Tingkatan tertinggi iman adalah hadirnya ”yakin” dalam diri seorang mukmin, sehingga ia benar-benar melihat janji Allah ada di depan matanya.
Janji Allah itu benar adanya, hanya saja kabut yang menutup iman menjadi penghalang hadirnya yakin di hati.
Yakin di dalam dada Khalilullah-Ibrahim- yang membuat iya nyaman manakala dicampakkan Namrud ke dalam api, bahwa Allah pasti kan selamatkannya.
Yakin yang membuncah dalam dada Kalimullah-Musa- yang membuat ia tenang melihat jalan buntu di depan lautan, sementara Firaun dan bala tentaranya sudah terlihat dibelakang, bahwa Allah akan menyelamatkannya.
Yakin Ibunda Hajar-Uminya Ismail- bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, meski di tinggal di lembah gersang tak ada padanya kehidupan, yang membuat ia selamat dan menjadi orang pertama yang mendiami Tanah Haram yang padanya ada Baitullah.
YAKIN DALAM BERINFAQ
Sering seseorang berinfaq untuk agama Allah diuji keimanannya, apakah benar Allah kan menggantikan apa yang dia Infaq-kan di Jalan Allah..? Sementara hartanya sudah menipis bahkan habis, tetapi janji Allah tak kunjung muncul juga.
Dalam kondisi kritis itulah “ilmu tentang yakin” kita kan teruji.
Sebagaian kita ada yang akhirnya menghentikan infaq-nya karena kecewa dengan janji Allah yang tak terwujud -menurut sangkaannya- karena lemahnya iman dan tipisnya perasangka baik pada Allah.
Kesalahan fatal hamba adalah, tatkala ia berinfaq, ia sedang mencoba Allah-subhanahu wa ta’ala- apakah benar atau tidak janji-Nya. Akhirnya Allah menghukumnya dengan kebalikan apa yang dia harap.
ALLAH JANGAN DICOBA-COBA
Adapun hamba yang full keimanannya, ia yakin Allah pasti kan menggantikan apa yang ia infaq-kan. Tidak ada keraguan walau sebiji sawi dalam hatinya akan janji Allah, karena itulah Allah mewujudkan apa yang dia yakini.
Kawan..
Pertebal imanmu dalam berinfaq, dan tak usah mencoba-coba Allah, kelak kau akan kecewa.
———-
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Zubair Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى