Category Archives: Najmi Umar Bakkar

Sudahkah Mendapatkan Surga Dunia..?

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَر أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِن فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاة طَيِّبَة وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa beramal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan ia beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami berikan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl [16]: 97)

Kehidupan yang baik itu dengan “KEBAHAGIAAN“, yaitu bagi seorang mukmin yang akan meraih Surga dunia sebelum Surga di akhirat…

Bukankah Allah telah berfirman :

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ , فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua Surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?” (QS. Ar-Rahman [55]: 46-47)

Salah seorang ulama salaf berkata :

Sungguh kasihan orang-orang yang mencintai dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini“, maka ada yang bertanya : “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini ?

Ulama ini menjawab : “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berdzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya

(Ighootsatul Lahfaan 1/72 oleh Ibnul Qoyyim).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

إن في الدنيا جنة من لم يدخلها لم يدخل جنة الآخـــرة

Sungguh di dunia terdapat Surga, barangsiapa belum masuk ke dalam Surga di dunia, maka dia tidak akan masuk Surga di akhirat nanti

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

Maha suci (Allah) yang telah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya (yang shalih) Surga-Nya (di dunia) sebelum mereka bertemu dengan-Nya (di akhirat) dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu Surga-Nya di negeri (tempat) beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan kesejukan dan keharumannya, yang itu (semua) menjadikan mereka (termotivasi untuk) mencurahkan kemampuan mereka untuk meraihnya dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya” (Al-Waabilus Shayyib hal 70).

Maka “orang miskin” di dunia ini yang sebenarnya adalah orang yang belum pernah merasakan cinta kepada Allah dan nikmatnya beribadah kepada-Nya…

Seorang mukmin yang mendapatkan Surga di dunia adalah seseorang yang mencintai Allah dengan benar, sehingga Allah pun mencintainya…

…وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي…

“…Dan Aku telah melimpahkan kepadamu cinta (kasih sayang) yang datang dari-Ku… (QS. Thaha [20]: 39)

Saudaraku, sudahkah kita termasuk dari orang yang mendapatkan ucapan Allah Ta’ala seperti itu…?
Maka cintailah Allah, yang telah menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu yang lahir dan batin…

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ…

Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar rasa cintanya kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah [2]: 165)

Ketahuilah…

Hidup bukan untuk mati…
tetapi mati itulah untuk hidup…
Hidup bukan untuk hidup…
tetapi untuk yang Maha Hidup…

Kematian adalah bukti kecintaan yang tulus…
Kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya…
Perjumpaan terindah kekasih dengan Kekasih…

اللهمَّ ما طابت الدّنيا إلاّ بحبك، ولا الآخرة إلاّ بعفوك

Ya Allah, sungguh dunia tidak menyenangkan kecuali dengan mencintai-Mu, begitu pula akhirat tidak menyenangkan kecuali dengan ampunan-Mu…

اللهمَّ إنّي أسألك حُبَّكَ ، وحُبَّ من يُحبك ، وحُبَّ كل عملٍ يقربني إلى حُبِّكَ

Ya Allah, aku mohon cinta-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai setiap amalan yang dapat mendekatkan diriku kepada-Mu…

اللهمًَ ارزقني جنتك في الدنيا حتى تدخلني في جنتك في لآخرة

Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku Surga-Mu di dunia ini, sehingga Engkau pun memasukkanku ke dalam Surga-Mu di akhirat kelak…

Aamiin…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى.

Bila Usia Telah 40 Tahun…

Allah Ta’ala berfirman :

حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“…Sehingga apabila dia telah dewasa dan usianya sampai 40 tahun, ia berdoa : “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, dan agar aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir terus sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertaubat kepada-Mu dan sungguh aku termasuk orang muslim” (QS. Al-Ahqaf [46] : 15).

BILA USIA 40 TAHUN, hendaknya manusia berusaha memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, membuang kejahilan ketika usia muda dan lebih berhati-hati…

BILA USIA 40 TAHUN, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian, semakin meneguhkan tujuan hidup, menjadikan uban sebagai peringatan dan semakin memperbanyak syukur…

BILA USIA 40 TAHUN, meningkatlah minat seseorang terhadap agama, dimana semasa mudanya jauh sekali dari agama dan banyak yang mulai menutupi aurat dan mengikuti majelis ilmu…

BILA USIA 40 TAHUN, namun belum juga ada minat terhadap agama, maka bisa jadi ini adalah pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia…

BILA USIA 40 TAHUN, tidak lagi banyak memikirkan “masa depan” keduniaan, mengejar karir dan kekayaan, tetapi jauh berpikir tentang nasib kelak di akhirat…

BILA USIA 40 TAHUN, perbaikilah apa-apa yang telah lewat dan manfaatkanlah dengan baik hari-hari yang tersisa sebelum ruh sampai di tenggorokan…

BILA USIA 40 TAHUN, jika masih gemar melakukan dosa dan maksiat, mungkin meninggalkan shalat, berzina dll, maka akan lebih sulit baginya untuk berhenti dari kebiasaan tersebut…

Ibrahim al-Nakha’i rahimahullah berkata :

Mereka (para salaf) berkata, jika seseorang telah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya

(Ath-Thabaqat al-Kubra VI/277)

Imam Malik rahimahullah berkata :

Aku dapati para ahli ilmu di negeri kami mencari dunia dan berbaur dengan manusia hingga datang kepada mereka usia 40 tahun. Jika telah datang usia tersebut kepada mereka, mereka pun meninggalkan manusia (yaitu lebih banyak konsentrasi untuk meningkatkan ibadah dan ilmu)” (At-Tadzkiroh hal 149).

Imam asy-Syafi’i rahimahullah tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab :

Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk-pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah

Abdullah bin Dawud rahimahullah berkata :

Kaum salaf, apabila diantara mereka ada yang sudah berumur 40 tahun, ia mulai melipat kasur, yakni tidak akan tidur lagi sepanjang malam, selalu melakukan shalat, bertasbih dan beristighfar. Lalu mengejar segala ketertinggalan pada usia sebelumnya dengan amal-amal di hari sesudahnya

(Ihya Ulumiddin IV/410).

Saudaraku, bagaimanakah dengan dirimu…?

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Cintailah PASANGAN HIDUPMU…

Sudah selayaknya disadari…
Cinta adalah anugerah Allah…
Allah yang menjadikan adanya cinta dan kasih sayang antara suami dan istri di dalam hati mereka…

Tetapi tahukah engkau bahwa :

Cinta itu butuh pembuktian…
Cinta itu butuh pengorbanan…
Cinta itu butuh diungkapkan…
Cinta itu butuh diperjuangkan…
Cinta itu butuh kesabaran…
Cinta itu butuh kesetiaan…
Cinta itu butuh keikhlasan…

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah menyebut istrinya, lalu beliau mendoakan rahmat untuknya, dan beliau berkata :

مكثنا عشرين سنة ما اختلفنا في كلمة

Kami hidup bersama selama 20 tahun, kami tidak pernah berselisih walaupun hanya satu kalimat” (Siyar A’laamin Nubalaa’ XI/333)

Syuraih bin al-Harits bin Qais al-Qadhi rahimahullah bersyair tentang cinta :

Kulihat kaum lelaki memukul istri mereka, namun tanganku lumpuh untuk memukul Zainab. Zainab adalah matahari, sedang wanita lain adalah bintang-bintang. Jika Zainab muncul, tak akan nampak lagi bintang-bintang…” (Siyar A’laamin Nubalaa’ IV/106)

Subhanallah, kenapa bisa seperti itu…?

Karena cinta adalah magnet yang merekatkan antara suami dan istri. Membuat keduanya seolah jiwa dan raga yang satu, bahkan hati yang satu…

Dengannya, engkau mendapatkan kebahagiaan yang tidak akan bisa engkau dapatkan tanpa menikahinya…
Dengannya, engkau melewati kehidupan bersama, berbagi suka dan duka, merenda impian dan harapan, menghadapi segala masalah dan rintangan…

Ketika sakit, dia merawatmu dengan sabar…
Ketika sedih, dia menghiburmu dengan ikhlas…
Ketika lelah, dia menyemangatimu dengan penuh kasih sayang…

Saat engkau lemah, maka dia menguatkanmu…
Saat engkau memerlukan nasihat, maka dia pun memberikan nasihat terbaik bagimu…

Saat tidur, dialah orang terakhir yang engkau lihat…
Saat bangun, dialah orang pertama yang kau dekap…
Saat engkau bepergian jauh, dia selalu ada di dalam hati dan pikiranmu…

Dia selalu memikirkan dirimu…
Dia selalu berdoa untukmu…
Dia selalu merindukanmu…
Dia selalu mengkhawatirkan keselamatanmu…

Dia adalah kekasih hatimu…
Dia belahan jiwamu, lentera hidupmu…
Pendamping setia dan sahabat terbaikmu…
Engkau menjadi dunianya, dia menjadi duniamu…

Janganlah letih untuk mencintainya…
Janganlah menyimpan dendam dan kemarahan kepadanya, maafkan kekurangannya, pahami relung jiwanya dan selami dasar hatinya…

Karena cinta sejati bukanlah sehidup semati…
Tetapi sehidup se-Surga, cinta karena Allah…
Ya Allah, jadikanlah cinta kami sehidup dan se-Surga yang kekal abadi selamanya…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Ternyata Keshalihan Bisa Diturunkan…

Allah Ta’ala berfirman :

Dan berikanlah keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan itu) kepada anak cucuku” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15)

Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb kami, perkenankanlah do’aku” (QS. Ibrahim [14]: 40)

Imam al-Bukhari rahimahullah, diantara sebab beliau menjadi anak yang shalih adalah karena keshalihan ayahnya yaitu Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim…

Ahmad bin Hafsh berkata :

“Aku masuk menemui Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim tatkala ia hendak meninggal. Maka beliau berkata : “Aku tidak mengetahui di seluruh hartaku ada satu dirham yang aku peroleh dengan syubhat” (Taariikh ath-Thabari 19/239 dan Tabaqaat asy-Syaafi’iyyah al-Kubra II/213).

Allah Ta’ala berfirman :

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang “ayahnya adalah seorang yang shalih”, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu…” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

Dikatakan bahwa ayah (yang tersebutkan dalam ayat di atas) adalah ayah/kakek ke-7, dan dikatakan juga kakek yang ke-10. Dan apapun pendapatnya (kakek ke-7 atau ke-10), maka ayat ini merupakan dalil bahwasanya seseorang yang shalih akan dijaga keturunannya” (Al-Bidaayah wan-Nihaayah 1/348).

Lihatlah bagaimana Allah menjaga sampai keturunan yang ke-7 karena keshalihan seseorang…

Sa’iid bin Jubair rahimahullah berkata :

Sungguh aku menambah shalatku karena putraku ini
Berkata Hisyam : “Yaitu karena berharap agar Allah menjaga putranya” (Tahdziibul Kamaal X/366 dan Hilyatul Auliyaa’ IV/279)

Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata :

Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam 1/467)

Sekarang coba renungkan, apakah sudah termasuk orang-orang yang shalih…? Banyak beribadah…? Selalu menjaga diri untuk tidak memakan dan membeli dari harta yang syubhat…?

Maka janganlah seseorang heran jika mendapati anak-anaknya keras kepala dan bandel, masih lalai dengan shalat, tidak mau diajak shalat ke masjid, sulit untuk menghafal al-Qur’an, tidak mau diajak ke taklim, tidak mau menutupi aurat dll…

Bisa Jadi” sebabnya adalah orang tua itu sendiri yang tidak shalih, durhaka kepada orang tuanya serta memakan atau menggunakan harta haram, sehingga dampaknya kepada anak-anaknya…

Anak yang tumbuh dari makanan yang haram kelak menjadi orang yang tidak peduli akan rambu-rambu halal dan haram dalam agamanya, lalu bagaimana mungkin orang tua akan mendapatkan anak yang shalih…?

Akan tetapi pada asalnya insya Allah jika seorang ayah atau ibu itu shalih dan shalihah, maka Allah Ta’ala pun akan menjaga anak-anaknya…

Wahai Saudaraku…

Inginkah anakmu menjadi shalih dan shalihah…?

Ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berbakti kepada kedua orang tuanya…?

Dan jika engkau menginginkannya…

Lalu sudahkah engkau shalih sebagai orang tua…?

Allah Ta’ala berfirman :

“…Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat…” (QS. Az-Zumar [39]: 15)

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Sudahkah Takut Akan DOSA..?

Abdullah bin Syubrumah rahimahullah berkata :

عجبت للناس يحتمون من الطعام مخافة الداء، ولا يحتمون من الذنوب مخافة النار

Aku heran kepada manusia, mereka berhati-hati ketika mengkonsumsi makanan karena khawatir penyakit, namun mereka tidak berhati-hati dari dosa karena takut api Neraka” (Siyar A’laamin Nubalaa’ VI/348)

Ibnu Sirin rahimahullah berkata :

“Sungguh aku mengetahui sebuah dosa yang membuatku kini terlilit hutang. 40 tahun yang lalu aku pernah memanggil seseorang dengan ucapan : “Wahai orang yang bangkrut“. Lalu aku menceritakan hal ini kepada Abu Sulaiman ad-Darini, kemudian beliau berkata : “Dosa mereka sedikit, sehingga mereka tahu dosa mana yang menyebabkan musibah yang menimpa mereka, sedangkan dosaku dan dosamu banyak, sehingga kita tidak tahu dosa mana yang menyebabkan musibah menimpa kita” (Shifatus Shofwah III/246).

Suatu hari Kurz bin Wabiroh di dapati sedang menangis, lalu ketika ia ditanya apa sebabnya, maka ia pun berkata : “Tadi malam aku gagal membaca al-Qur’an seperti biasanya, itu semua gara-gara 1 dosa yang telah aku kerjakan” (Shifatus Shofwah III/122).

Ali bin Husain bin Abu Maryam berkata bahwa Riyaah al-Qoisi berkata : “Aku memiliki dosa sebanyak 40 lebih. Sungguh aku telah mohon ampun kepada Allah sebanyak 100rb kali untuk setiap dosa itu” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam hal 539 oleh Ibnu Rajab).

Wuhaib bin al-Warad ditanya : “Apakah orang yang melakukan maksiat itu bisa merasakan nikmatnya beribadah ?” Dia menjawab : “Tidak“, begitu pula bagi orang yang di dalam hatinya “TERBESIT” keinginan untuk melakukan maksiat” (Dzammul Hawaa hal 196 oleh Ibnul Jauzi).

Oh…..betapa malangnya hati yang buta, yang tidak sabar menahan kepahitan sesaat, dan lebih memilih kehinaan sepanjang abad dengan cara melakukan berbagai maksiat…

Oh…..betapa malangnya hati yang mati, berkelana memburu dunia, padahal dunia kelak pasti sirna, dan malas meniti jalan menuju akhirat, padahal semuanya akan berakhir disana…

اَللَّهُمَّ إِنَّ عَافِيَةَ يَوْمِيْ أَنْ لاَ أَعْصِيْكَ فِيْهِ

Ya Allah, sesungguhnya keselamatan hariku adalah dimana aku sama sekali tidak bermaksiat kepada-Mu pada hari tersebut…

اللهم لين قلبي بالتوبة ولا تجعل قلبي قاسيا كالحجر

Ya Allah, lembutkanlah hatiku dengan taubat, dan janganlah Engkau jadikan hatiku keras seperti batu…

اللهم ارزقني عينين هطالتين تشفيان القلب بذروف الدمع من خشيتك

Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku dua mata yang banyak meneteskan air mata, yang mengobati hati dengan air mata, lantaran rasa takut kepada-Mu…

اللهم انك تحول بين المرء و قلبه فحل بيني و بين معاصيك ان اعمل بشيء منها

Ya Allah, sesungguhnya Engkau memberi tabir di antara seseorang dengan hatinya. Maka tabirilah antara diriku dengan berbagai kemaksiatan kepada-Mu, agar aku tidak melakukan sedikit pun di antara kemaksiatan-kemaksiatan itu…

Aamiin…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Sudahkah Selalu Mengingat Dosa…?

Shalih bin Hassan berkata : “Suatu ketika, al-Hasan al-Bashri berpuasa, lalu kami datang kepadanya dengan membawa makanan saat maghrib tiba

Ketika Shalih bin Hassan berada di dekat al-Hasan al-Bashri, Shalih bin Hassan berkata, Aku bacakan ayat ini kepada al-Hasan al-Bashri : “Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan Neraka yang menyala-nyala. Dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih” (QS. Al-Muzammil [73]: 12-13).

Al-Hasan al-Bashri tidak menjamah makanan yang dibawa untuknya. Ia berkata : “Bawa ke sana makanan ini !Kami pun mengambil makanan itu. Ia meneruskan puasanya sampai esok paginya.

Ketika ia ingin berbuka puasa, ia ingat ayat tadi, lalu berbuat seperti kemarin. Pada hari ke-3, anaknya pergi kepada Tsabit al-Bunani, Yahya al-Buka’ dan beberapa rekan al-Hasan al-Bashri, lalu berkata :

Tolong temui ayahku, sebab ia tidak makan makanan sedikit pun sejak 3 hari yang lalu. Setiap kali aku menghidangkan makanan untuk berbuka puasa, ia ingat ayat ini : “Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan Neraka yang menyala-nyala. Dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih” (QS. Al-Muzammil [73]: 12-13).

Lalu teman-teman al-Hasan al-Bashri datang menemui al-Hasan al-Bashri dan lama berada di tempatnya, hingga akhirnya menyuapinya dengan seteguk tepung” (Az-Zuhd hal 284 oleh Imam Ahmad).

Subhanallah, rupanya ia takut akan dosa yang pernah ia lakukan dan ‎tidak pernah melupakannya, sehingga selalu tertanam di hati rasa takut akan adzab Allah…

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :

إن الرجل يذنب الذنب فما ينساه، وما يزال متخوفا منه حتى يدخل الجنة

Sesungguhnya ada orang yang berdosa kemudian tidak melupakannya, dan selalu merasa takut (kepada Allah karenanya) hingga ia pun masuk Surga” (Az-Zuhd no. 338 oleh Imam Ahmad).

Seseorang yang dosanya sedikit, maka mereka pun tahu dari dosa manakah datangnya suatu musibah…

Muhammad bin Sirin rahimahullah pernah mendapat musibah, maka ia pun berkata : “Ini adalah pembalasan atas dosaku yang kutunggu selama 40 tahun

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

“Salah seorang generasi salaf telah mengevaluasi dirinya sejak usia baligh, ternyata kesalahannya tidak lebih dari 36 kesalahan. Kemudian ia mohon ampun kepada Allah sebanyak 100.000 kali untuk setiap kesalahan, shalat 1000 raka’at untuk setiap kesalahan, dan khatam (membaca al-Qur’an) satu kali dalam setiap ruku’. Kendati demikian, ia berkata : “Aku tetap khawatir kekuatan Allah menyiksaku karena kesalahan tersebut, dan penerimaan taubatku dalam bahaya” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam hal 539)

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ تُحِلُّ النِّقَم

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa-dosa yang akan dibalas dengan siksaan…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Kebahagiaan Yang Hakiki…

Berjuta jiwa melalang buana…
Mencari kebahagiaan di pucuk-pucuk dunia…
Membuang harta, merebut tahta, berburu wanita…
Namun kiranya mereka terlupa, bahwa kebahagiaan itu berada di dalam dada…

Pusat kebahagiaan itu terletak di hati…
Apabila hati telah dipenuhi dengan cahaya keimanan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan bahagia di dunia dan di akhirat…

Kenapa…?

Karena hati manusia berada di tangan Allah…
Dan hanya Allah yang bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki…

Ketahuilah…

Hati yang telah mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan, akan menjadikannya mencintai Allah melebihi segalanya, dan memiliki rasa takut kepada siksa-Nya, serta selalu mengharap rahmat-Nya…

Ketika itu ia akan selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan, hatinya akan lembut, dan air matanya pun akan bercucuran, karena dirinya selalu disibukkan oleh dosa-dosanya…

Perilakunya…
jauh dari hawa nafsu dan pengaruh syaitan…
jauh dari fitnah syahwat dan syubhat…
jauh dari kesyirikan dan kebid’ahan…
jauh dari dosa-dosa besar maupun kecil…
jauh dari menjual agamanya untuk mencari keuntungan dunia yang sedikit…

Bagi orang yang beriman, kebahagiaan yang amat mereka dambakan adalah kehidupan di akhirat yang lebih baik dan abadi…

Karena mereka tahu dunia tempat yang penuh bencana dan fitnah, kehidupan sementara, sedikit, menipu, dan tidak ada kebahagiaan yang hakiki…

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“…Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut [29]: 64)

Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata :

Tiadalah urusan manusia di dunia ini, meskipun berumur panjang, kecuali seperti satu nafas dalam lambung kehidupan Surga. Siapa yang menyia-nyiakan satu nafas yang dengannya ia bisa hidup selamanya, sungguh ia termasuk orang yang rugi…

Syumaith bin ‘Ajlaan rahimahullah berkata :

“Barangsiapa menjadikan kematian dihadapan kedua matanya, dia tidak akan peduli dengan kesempitan dunia dan kelapangannya” (Shifatush Shofwah III/342)

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :

Hasrat seorang mukmin hendaknya selalu menyatu dan lengket dengan kehidupan akhirat pada seluruh hidupnya, hingga seperti sedang hidup di dalamnya…

Dan hasrat kepadanya itu begitu menguasai mereka, sehingga segala yang ada di dunia ini akan menggerakkannya untuk selalu ingat kepada akhirat…

Jika melihat kegelapan…
ia akan teringat bagaimana gelapnya alam kubur…
Jika melihat orang yang disakiti…
ia lalu membayangkan bagaimana siksa di akhirat…

Jika mendengar suara mengerikan…
ia terbayang tiupan sangkakala pada hari Kiamat…
Jika melihat orang yang tidur…
ia pun akan terbayang akan kematian…

Baginya tiada berarti rasa sakit, ujian, hilangnya kekasih, ancaman maut, serta perjuangan menepis segala penghalang yang menghadang di jalannya…

Bukankah bagi orang yang menginginkan kesembuhan dari suatu penyakit, maka ia tidak akan memperdulikan betapa pun pahitnya obat yang harus ia minum…?

Lalu ia juga mengandaikan dirinya masuk Neraka dan mendapatkan siksa, maka hidupnya akan terasa berat, dan kerisauan hatinya selalu membayangi setiap langkahnya…

Inilah hasrat seorang mukmin yang selalu terkait dengan itu semua, dan itulah yang selalu menyibukkannya…

Saudaraku, sudahkah seperti itu keadaanmu…?

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Berhentilah, Wahai Pelaku Maksiat…

Wahai pelaku maksiat, berhentilah dari semua dosa dan maksiat yang dimurkai Allah…

Engkau menginginkan kenikmatan Surga, tetapi tetap bergelimang dalam kemaksiatan…
Engkau menginginkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tetapi tetap berpindah dari satu maksiat ke maksiat yang lain…

Sampai kapan kebaikan-kebaikan tetap gersang, sedangkan keburukan-keburukan terus bersemi…?
Sampai kapan merasa acuh tak acuh, padahal telah datang ancaman siksa yang sangat keras…?
Sampai kapan engkau marah ketika dinasihati…?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ أبغضَ الكلامِ إلى اللَّهِ أن يقولَ الرَّجلُ للرجل : اتَّقِ اللَّهَ ، فيقولُ عليكَ نفسك

“Sesungguhnya ucapan yang paling dibenci Allah adalah seseorang yang ketika dikatakan kepadanya : “Bertakwalah kamu kepada Allah“, maka dia pun menjawab : “Urusi saja dirimu sendiri” (HR. An-Nasaa’i, hadits dari Abdullah bin Mas’ud, lihat ash-Shahiihah no. 2939 dan 2598)

Bukankah sekarang waktunya untuk menyesali dosa-dosa yang telah lalu…?
Bukankah sekarang waktunya bangkit dari kelalaian…?
Bukankah sekarang waktunya untuk mengagungkan Rabbul ‘izzah…?
Bukankah sekarang waktunya untuk kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah…?

Berapa banyak air mata penyesalan tertumpah di hari Kiamat, menangisi dosa-dosa yang tercatat di dalam Kitab…?
Siapakah yang akan membela saat berdiri di hari Hisab, lalu ditanyakan apa yang diperbuat…?

Sungguh aneh, bagaimana manusia bergembira, sementara maut membuntuti, kuburan menanti, Kiamat semakin mendekati, dan dihadapan Allah kelak mereka berdiri…

Alangkah kerasnya hati akibat cinta dunia, dan mengabaikan kematian…
Alangkah kerasnya hati akibat banyaknya dosa dan maksiat, serta mengabaikan akhirat…

Manusia yang hatinya lembut adalah jika hatinya merasa takut kepada Allah, hingga mereka paling sedikit dosanya dan cepat meneteskan air mata…

Jika rasa takut itu berada di dalam hati, maka ia akan membakar tempat-tempat nafsu syahwat di hati, dan akan mengusir kecintaan terhadap dunia darinya…

Ketika hasrat ibadah terasa lemah, saat taat dirasa berat, tatkala syahwat makin menguat, dan kala hati terkubur dalam futur, maka jawablah :

Relakah aku mati dalam keadaan seperti ini ?

Hitungan terakhir adalah keluarnya nyawa…
Hitungan terakhir perpisahan dengan keluarga…
Hitungan terakhir adalah masuknya ke kubur…

Bersegeralah, wahai pelaku maksiat…!

Yang tersisa tinggal beberapa hembusan nafas…
Sekiranya dia tertahan, niscaya terputuslah amalan…
Semoga Allah merahmati orang yang melihat dirinya, lantas menangis karena dosa-dosanya…

Demi Allah, barangsiapa tidak mendapatkan rahmat, maka tempatnya adalah adzab Allah…
Demi Allah, barangsiapa tidak mendapatkan ampunan, maka tempatnya adalah adzab Allah…
Demi Allah, barangsiapa tidak mendapatkan Surga, maka tempatnya adalah Neraka Allah…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى 

Ya Allah, Sungguh Aku Mencintai-Mu, Walaupun Aku Bermaksiat Kepada-Mu

Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ…

“…Dan orang-orang yang beriman amat sangat besar rasa cintanya kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah [2]: 165)

Apakah engkau yang dimaksud oleh ayat ini…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan di waktu malam dan siang engkau selalu menantang-Nya…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan berulang-ulang kali engkau mengundang kemurkaan-Nya dan mendurhakai-Nya…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan jalan menuju masjid pun engkau tidak mengetahuinya…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan engkau mencintai musuh-musuh-Nya dan membanggakan mereka…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan engkau berlaku sombong terhadap wali-Nya, bahkan menghinakan dan melecehkan mereka…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan engkau menyelisihi Rasulullah صلي الله عليه وسلم secara zhahir dan bathin…?

Padahal Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu” (QS. Ali Imran [3]: 31)

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan surat-surat cinta-Nya tidak pernah engkau baca…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan perintah dan larangan-Nya selalu engkau abaikan…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan kedatangan-Nya di sepertiga malam akhir tidak pernah engkau sambut…?

Bagaimana mungkin engkau mengaku mencintai Allah, sedangkan dosa dan maksiat secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi masih terus engkau lakukan, bahkan berbangga diri saat melakukannya…?

Dimanakah bukti cintamu kepada Allah, wahai diri yang mengaku cinta kepada-Nya…?

Dimanakah bukti ittiba’mu kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم, wahai diri yang mengaku cinta…?

Engkau membangkang kepada-Nya…
Lalu mengaku bahwa engkau cinta…
Inilah pengakuan yang nyata dustanya…

Jika benar engkau mencintai-Nya…
Tentulah engkau mentaati-Nya…
Karena seseorang akan taat kepada kekasihnya…

Berdoalah dengan merintih kepada-Nya…

اللهم اغفرلي مغفرة واقية في الدنيا و الآخرة

Ya Allah, ampuni dosaku dengan ampunan yang dapat melindungiku di dunia dan akhirat…

تَعَاظَمَنِي ذَنْبِي فَلَمَّا قَرَنْتُهُ بِعَفْوِكَ رَبِّي كَانَ عَفْوُكَ أَعْظَمَا

Dosaku terasa sangat besar bagi diriku, akan tetapi tatkala aku bandingkan dengan ampunan-Mu wahai Rabbku, ternyata ampunan-Mu lebih besar…

اللهم ارزقني طاعتك أبدا ما أبقيتني و ارحمني بترك المعاصى أبدا ما أبقيتني

Ya Allah, karuniakanlah kepadaku rezki untuk selalu dapat mentaati-Mu selama engkau hidupkan aku, dan rahmatilah aku sehingga selalu dapat meninggalkan berbagai maksiat selama Engkau hidupkan aku…

اللهم اني احبك و ان كنت اعصيك

Ya Allah, sungguh aku mencintai-Mu, walaupun aku bermaksiat kepada-Mu…

اللهم اجعل حبك احب الاشياء الي و خشيتك اخوف الاشياء عندي

Ya Allah, jadikanlah cintaku kepada-Mu sesuatu yang paling aku cintai, dan jadikanlah rasa takutku kepada-Mu adalah sesuatu yang paling aku takuti…

و اقطع عني حاجات الدنيا بالشوق الى لقائك

Serta putuskanlah keinginanku atas dunia dengan perasaan rindu untuk berjumpa dengan-Mu…

و إذا اقررت أعين أهل الدنيا من دنياهم فأقر عيني من عبادتك

Dan jika penduduk dunia mata mereka lebih sejuk dengan dunia, maka sejukkanlah pandanganku dengan ibadah kepada-Mu…

Aamiin…

Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى

Munajat Kami Kepada-Mu…

Cahaya Sunnah, [22.02.17 15:01]
◾️ Munajat Kami Kepada-Mu ◾️

Ya Allah…
tidak ada satupun yang tersembunyi di mata-Mu,
Engkau Maha Mengetahui siapa kami sebenarnya…

Terlalu banyak dosa yang telah kami kerjakan…
terlalu banyak maksiat yang telah kami lakukan…
terlalu banyak waktu yang telah kami lalaikan…
terlalu banyak nikmat yang tidak kami syukuri…
terlalu banyak orang yang telah kami zhalimi…

Alangkah malunya kami yang banyak dosa…
alangkah hinanya kami yang banyak maksiat…
alangkah kotornya kami yang banyak kesalahan…

tapi…

Engkau masih memberikan kami kesempatan untuk menengadahkan tangan kepada-Mu…
Engkau masih memberikan kami kesempatan untuk memohon rahmat dan ampunan-Mu…
Engkau masih memberikan kami kesempatan untuk
mengemis dan menangis dihadapan-Mu…

Bersihkanlah dosa-dosa kami…
berilah kesempatan pada sisa umur yang Engkau berikan kepada kami…
jangan Engkau cabut hidayah yang telah Engkau berikan kepada kami…
berilah kesempatan taubat sebelum kami wafat…
dapat rahmat-Mu saat kami wafat…
dapat ampunan-Mu setelah kami wafat…

Kami orang yang malang yang membutuhkan…
yang minta pertolongan dan perlindungan…
yang gemetar dan takut…
yang mengakui dosa-dosa…

Kami meminta kepada-Mu seperti orang miskin…
berdoa sepenuh hati seperti pendosa yang hina…
dengan permohonan orang yang takut lagi buta…
yang air matanya tumpah karena-Mu…
yang tubuhnya merendah kepada-Mu…
yang menghinakan diri kepada-Mu…

Ya Allah…
Apabila telah tiba masa kematian kami
maka wafatkanlah kami
dalam keadaan beriman…
dalam keadaan Islam…
dalam keadaan berdzikir…
dalam kelezatan beribadah…
dalam kerinduan berjumpa dengan-Mu…
dalam keadaan husnul khatimah…

Oh…alangkah bahagianya…
seandainya maut menjemput sedang berurai air mata merasakan manisnya iman dalam sujud penghambaan dan rindu akan perjumpaan dengan-Nya…

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

join↪️https://telegram.me/najmiumar

Cahaya Sunnah, [03.03.17 10:49]
◾️ Untukmu Saudaraku Yang Lalai… ◾️

Wahai saudaraku…engkau
Begitu semangatnya mengikuti berita…

Begitu seriusnya mencari data dan informasi terbaru darinya…

Begitu antusiasnya memberikan komentar terhadapnya…

Begitu pedulinya akan peristiwa yang berlangsung hanya sehari, seminggu dst…

Tapi…

Apakah sebegitu semangatnya, seriusnya, antusiasnya, perhatian dan pedulinya dirimu dengan agamamu dan kehidupan hakiki di akhirat yang pasti abadi…?

Kenapa masalah yang sehari bisa mengalahkan masalah kehidupan akhirat yang kekal dan tidak akan pernah mati…?

Kenapa ketika ada hal-hal yang berkaitan dengan akhirat, ganjaran, kebaikan, kematian dll engkau tidak seperti itu sikapnya…?

Apakah sudah ada benih-benih kemunafikan yang tidak disadari…?

Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata :

“Nifaq (munafik) adalah engkau berbicara tentang Islam tetapi engkau tidak mengamalkan ajarannya dalam kehidupan” (Hilyatul Auliyaa’ I/182).

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :

“Wahai jiwa yang miskin, engkau selalu berbuat jelek, tapi menyangka telah berbuat baik…!

Engkau bodoh tapi menyangka dirimu berilmu…!

Engkau bakhil tapi menyangka dirimu dermawan…!

Ajalmu telah dekat tapi angan-anganmu masih jauh…!

Engkau telah berbuat zalim, tapi menyangka engkaulah yang terzhalimi…!

Engkau memakan harta yang haram, tapi menganggap dirimu wara’…!

Engkau telah menuntut ilmu demi meraup keuntungan dunia, tapi engkau katakan menuntutnya karena Allah ‘Azza wa Jalla……” (Siyar A’lamin Nubalaa’ VIII/440).

Ingatlah…

Kehidupan dunia hanyalah sebentar dan tidak lama… Janganlah masalah yang paling penting yaitu akhirat ternyata di abaikan begitu saja sehingga hilanglah begitu banyak kebaikan…

Cobalah tanyakan kepada diri sendiri…

Berapa banyakkah kebaikan yang telah dilakukan…?

Berapa banyakkah khatam membaca al-Qur’an…?

Sudahkah shalat dengan penuh khusyu’…?

Sudahkah beribadah niatnya selalu karena Allah…?

Sudahkah bertambah iman…?
Sudahkah bertambah ilmu…?
Sudahkah bertambah amal…?
Sudahkah bertambah semangat…?

Seberapa seringkah menghadiri majelis ta’lim…?
Seberapa banyakkah yang dipahami dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar…?
Seberapa besarkah rasa takut kepada Allah Ta’ala…?
Seberapa banyakkah mengingat kematian…?

Kenapa seseorang membenci kematian…?

Karena ia telah memakmurkan dunia dan menghancurkan akhiratnya. Maka ia benci keluar dari kemakmuran menuju kehancuran…..!

Wahai saudaraku…

Kita tidak sedang berada di dunia yang kekal…

Kita telah diizinkan untuk pergi, maka bersiaplah karena perjalanannya sebentar lagi berangkat…

Beruntunglah orang yang takut ketika di dunia dan betapa buruk orang yang dosanya masih tersisa sepeninggalnya…

Perhatikanlah, sebagai apa nanti bila sudah berdiri di hadapan Allah Ta’ala…

Lalu Dia meminta pertanggungjawaban terhadap nikmat yang diberikan, bagaimanakah kita mempergunakannya…

Dia tidak akan menerima alasan mengelak atau pun permohonan maaf karena kesalahannya…

Orang-orang yang baik akan kembali kepada Allah seperti perantau yang kembali kepada keluarganya…

Sedangkan orang yang penuh dengan dosa dan maksiat akan datang seperti budak yang kabur, lalu dia diseret kepada majikannya dengan keras…

Allah Ta’ala berfirman :

“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 205 – 207)

Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk beribadah, namun syahwat malah menghalanginya untuk beribadah…

Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk masa yang akan datang, namun masa yang sekarang menghalanginya dari masa yang akan datang…

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

join ↪️https://telegram.me/najmiumar

Cahaya Sunnah, [12.03.17 17:21]
◾️ Ternyata Keshalihan Bisa Diturunkan… ◾️

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan berikanlah keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan itu) kepada anak cucuku” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15)

“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb kami, perkenankanlah doaku” (QS. Ibrahim [14]: 40)

Imam al-Bukhari rahimahullah, diantara sebab beliau menjadi anak yang shalih adalah karena keshalihan ayahnya yaitu Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim…

Ahmad bin Hafsh berkata :

“Aku masuk menemui Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim tatkala ia hendak meninggal. Maka beliau berkata : “Aku tidak mengetahui di seluruh hartaku ada satu dirham yang aku peroleh dengan syubhat” (Taariikh ath-Thabari 19/239 dan Tabaqaat asy-Syaafi’iyyah al-Kubra II/213).

Allah Ta’ala berfirman :

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang “ayahnya adalah seorang yang shalih”, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu…” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

“Dikatakan bahwa ayah (yang tersebutkan dalam ayat di atas) adalah ayah/kakek ke-7, dan dikatakan juga kakek yang ke-10. Dan apapun pendapatnya (kakek ke-7 atau ke-10), maka ayat ini merupakan dalil bahwasanya seseorang yang shalih akan dijaga keturunannya” (Al-Bidaayah wan-Nihaayah 1/348).

Lihatlah bagaimana Allah menjaga sampai keturunan yang ke-7 karena keshalihan seseorang…

Sa’iid bin Jubair rahimahullah berkata :

“Sungguh aku menambah shalatku karena putraku ini”
Berkata Hisyam : “Yaitu karena berharap agar Allah menjaga putranya” (Tahdziibul Kamaal X/366 dan Hilyatul Auliyaa’ IV/279)

Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata :

“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam 1/467)

Sekarang coba renungkan, apakah sudah termasuk orang-orang yang shalih…? Banyak beribadah…? Selalu menjaga diri untuk tidak memakan dan membeli dari harta yang syubhat…?

Maka janganlah seseorang heran jika mendapati anak-anaknya keras kepala dan bandel, masih lalai dengan shalat, tidak mau diajak shalat ke masjid, sulit untuk menghafal al-Qur’an, tidak mau diajak ke taklim, tidak mau menutupi aurat dll…

“Bisa Jadi” sebabnya adalah orang tua itu sendiri yang tidak shalih, durhaka kepada orang tuanya serta memakan atau menggunakan harta haram, sehingga dampaknya kepada anak-anaknya…

Anak yang tumbuh dari makanan yang haram kelak menjadi orang yang tidak peduli akan rambu-rambu halal dan haram dalam agamanya, lalu bagaimana mungkin orang tua akan mendapatkan anak yang shalih…?

Akan tetapi pada asalnya insya Allah jika seorang ayah atau ibu itu shalih dan shalihah, maka Allah Ta’ala pun akan menjaga anak-anaknya…

Wahai Saudaraku…

Inginkah anakmu menjadi shalih dan shalihah…?

Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berbakti kepada kedua orang tuanya…?

Dan jika engkau menginginkannya…

Lalu sudahkah engkau shalih sebagai orang tua…?

Allah Ta’ala berfirman :

“…Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat…” (QS. Az-Zumar [39]: 15)

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

join ↪️https://telegram.me/najmiumar

Cahaya Sunnah, [22.03.17 19:52]
◾️ Curahan Hati Untuk Istriku… ◾️

Maafkan aku wahai istriku…
Sudah berapa kali kubuat kau bersedih…
Sudah berapa kali hatimu kulukai…
Sudah berapa kali nasihatmu kutepis…
Sudah berapa kali teguranmu kutolak…
Sudah berapa kali tingkahku memberi luka…
Sudah seringkali aku berlaku kasar padamu…

Maafkan aku wahai istriku…
atas segala salah dan khilafku…
lahir dan batin, yang tampak maupun yang tersembunyi, atas ucapan dan janji yang tak terpenuhi…

Maafkan aku wahai istriku…
jika yang ada pada diriku membuatmu kecewa…
jika yang kuperbuat sangat menyakiti hatimu…
aku hanyalah seorang lelaki biasa…
seorang suami yang lemah…
seorang suami yang banyak salah…

Tapi…

Yakinlah aku mencintaimu karena Allah…
aku sayang padamu wahai istriku…
engkau harta yang tak ternilai bagiku…

Wahai Istriku…
seandainya dirimu merasa pernah berbuat salah padaku, apapun itu, aku sudah ridho memaafkan semuanya, lahir dan batin…

Wahai Istriku…
aku kini menyadari bahwa hatimu begitu mulia…
mudah-mudahan ini kesadaran yang belum terlambat, hanya karena kebodohanku saja, serta hawa nafsu, sehingga aku menzhalimi dirimu…

Ya Allah, hanya Engkau yang mengetahui semua kebaikannya, maka berilah balasan yang baik dan berlipat atas segala kebaikannya…

Bila ia berbuat dosa, itu adalah juga dosa hamba…
karena kejahilan hamba yang tidak bisa mengemban amanah memimpin rumah tangga…

Ya Allah, ampunilah kami, sayangilah kami, tutuplah aib-aib kami, serta jagalah dan lindungilah keluarga kami, sungguh Engkaulah sebaik-baik pelindung…

Ya Allah, jadikan istriku termasuk istri yang shalihah dan semakin shalihah, serta izinkan hamba-Mu ini untuk bisa membahagiakannya sampai sisa umur yang telah Engkau tentukan…

Ya Allah, jadikanlah “ISTRIKU SURGAKU”, sebaik-baik kesenangan dunia, dan masukkanlah kami ke dalam Surga Firdaus yang Engkau janjikan sebagai rahmat-Mu…

Aamiin…

(dinukil dari buku “50 Kiat Agar Cinta Suami Kepada Istri Semakin Dahsyat”, hal 102-104)

✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

join ↪️https://telegram.me/najmiumar

Cahaya Sunnah, [25.03.17 20:41]
[ Photo ]