All posts by BBG Al Ilmu

Teruntuk Para Istri Yang Ingin Menjadi Bidadari Tercantik Di Akhirat..

Ust. Abu Riyadl, حفظه الله

1. Ketika dipandang, dia akan membuat suami bahagia, nyaman dan menentramkan jiwa. Dari dandanannya menarik maupun wajahnya yang selalu ceria..

2. Ketika suami memerintahkannya pada suatu hal yang diperbolehkan Agama, maka dia mentaatinya.

3. Ketika suami pergi dan dia tidak bersamanya, maka dia akan menjaga dirinya untuk sang suami dan juga menjaga apa-apa yang suami miliki; harta, anak, dan lain-lain.

خير النِّسَاء امْرَأَة نظرت إِلَيْهَا سرتك وَإِذا أَمَرتهَا أَطَاعَتك وَإِذا غبت عَنْهَا حفظتك فِي نَفسهَا وَمَالك

Artinya : “Sebaik-baik wanita (istri) adalah yang ketika engkau memandangnya akan membuatmu bahagia. dan jika diperintah, dia akan mentaatimu. dan jika engkau tidak bersamanya (kamu sedang pergi) maka dia akan menjagamu dalam dirinya dan menjaga apa-apa yang engkau miliki.” (HR. An
Nasa’i, Abu Daud, Ahmad dan dihasankan oleh Albani dalam silsilah 4/ 453)

Jika seorang istri bisa menjaga 3 hal tersebut maka..Seorang suami akan mendapatkan ketenangan hati dan fikiran ketika pergi bekerja..

Hasrat untuk lirak lirik akan berkurang bahkan mungkin jadi tiada..

Ada rasa kangen setiap saat untuk pulang kerumah menemui istrinya yang tercinta..

Kata kata manis dan cinta akan gampang keluar dari lisan suami..

Masalah rumah tangga akan berkurang mungkin nyaris tiada..

Anak anak akan meniru gaya ibunya yang sholihah dalam berbakti kepada ortunya..

Catatan: bagi setiap pasutri hendaknya lebih cenderung mengkoreksi dari masing masing katimbang mengkoreksi pasangannya.. Karena dengan ini tidak akan terjadi saling tuding dalam perbaikan diri..

Akhir kata:

Semoga bahtera rumah tangga akan langgeng dengan NAHKODA seorang laki laki yang mampu mengarahkan perahunya menuju ridho Allah Ta’ala..
آمــين ​اَللّهُمَّ آمــين

www.abu-riyadl.blogspot.com

 Ditulis oleh Ustadz Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc حفظه الله تعالى

┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈

Menyia-nyiakan Waktu Lebih Menakutkan Daripada Kematian

Ust. Djazuli, حفظه الله

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah,

“Banyak menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tdk bermanfaat di Dunia & Akhirat..

Jauh lebih menakutkan daripada kematian..

Tahukah anda sebabnya?

Sebab membiarkan waktu terbuang percuma tanpa nilai ibadah & manfaat akhirat akan memisahkanmu dari Allah & akhirat..

Sedangkan kematian hanya memisahkanmu dari Dunia dan penghuninya..

AlFawaid karya Ibnul Qoyyim Aljauziyyah

Semoga nasihat beliau memberi masukan yg berarti bagi kita semua..!

– – – – – •(*)•- – – – –

Tanda Dan Bukti Ittiba’

Tanda dan bukti ittiba’ yang paling nampak adalah mengagungkan nash-nash agama yang
telah tetap. Yaitu dengan menghormati, memuliakan, mendahulukannya, tidak
meninggalkannya, meyakini bahwa petunjuk hanya ada padanya tidak pada selainnya,
mempelajari, memahami, memperhatikan, mengamalkannya, berhukum kepadanya dan
tidak menentangnya. Dan ini adalah petunjuk
tokoh-tokoh panutan dan imam-imam di dalam ittiba’ , yaitu para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang setelah mereka.

Sholawat Sebagai Bukti Cinta

Akhi/Ukhti…‬

Cinta…‬
‪Membuat manusia siap mempertaruhkan nyawa‬
‪Mengorbankan harta benda‬
‪Menggadaikan dirinya

‪Namun sebagian cinta itu akan berubah jadi permusuhan‬
‪Jadi kebencian abadi,  mengantarkan ke dlm neraka‬

‫الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ‬
“Mereka yg saling mengasihi pada hari itu (hari Kiamat) akan saling menjadi musuh, kecuali orang-orang yg bertaqwa”. (Az Zukhruf 67)‬
‪ ‬
‪Akhi/Ukhti…‬

Bila kau cinta Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam (Saya kira semuanya cinta)

‪Maka belajarlah bagaimana cara yang benar mengapresiasikan cintamu

Agar cintamu berbuah Surga..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak minta kepala kerbau‬

atau selamatan bubur putih bubur merah‬
‪ ‬
‪Yang beliau inginkan satu‬
‫ ‬
‫عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.‬

“Kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi gerahammu.” (HR. Tirmidzi)‬
‪ ‬
‪Iya, itulah yg beliau inginkan…‬
‪Bukan hanya dipegang dengan tangan‬

Tapi digigit dengan gigi‬
‪Kalau hanya dipegang dapat lepas‬
‪Tapi nabi menyuruh kita untuk menggigitnya dengan gigi terkuat kita‬

sehingga kalaupun ada yg ingin menariknya, kita siap mengorbankan nyawa kita…‬
‪Demi sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam‬
‪ ‬
‪Dan banyak-banyaklah bersholawat

Dan jangan pelit dan kikir‬
‪Jangan kau kira dengan menulis  S.A.W kau sudah bersholawat‬
‪Allah menyuruh kita bersholawat bukan berS.A.W‬

Semua yang kau tulis kelak akan berada dlm catatanmu‬

Disebutkan bahwa orang yang paling banyak pahala sholawatnya adalah para ahli hadits, karena disetiap hadits mereka selalu menuliskan shallallahu ‘alaihi wasallam‫ صلى الله عليه وسلم‬‬

Bukan S.A.W atau (صلعم)
Mulai saat ini buang S.A.W dan ganti dengan sholawat shallahu ‘alaihi wa sallam

Apalagi di zaman AutoText (gadget, pent)

بارك الله فيكم

Andaikan Aku Tak Berfatwa

Ust. Badrusalam, حفظه الله

Al Qo’nabi rahimahullah berkata:
“Aku masuk kepada imam Malik bin Anas yang sedang sakit.

Aku ucapkan salam kemudian duduk.

Aku melihat ia menangis.

Aku berkata, “Wahai abu abdillah, apa yang membuatmu menangis?”

Ia bekata, “Wahai ibnu Qo’nab.. Bagaimana aku tidak menangis..
Siapa yang lebih berhak menangis dariku..

Demi Allah..

Andaikan setiap masalah yang aku berfatwa dengan ro’yuku..
Aku dipukul dengan cambuk pada setiap masalah itu..
Padahal aku punya keluasan pada perkara itu..
Andai aku tidak berfatwa dengan ro’yuku..
(Ilmu ushul bida’ hal 186).

Malu rasanya..
Bila imam Malik bin Anas menangis karena itu..

Sementara semua tahu keilmuan beliau..

Bagaimana dengan saya..
Yang ilmunya tak sampai sekuku beliau..

Allahummaghfirlii dzunuubii..

Wasiat Islam terhadap Tetangga

Islam telah berwasiat untuk memuliakan tetangga dan menjaga hak-haknya, bahkan Allah menyambung hak tetangga dengan ibadah dan tauhidNya serta berbuat bakti kepada kedua orang tua, anak yatim dan kerabat, sebagaimana firmanNya:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An Nisaa’:36)

Demikian pula hadits-hadits Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam
shallallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan kewajiban menjaga
hak tetangga dan menjaga
kehormatan dan kemuliannya dan perintah menutupi aib mereka, menundukkan pandangan dari harta kehormatannya dan menjauhi hal yang menyakiti dan mengganggunya.

Diantaranya hadits Aisyah dan Ibnu Umar ini. Lihatlah baik-baik bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengatakan: “Sehingga aku menyangka tetangga tersebut akan mewarisinya.”

Hal ini menunjukkan wasiat dengan tetangga tersebut meliputi penjagaan, berbuat baik kepadanya, tidak berbuat jahat
dan mengganggunya, selalu bertanya tentang keadaannya dan memberikan kemakrufan kepadanya. Ini semua adalah bentuk perhatian dan motivasi syariat dalam menjaga dan menunaikan hak-hak mereka.

•Ustadz Kholid Syamhudi Al-Bantani Lc

691. Tj Derajat Hadits Tidurnya Ulama Lebih Baik Dari Ibadahnya Orang Yang Bodoh

691. BBG Al Ilmu – 23

Tanya:
Apa kedudukan hadist, “tidurnya ulama lebih baik dari ibadahnya orang yang bodoh”.

Jawab:
Perkataan tersebut bukanlah hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan pula atsar dari sahabat maupun tabi’in, dan tidak dikenal di kitab-kitab sunnah dan hadits.

Namun perkataan tersebut ditemukan di kitab Syi’ah yang merupakan kumpulan kepalsuan dan kedustaan, dalam Kitab “Man Laa Yahdhuruhul Faqih” (4/352-367), Syaikh Ash Shaduq (381 H). Perkataan tersebut diriwayatkan dari Hammad bin ‘Amr dan Anas bin Muhammad dari ayahnya. Mereka berdua meriwayatkannya dari Ja’far Ash Shadiq. Dari kitab ini, diambil juga dari kitab Syi’ah semisal Makarimul Akhlaq oleh Ath Thubrusi (548 H), halaman 441, dan kitab Bihar Al Anwar oleh Al Majlisi 2/25, dan di tempat lain.

Bukti kedustaan dari hadits ini cukup jelas. Hammad bin ‘Amr dan Muhammad ayah dari Anas, keduanya majhul (tidak dikenal) dan tidak diketahui pula meriwayatkan dari Ja’far Ash Shadiq. Dan tidak tersebut pula nama keduanya di kitab-kitab Ahlus Sunnah, dan tidak pula Syiah! Sampai, muhaqqiq dari kitab  ”Man Laa Yahdhuruhul Faqih”  (1/536) berkata, Ketika Syaikh Shaduq menyandarkan riwayat ini pada Hammad bin ‘Amr dan Anas, “Hammad bin ‘Amr, mungkin dia berasal dari kota Nasibin, dan tidak disebutkan, begitu pula dengan Anas bin Muhammad. Dan pada jalur periwayatan kepada keduanya ada perawi-perawi yang tidak dikenal.

Perlu diketahui bahwa terdapat ratusan hadits yang dialamatkan kepada Ja’far Ash Shadiq, hanya diriwayatkan dari jalur ini yang bahkan oleh sebagian ulama Syi’ah dikatakan ada beberapa perawi tidak dikenal, dan mereka berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
والله أعلم بالصواب
Sumber:
http://www.islamqa.com/en/171514

»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶

Hari Akhir Penyembelihan Qurban Sebaiknya Hari Ini 12 Dzulhijjah

Syaikh Musthofa Al Adawi berkata:

Yang hati-hati bagi seseorang muslim bagi agamanya adalah melaksanakan penyembelihan qurban pada hari Idul Adha (10 Dzulhijjah) sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamlakukan dan hal ini lebih selamat dari perselisihan para ulama yang ada. Jika sulit melakukan pada waktu tersebut, maka boleh melakukannya pada 11 dan 12 Dzulhijjah sebagaimana pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Wallahu a’lam.” (Dinukil dari Fiqhul Udhiyah, hal. 118-119).

Selengkapnya di:
http://rumaysho.com/hukum-islam/umum/4575-akhir-waktu-penyembelihan-kurban.html

Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com ¤ Muslim.Or.Id

690. Tj Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya, Tahun Baru Hijriyah Dan Ulang Tahun

690. BBG Al Ilmu – 307

Tanya:
Apa hukum ucapan selamat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Tahun baru Islam, dan ucapan selamat ulang tahun kepada muslim (yang disertai do’a) dan juga kepada kafir yang hidup bersama dilingkungan kita ?

Jawab:
Di dalam Islam hanya ada 2 hari raya, Idul Fithri atau Idul Adha dan diperbolehkan mengucapkan selamat di hari-hari tersebut berdasarkan berbagai riwayat dari beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum bahwa mereka biasa mengucapkan selamat di hari raya di antara mereka dengan ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).

Adapun perayaan tahun baru hijriyah, tidak disyariatkan dalam Islam. Ketika ditanya mengenai hukum ucapan selamat di tahun baru hijriyah dan maulid,  Al Lajnah Ad Daimah (komisi fatwa Arab Saudi) menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”‬

Sedangkan untuk perayaan yang lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda dalam hadits dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma:

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384).

Karenanya tidak boleh seorang muslim mengucapkan selamat kepada siapapun yang
merayakan hari raya yang bukan berasal dari agama Islam (seperti ulang tahun, tahun baru, natalan, waisak, dan semacamnya), karena mengucapkan selamat menunjukkan keridhaan dan persetujuan dia terhadap hari raya jahiliah tersebut. Dan ini bertentangan dengan syariat nahi mungkar, dimana seorang muslim wajib membenci kemaksiatan.

والله أعلم بالصواب

Sumber:
http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3182-ucapan-selamat-di-hari-raya.html

»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶

689. Tj Bolehkah Shalat Istikharah Setelah Shalat ‘Ashar

689. BBG Al Ilmu – 271

Tanya:
Bolehkah sholat istikhoroh dilakukan setelah sholat ashar?.

Jawab:
Ust. M Abduh Tuasikal, حفظه الله

Ibnu Taimiyah rahimahullah masih bolehkan seperti itu namun amannya tidak dilakukan.

Tambahan:
Kalimat “amannya tidak dilakukan…” dikarenakan pada hadis tentang shalat istikharah sebagai berikut:

“Jika salah seorang di antara kalian berkehendak atas suatu urusan, hendaklah ia shalat dua rakaat yang bukan wajib, kemudian ia berdoa…..”

Berdasarkan kalimat ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa melakukan istikharah tidak harus dengan shalat
khusus, tapi bisa dengan semua shalat sunah. Artinya, seseorang bisa melakukan shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, atau shalat sunah lainnya, kemudian setelah shalat dia membaca doa istikharah.

Imam An-Nawawi mengatakan:
“Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.”
(Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45)

والله أعلم بالصواب
Sumber:
http://www.konsultasisyariah.com/tata-cara-shalat-istikharah/#

»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶