Soal-Jawab Seputar Aqidah #27-29…

27. Soal: Ada berapakah thagut itu?

Jawab: Jumlahnya sangat banyak, banyak, intinya ada lima.

1. Iblis semoga Allah Ta’ala melaknatnya.
2. Sesorang yang disembah dan dia ridha.
3. Orang yang mengajak orang lain untuk menyembahnya.
4. Seseorang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib.
5. Orang yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan oleh Allah Ta’ala.

28. Soal: Amalan apakah yang paling utama setelah mengucapkan dua kalimat syahadat?

Jawab: Yang paling utama adalah mendirikan shalat lima waktu.

Dan shalat itu memiliki syarat-syarat, rukun-rukun, dan kewajiban-kewajiban.

Syarat-syarat yang terpenting adalah:

1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz
4. Menghilangkan hadats
5. Menghilangkan najis
6. Menutup aurat
7. Menghadap ke arah kiblat
8. Telah masuk waktu shalat
9. Niat.

Sedangkan rukun-rukunnya ada empat belas:

1. Berdiri apabila mampu
2. Takbiratul ihram
3. Membaca surat al-Fatihah
4. Ruku’
5. Bangkit dari ruku’
6. Sujud di atas tujuh anggota tubuh
7. I’tidal (bangkit dari sujud)
8. Duduk di antara dua sujud
9. Tuma’ninah (tenang) dalam semua rukun-rukun ini
10. Tertib
11. Tasyahud akhir
12. Duduk tasyahud akhir
13. Shalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
14. Salam.

Adapun kewajiban-kewajiban shalat itu ada delapan:

1. Semua takbir selain takbiratul ihram
2. Membaca “subhaana rabbiyal adziim” ketika ruku’
3. Ucapan “sami’allahu liman hamidah” bagi imam dan orang yang shalat senidiran
4. Doa “Rabbanaa walakal hamdu” bagi imam, makmum, dan orang yang shalat sendirian
5. Doa “subhaana rabbiyal a’laa” ketika sujud
6. Ucapan “Rabbighfir lii” ketika duduk di antara dua sujud
7. Tasyahud awal
8. Duduk ketika tasyahud awal.

Adapun selain yang telah disebutkan ini adalah sunnah, baik berupa ucapan atau perbuatan.

_____________________________

Selanjutnya kita beralih kepada permasalahan kebangkitan manusia sesudah kematianya, hisab amal perbuatan, serta balasan surga dan neraka.

29. Soal: Apakah Allah Ta’ala akan membangkitkan seluruh makhluk sesudah mereka mati dan menghisab amal perbuatan mereka yang baik maupun yang buruk? Dan apa benar Allah Ta’ala akan memasukkan orang yang taat ke dalam surga, sedangkan orang kufur dan syirik kepada-Nya akan menjadi penghuni neraka?

Jawab: Benar. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Orang-orang yang kafir mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad) : “Tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan”. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun: 7).

Dan firman-Nya:

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain”. (QS. Thaahaa: 55).

Dan di dalam al-Quran banyak dalil akan hal ini yang tidak terhitung.

Fuad Hamzah Baraba’, حفظه الله

Soal-Jawab Seputar Aqidah #23 – 26…

23. Soal: Apakah yang pertama kali Allah Ta’ala wajibkan kepada kita?

Jawab: Mengingkari thgagut dan beriman kepada Allah Ta’ala. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS.Al-Baqarah: 256).

24. Soal: apakah makna al-Urwatul wutsqa (tali yang sangat kuat) itu?

Jawab: Maknanya adalah Laa ilaaha illallah.

Sedangkan makna laa ilaaha illallah ada an-Nafyu (penolakan, peniadaan atau penafian), dan illallah adalah al-Itsbaat (penetapan sesembahan hanya untuk Allah Ta’ala semata).

25. Soal: Apakah yang dimaksud dengan an-Nafyu wal itsbaat (Penolakan dan penetapan) di sini?

Jawab: Yaitu menolak seluruh sesembahan selain Allah Ta’ala, dan menetapkan seluruh ibadah hanya untuk Allah Ta’ala saja, tiada sekutu bagi-Nya.

26. Soal: Apa dalilnya?

Jawab: Yaitu firman Allah Ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah”. (QS. Az-Zukhruf: 26). Ini adalah dalil an-Nafyu (penolakan).‎

Adapun dalil al-Itsbaat (penetapan) adalah (pada ayat berikutnya):

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

“Kecuali (kamu menyembah) Tuhan Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS. Az-Zukhruf: 27).‎

Fuad Hamzah Baraba’, حفظه الله

Janganlah Sekali-kali…

Janganlah sekali-kali kita menghina
seseorang yang terjatuh dalam
maksiat…
Bisa jadi ia di malam hari menangis
dan bertaubat kepada Allah yang
maha pengampun…
Sedangkan kita berada dalam ujub
akan amalan kebaikan…
Ingatlah Allah menerima taubat
seorang hamba dan amalnya yang
ikhlas walaupun sedikit…
Tapi Allah murka kepada seseorang
yang ujub dan tertipu dengan amalnya…

Abu Ya’la Kurnaedi, حفظه الله

Kaidah Ushul Fiqih Ke-12 : Apabila Disebutkan Keutamaan Suatu Amal Dalam Sebuah Dalil Tanpa Ada Perintah, Maka Hukumnya…

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-11) bisa di baca di SINI

=======

🍀 Kaidah yang ke 12 🍀

👉🏼  Apabila disebutkan keutamaan suatu amal dalam sebuah dalil tanpa ada perintah, maka hukumnya sunnah bukan wajib.

Contohnya hadits:

السواك مطهرة للفم مرضاة للرب

Bersiwak itu mensucikan mulut dan mendatangkan keridlaan Rabb.” (HR Ahmad)

contohnya juga hadits:

من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة

Barang siapa yang menghilangkan salah satu kesusahan mukmin, maka Allah akan hilangkan salah satu kesusahannya di hari kiamat.”  (HR Muslim).

Contohnya juga hadits:

من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال فكأنما صام الدهر

Barang siapa yang berpuasa Ramadlan lalu diikuti enam hari syawal, maka seakan akan berpuasa setahun penuh.”  (HR Muslim).

Diantara contohnya juga puasa tiga hari setiap bulan, puasa senin kamis dan lain sebagainya.

Wallahu a’lam 🌴

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

 

6 Keutamaan Berdo’a Kepada Allah…

Bismillah. Secara bahasa, DO’A berarti meminta atau memohon dengan sepenuh hati.

Sedangkan menurut istilah syar’i, DO’A berarti permohonan seorang hamba kepada Allah ta’ala dengan sepenuh hati. Dan diartikan pula dengan pensucian, pemujaan dan semisalnya. (lihat kitab syuruthu ad-du’a wa mawani’u al-ijabah, karya Syaikh Sa’id bin Ali Al-Qohthoni, hlm. 5).

Do’a memiliki keutamaan dan faedah yang tak terhitung, kedudukannya sebagai satu bentuk ibadah sudah cukup menjadi bukti keutamaannya.

Berikut ini kami akan sebutkan beberapa keutamaan berdo’a kepada Allah. Diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Do’a adalah ibadah itu sendiri.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

اَلدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ

“Do’a adalah ibadah.”
(HR. Abu Daud I/466 no.1479, Tirmizi V/374 no.3247, Ibnu Majah II/1258 no.3828, dan Ahmad IV/267 no.18378, dan An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu. Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).

Meninggalkan do’a adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)

2. Do’a itu menunjukan sikap tawakal kepada Allah ta’ala.

Hal itu dikarenakan orang yang berdo’a dalam kondisi memohon pertolongan kepada-Nya, menyerahkan urusan hanya kepada-Nya bukan kepada yang selain-Nya. Sebagaimana doa juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk pemenuhan akan perintah-Nya. Allah ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)

3. Do’a juga merupakan senjata yang kuat yang digunakan seorang muslim dalam mencari kebaikan dan menolak bahaya dan keburukan.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِى أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ».

“Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu do’a, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang lebih Dia senangi dari pada diminta kesehatan (atau keselamatan).”

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ »

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya do’a itu bermanfaat baik terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, maka hendaklah kalian berdo’a.” (HR. At-Tirmidzi V/552 no.3548, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani).

4. Do’a adalah senjata yang digunakan para nabi dalam menghadapi situasi dan keadaan yang sulit.

» Begitu pun nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam perang Badar, ketika beluau melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu orang sedangkan pasukan Islam berjumlah tiga ratus sembilan belas orang, beliau segera menghadap ke Kiblat seraya mengangkat kedua tangannya berdo’a:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ ». فَمَازَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ. وَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ

“Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus melantunkan do’a seraya membentangkan kedua tangan beliau menghadap ke kiblat hingga selempangnya jatuh, maka datanglah Abu Bakar mengambil selempang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan meletakannya di atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata: “wahai nabi Allah, do’a engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang Dia janjikan untukmu.” (HR. Muslim III/1383 no.1763, dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu)

» Demikian pula nabi Ayub ‘alaihissalam, ia menggunakan senjata do’a ketika mengalami berbagai macam cobaan, terisolir dari manusia, tidak ada lagi yang menyayanginya selain istrinya sendiri, dalam kondisi seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah, dan ketika cobaan itu telah berlarut lama, ia berdo’a:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)

“Dan (ingatlah kisah nabi) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruan (do’a)nya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS: Al-Anbiya’: 83-84)

5. Do’a dapat menghilangkan kegelisahan dan kesedihan, menjadikan hati lapang, dan mempermudah urusan.

Dalam berdo’a, seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya, mengakui kelemahan dan ketidak berdayaannya, mengungkapkan rasa butuhnya kepada Pencipta dan Pemiliknya, do’a juga sarana untuk menghindari murka Allah ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَیْهِ

“Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya.”
(HR. Ahmad II/442 no.9699, dan At-Tirmidzi V/456 no.3373, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Dan dihasankan syaikh Al-Albani).

Alangkah indahnya ungkapan seorang penyair:

Janganlah engkau meminta manusia satu kebutuhan,

Mintalah kepada yang pintu-Nya tak pernah tertutup.

Allah marah jika engkau tidak meminta-Nya,

Sedang manusia justru marah ketika diminta.

6. Do’a juga menjadi senjata bagi orang-orang yang terzholimi (teraniaya), ia adalah tempat berlindung bagi orang-orang lemah yang putus harapan, tertutup segala pintu di hadapanya.

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan:

“Apakah engkau meremehkan do’a dan memandangnya sepele,

Padahal engkau tidak tahu apa yang diperbuat do’a.

Ia adalah anak panah-anak panah malam yang tak kan meleset,

Akan tetapi ia memiliki masa dan masa itu ada penghujungnya.”

Demikian pelajaran yang dapat kami sampaikan pada pagi hari ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan semoga kita semakin semangat untuk memperbanyak do’a, memohon segala kebaikan di dunia dan akhirat hanya kepada Allah yang Maha Kaya lagi Maha Mampu atas segala sesuatu. Aamiin.

(Madinah Nabawiyyah, 12 April 2016)

Muhammad Wasitho, حفظه الله

Sekedar Mengaku-Ngaku…

Membunuh tanpa hak perbuatan
yang tercela siapapun dia tanpa
pengecualian…

Tetapi mencela-cela pemerintah
sendiri juga perbuatan tercela
dan bukan manhaj salaf…

Sebagaimana kita harus menjauhi
hal yang pertama, kitapun harus
menjauhi hal yang kedua…
Dengan fitnah ini, akan tersingkap
siapa yang kokoh di atas manhaj
salaf, dan siapa yang hanya
sekedar mengaku-ngaku…

Abu Ya’la Kurnaedi, حفظه الله

Istighfar Palsu…

Yahya bin Mu’adz ar-Razi رحمه الله
berkata,
“Betapa banyak orang yang beristighfar
namun dimurkai. Dan betapa banyak
orang yang diam namun dirahmati.”
Kemudian beliau menjelaskan,
“Orang ini beristighfar, akan tetapi
hatinya diliputi kefajiran/dosa.
Adapun orang itu diam, namun
hatinya senantiasa berzikir.”

(al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd
wa ar-Raqaa’iq, karya al-Khathib
al-Baghdadi, hal. 69)

Courtesy of Mutiara Risalah Islam

Kaidah Ushul Fiqih Ke-11 : Laksanakan Sesegera Mungkin, Tidak Boleh Ditunda-Tunda…

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-10) bisa di baca di SINI

=======

🍀 Kaidah yang ke 11 🍀

👉🏼  Perintah Allah dan Rasul-Nya hendaknya dilaksanakan sesegera mungkin, tidak boleh ditunda-tunda.

Dalilnya adalah hadits kisah perdamaian hudaibiyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah kepada para shahabat karena mereka menunda-nunda perintah beliau untuk tahallul dan menyembelih hewan kurban.

Secara kebiasaanpun, apabila kita diperintah oleh atasan lalu kita laksanakan dengan segera, maka kita dianggap menghormati atasan.

Bila orang tua menyuruh anaknya pergi membeli sesuatu, lalu anak tersebut menunda-nunda perintahnya. Kemudian orang tuanya marah, maka hal seperti ini dibenarkan.

Maka tidak dibenarkan menunda-nunda haji bagi orang yang mampu tanpa udzur syar’iy dan sebagainya.

Wallahu a’lam 🌴

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

 

Menebar Cahaya Sunnah