quraisy ia berpidato: ”hari ini aku akan berkata kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada sauadara-saudaranya yang zalim ‘tidak ada balas dendam di hari ini, semoga Allah memaafkan kalian’, pergilah kalian kemanapun kalian mau sungguh seluruh kalian telah kubebaskan”

Betapa kejahatan gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, pembuat onar dan makar, penyebar fitnah dan pengadu domba, namun tatkala mati Nabi tetap menyolatkan jenazahnya. Umar sempat sewot dan menarik baginda Nabi sambil berkata: ”bagaimana anda sholatkan ia padahal ia orang munafiq ?” Nabi menjawab: ”aku disuruh Allah pilih antara menyolatkan ataupun tidak menyolatkannya, demi Allah bila kutau Allah akan mengampuninya manakala aku berdo’a untuknya lebih banyak dari tujuhpuluh kali, niscaya kan aku lakukan”

Allahu akbar, sungguh betapa besar dan mulia nya jiwa-jiwa orang yang mampu memaafkan musuhnya manakala ia sanggup menghabisinya dan melampiaskan amarahnya.

Wallahul musta’an.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى.

TIPS Sehat…

Penyakit raga itu sebagian besarnya- setelah disebabkan makanan yang menghilangkan kestabilan hararah dan rutubah dalam tubuh-berpangkal dari penyakit yang bersarang di Qalbu.

Apa yang dibilang stres, depresi, frustasi semua bermula dari penyakit qalbu yang tidak sepenuhnya mengimani garis takdir yang telah ditentukan Allah, akibat dari ambisi dunia yang tak kesampaian.

Ambisi dunia adalah samudera tak bertepi yang menghanyutkan banyak orang, yang berasal dari muara tahta, harta dan wanita.

Apa yang disebut diabetes, darah tinggi, jantung koroner, gagal ginjal, kanker payudara, kanker tulang, setelah faktur pola makan yang tak baik adalah dampak dari suasana hati yang tak baik pula.

Hati yang bergejolak dengan badai iri, hasad dan dengki, ujub, sombong, memiliki peran besar menjungkir balikkan dan merusak kesehatan raga.

Tak salah Nabi kita menyebutkan “sungguh dalam jasad ini ada segumpal daging, bilamana ia baik akan baik pulalah seluruh jasad, dan bila ia rusak maka rusak pulalah seluruh jasad, dialah qalbu.”

Menyehatkan hati dengan qana’ah, ridho atas ketentuan Allah, zikir, membaca Alquran, ibadah sholat, sedekah, menimba ilmu, menjalin silaturrahm, memasukkan kegembiraan pada orang lain adalah tips menjur menjaga kesehatan raga.

Iringi pula dengan menyedikitkan makan, silahkan menyantap segala makanan yang baik-baik selama tidak berlebihan, Kata Allah: ”makanlah dan minumlah tapi jangan berlebihan”

kata Nabi: ”tidak pernah anak adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari memenuhi isi lambungnya, bilamana harus hendaklah ia memberikan sepertiga porsi untuk makannya, sepertiga kedua untuk minumnya dan sepertiga akhir untuk nafasnya”

Tips sehat terakhir, jangan tinggalkan ruqyah syar’i bilamana kau merasa ada di tubuhmu masalah, dengan mendawamkan zikir pagi dan petang…

Silahkan mencoba !!

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى.

Mutiara Hikmah…

Jika setiap omongan orang yang kau dengar, kau kumpulkan laksana batu-batu kecil yang membentuk gunung dan kau pikul di atas pundakmu, niscaya gunung itu kan menghancurkan pundakmu.

Tetapi jika omongan tersebut kau kumpulkan dan kau susun menjadi benteng yang kokoh di bawah kakimu, niscaya dirimu kan berdiri tegar di atasnya menatap dunia yang luas.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى.

ref : https://www.facebook.com/abufairuzcom/

Mereka Selebriti Langit…

Alangkah banyaknya orang-orang yang bermimpi menjadi selebritis yang terkenal di dunia, diketahui khalayak ramai, dipuja dan tersohor namanya di mana-mana menjadi perhatian media elektronik dan media massa.

Cita-cita mereka yang tertinggi, tatkala menjadi artis ternama, maupun bintang film. Bahkan dikalangan da’i dan penutut ilmu juga tidak sedikit tejangkiti virus ingin tenar dan jadi selebriti.

Segala daya dan upaya dikerahkan untuk mencapai target hidupnya,sebagian nekat dengan jual diri demi jadi artis terkenal, dan nekat jual agama demi ketenaran dan popularitas.

Subhanallah, apalah guna jika seseorang terkenal di dunia tapi dilupakan di langit ??

⚉  Seorang lelaki melewati Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-maka beliau bertanya pada para sahabat:

مَا تَقُولُونَ فِي هَذَا؟. قَالُوا: حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ، وَإِنْ قَالَ أَنْ يُسْتَمَعَ. قَالَ: ثُمَّ سَكَتَ. فَمَرَّ رَجُلٌ مِنَ فُقَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي هَذَا؟. قَالُوا: حَرِىٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لاَ يُنْكَحَ وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لاَ يُشَفَّعَ، وَإِنْ قَالَ أَنْ لاَ يُسْتَمَعَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: هَذَا -أي: الثاني الفقير المغمور- خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الأَرْضِ مِثْلَ هَذَا.متفق عليه

‘apa pandangan kalian tentang orang ini ?’ mereka menjawab: ‘orang ini seandainya meminang wanita pasti akan diterima pinangannya, seandainya memohon syafaat pasti akan diterima syafaatnya, seandainya berbicara akan didengarkan omongannya’, maka Rasulullah terdiam. Tak berapa lama lewatlah salah seorang dari kaum muslimin yang fakir, maka Rosulullah kembali bertanya: ‘apa pandangan kalian tentang orang ini ?’ Mereka menjawab: ‘orang ini seandainya meminang akan ditolak lamarannya, jika memohon syafaat, tidak akan dilayani dan jika berbicara tidak akan didengar.’ Rosulullah menjawab: ‘orang ini lebih baik satu dunia daripada orang yang pertama.’ [ Muttafaq ‘alaihi ]

⚉  Berkata Ibrahim an-nakh’i dan Hasan Bashri, rohimahumallah :

“كفى بالمرء شرًّا أن يُشار إليه بالأصابع في دين أو دنيا إلا من عصم الله”.

‘sungguh seseorang dalam kejelekan tatkala orang-orang orang mengacungkan jari-jari telunjuk mereka padanya dalam hal agama ataupun dunia, kecuali orang-orang yang dipelihara Allah.’

⚉  Berkata Fudhail bin Iyadh, rohimahullah :

“إن قدرت أن لا تـُعرف فافعلْ وما عليك إن لم يُثنَ عليك، وما عليك أن تكون مذمومًا عند الناس إذا كنت عند الله محمودًا”.

‘seandainya kalian mampu untuk tidak dikenal maka lakukanlah, tiada sedikitpun dosa seandainya kalian tidak pernah dipuji,dan tidak juga menjadi masalah jika kalian dicela manusia selama kalian dipuji Allah.’

⚉  Berkata Mukhallad bin Hasan, berkata Ayyub :

ما صدق عبد قط فأحب الشهرة

‘tidak pernah selamanya ada seorang hamba yang jujur yang mencintai ketenaran.’

⚉  Berkata Sufyan Tsauri rohimahullah :

“السلامة في أن لا تُحِب أن تعرف

‘keselamatan itu ada ketika seseorang tidak menginginkan ketenaran’

Dia juga berkata:

“واحذر حب المنزلة فإن الزهادة فيها أشد من الزهادة في الدنيا”.

‘waspadailah sifat ingin mencari kedudukan, sebab zuhud terhadap perkara ini lebih dahsyat daripada zuhud terhadap dunia’

⚉  Berkata Abdullah bin Mubarak rohimahullah, Sufyan Tsauri berpesan padaku:

” إياك والشهرة، فما أتيتُ أحدًا (أي من العلماء) إلا وقد نهى عن الشهرة”.

‘hindarilah mencari popularitas, tidak seorangpun dari ulama yang pernah kudatangai kecuali mengingatkan agar meninggalkan keinginan untuk tenar.’
Sufyan juga menuliskan pesan padaku: ‘Sebarkan ilmumu dan hindari popularitas.’

⚉  Dari Fudhail bin Muhalhal rohimahullah, dia berkata :

“قال لي سفيان فيم السلامة؟ قلت: أن لا تعرف. قال: هذا ما لا يكون، ولكن السلامة في أن لا تحب أن تعرف”:

pernah Sufyan tsauri bertanya padaku, ‘bagaimana jalan keselamatan ?’ Aku menjawab: ‘ketika engkau tidak inggin dikenal,’ dia menjawab, ‘hal itu mustahil, tetapi jalan keselamatan adalah tatkala engkau tidak memiliki ambisi untuk dikenal.’

diantara bentuk ungkapannya:

“مَن أَحَبَّ أن يُذكَر لم يُذكرْ، ومَن كره أن يذكَر ذُكِر

‘barang siapa yang ingin terkenal maka tidak akan dikenal, dan barang siapa yang dan tidak ingin dikenal, akan terkenal.’

⚉  Berkata Bisyir bin Harits, rohimahullah :

لا أعلم رجلاً أحبَّ أن يُعرف إلا ذهب دينه وافتضح

‘tidak ada seorangpun yang kukenal gila popularitas kecuali akan luntur agamanya dan akan dipermalukan.’ Dia juga berkata:

لا يجد حلاوة الآخرة رجل يحب أن يعرفه الناس

‘tidak akan mendapatkan manisnya negeri akhirat bagi orang-orang yang ingin dikenal manusia.’

⚉  Berkata Almarwazi, rohimahullah

“قال لي أحمد: قل لعبد الوهاب: أخملْ ذكرك فإني أنا قد بليت بالشهرة”.

Imam Ahmad berkata padaku: ‘hindari popularitas, sebab aku benar-benar telah diuji dengan ketenaran’

Untuk mencari popularitas terkadang seseorang nekat melakukan perbuatan yang terkutuk –na’uzubillah min dzalik– dikisahkan ada seseorang yang tertangkap ketika berusaha mengencingi sumur zam-zam, maka orang beramai-ramai menangkapnya dan bertanya padanya apa motifasinya nekat melakukan itu, maka dia menjawab: ‘aku ingin menjadi orang yang terkenal’na’uzubillah min dzalik, nekat dikenal walaupun dengan laknat.

Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى.

ref : https://www.facebook.com/abufairuzcom/