Cahaya Sunnah, [22.01.17 12:10]
◾️ KARENA APA AIR MATAMU MENANGIS ? ◾️
Menangis merupakan bukti yang menunjukkan ketakwaan hati, ketinggian jiwa, kesucian sanubari dan kelembutan perasaan…
Menangis karena Allah terjadi manakala seorang hamba melihat kelalaian pada dirinya atau merasa takut akan kesudahannya yang buruk…
Menangis manakala hamba yang bersangkutan ingat kepada Rabbnya dan takut akan dosa-dosa yang telah dilakukannya…
Abu Sa’id berkata : “Pada suatu hari, aku melihat Manshur bin Zadzan berwudhu. Usai berwudhu, kedua matanya mengucurkan air mata. Ia menangis terus hingga suaranya semakin keras. Aku berkata kepadanya : “Ada apa denganmu, semoga Allah merahmatimu”. Manshur bin Zadzan berkata : “Adakah sesuatu yang lebih besar dari urusanku ? Aku ingin berdiri di depan Dzat yang tidak tidur dan mengantuk. Tapi aku khawatir Dia memalingkan muka dariku”. Demi Allah, aku menangis karena perkataannya itu” (Shifatus Shafwah II/12).
Muhammad bin Naahiah berkata : “Aku shalat shubuh bermakmum di belakang al-Fudhail, dia membaca surat al-Haqqah. Ketika tiba pada bacaan : “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya” (QS. Al-Haqqah [69]: 30). Al-Fudhail tidak bisa membendung tangisannya” (Siyar A’laam an-Nubalaa’ VIII/444).
Dari Ali bin Zaid, dia berkata : “Suatu malam al-Hasan ada di rumah kami. Pada tengah malam dia menangis. “Wahai Abu Sa’id, semalam engkau telah membuat keluargaku menangis semua”, kataku. Dia berkata : “Wahai Ali, sesungguhnya aku berkata kepada diriku sendiri : “Wahai Hasan, boleh jadi Allah melihatmu karena sebagian musibah yang menimpamu, lalu Dia berfirman : “Berbuatlah sesukamu, karena Aku tidak menerima sedikit pun dari amalmu” (Az-Zuhd no.1608 oleh Imam Ahmad).
Wahai Saudaraku, air mata apakah yang selalu menetes dari mata ini…?
Pernahkah air mata ini menetes karena takut dan harap kepada Allah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena sangat rindu ingin bertemu dengan Rasulullah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena dosa-dosa dan maksiat yang telah dilakukan…?
Pernahkah air mata ini menetes karena takut orang tua nantinya diazab Allah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena takut akan su’ul khatimah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena memikirkan alam kubur…?
Pernahkah air mata ini menetes karena memikirkan nasib di akhirat kelak…?
Pernahkah air mata ini menetes karena memikirkan Surga dan Neraka Allah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena banyaknya hilang pahala akhirat…?
Pernahkah air mata ini menetes karena banyaknya waktu yang terbuang sia-sia…?
Pernahkah air mata ini menetes karena banyaknya ilmu yang belum diketahui…?
Pernahkah air mata ini menetes karena banyaknya ilmu yang belum diamalkan…?
Pernahkah air mata ini menetes karena jarangnya harta dikeluarkan untuk sedekah…?
Pernahkah air mata ini menetes karena jarangnya hadir di majelis taklim…?
Pernahkah air mata ini menetes karena kehilangan shalat tahajjud di malam hari…?
Pernahkah air mata ini menetes karena kehilangan shalat dua raka’at sebelum shubuh…?
Pernahkah air mata ini menetes karena kehilangan shalat berjamaah di masjid…?
Pernahkah air mata ini menetes karena melihat penderitaan kaum muslimin di tempat lain…?
Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata : “Menangislah kalian…karena sesungguhnya para penghuni Neraka itu menangis padahal tidak ada yang merasa kasihan dengan tangisan mereka, maka menangislah sekarang…karena tangisan kalian saat ini masih dikasihani” (Az-Zuhd no.1101 oleh Imam Ahmad).
Wahai Saudaraku…
Menangislah sebelum menyesal, sebab perjalanan sangatlah jauh dan bekal hanya sedikit…
datangilah majelis tangis…
majelis yang mengingatkan akan negeri akhirat…
majelis yang dapat menyuburkan iman dan taqwa…
majelis yang didalamnya dibacakan ayat-ayat Allah… majelis yang dibacakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…yang semua itu menyebabkan air matamu berlinang dan hati ini tunduk, bergetar serta takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla…
✍️ Ust Najmi Umar Bakkar
join↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [30.01.17 17:21]
◾️ Ringkasan 12 Adab Bagi Penuntut Ilmu ◾️
(01). Hendaknya kepergian dan duduknya seorang penuntut ilmu ke majelis ilmu itu ikhlas hanya karena Allah, tanpa riya’ dan keinginan dipuji orang lain.
(02). Hendaknya berdo’a kepada Allah Ta’ala sebelum dimulainya majelis ilmu agar ilmunya berkah, yaitu ditambahkan ilmunya, diberi pemahaman dan dimudahkan Allah dalam mengamalkannya.
(03). Bersegera datang ke majelis ilmu dan tidak terlambat, seyogyanya seorang penuntut ilmu datang terlebih dahulu sebelum ustadznya.
(04). Jika majelis ilmu ada di masjid, maka sebelum duduk hendaknya shalat sunnah tahiyatul masjid.
(05). Ucapkanlah salam saat memasuki suatu majelis.
(06). Jika bercampur antara jamaah wanita dan pria di suatu majelis ilmu, maka hendaknya diberi pembatas atau hijab di antara mereka untuk menghindari fitnah. Atau bisa juga dengan cara mengadakan majelis ilmu di tempat tertentu khusus untuk para wanita saja.
(07). Tidak menyuruh orang lain berdiri, pindah atau menggeser tempat duduknya.
(08). Tidak meletakkan tangan kiri ke belakang.
(09). Mendekat ke ustadz saat ia memberi nasehat.
(10). Mencatat ilmu agar tidak mudah hilang.
(11). Tenang, tidak berbicara, tidak bersenda gurau ataupun berbantah-bantahan yang sia-sia, tidak sibuk sendiri dengan banyak bergerak, menolah-noleh ke belakang atau ke kiri dan kanan, hendaknya mata tertuju kepada ustadz dalam majelis ilmu.
من لا يكرمُ العلمَ لا يكرمه العلمُ
“Barangsiapa yang tidak memuliakan ilmu, maka ilmu pun tidak akan menjadikannya mulia”
Jika seorang murid berakhlak buruk kepada ustadznya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, seperti hilangnya berkah dari ilmu yang di dapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya atau tidak dapat menyebarkan ilmunya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خيركم اسلاما احاسنكم اخلاقا اذا فقهوا
“Sebaik-baik kalian Islamnya adalah yang paling baik akhlaknya jika mereka menuntut ilmu” (HR. Ahmad no.10329, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no.3312, hadits dari Abu Hurairah).
Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seakan-akan ada burung di atas kepala kami, tidak ada seorang pun dari kami yang berbicara…” (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban, lihat Shahiihut Targhib wat Tarhiib no. 2652)
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata :
“Aku membalik lembaran halaman di hadapan Malik dengan pelan, karena segan kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya”
Ar-Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah berkata :
مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”
Janganlah datang ke majelis ilmu hanya sekedar mendengarkan sambil bersantai-santai, tidak serius dan banyak menguap. Ada yang sambil bermain HP, duduk bersandar, tidur, memotret, menjulurkan kaki, memberikan komentar saat ustadz sedang menjelaskan, ada juga yang sambil makan, minum, mengecap permen dan bahkan ada yang niatnya sekedar ngumpul-ngumpul, kopdar, ingin ketemu ustadznya atau tujuannya hanya berdagang saja
Janganlah mengangkat suara saat firman Allah Ta’ala dan hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dibacakan, sehingga berakibat terhapusnya amalan (lihat QS. 7 : 204 dan QS. 49 : 2)
Imam adz-Dzahabi rahimahullah menyampaikan kisah Ahmad bin Sinan, ketika beliau berkata :
“Tidak ada yang berbicara di majelis ‘Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada pensil yang diraut, tidak ada seorangpun yang tersenyum, dan tidak ada seorangpun yang berdiri, seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat. Jika ia melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka dia memakai sandalnya lalu keluar” (Siyar A’laamin Nubalaa’ IX/201-202)
(12). Membaca do’a penutup majelis.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
✍️ Ust Najmi Umar Bakkar
join↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [08.02.17 20:48]
◾️ Oh…Alangkah Besarnya Penyesalan… ◾️
Bagaimana mata kan terpejam, kalau ia terbelalak diam, di mana seharusnya ia sangat awam, di Surga atau Neraka ia berdiam…
Seseorang masìh memungkinkan untuk berbuat durhaka atau taat kepada Allah selama hayat masih di kandung badan…
Keleluasaan yang ia minta, sebaliknya akan menjadi keterkungkungan yang ia terima…
Lalu di manakah letak nikmatnya kedurhakaan seseorang dan dimana jerih payah ketaatannya…?
Seseorang yang telah tergoda oleh nafsu syahwat, ia akan begitu cepat menghampirinya dan tidak pernah berpikir tentang apa akibat yang akan ditimbulkannya kelak…
Berapa banyak sudah penyesalan yang telah ia teguk di dalam menjalani sisa-sisa hidupnya…?
Berapa besar kehinaan yang harus ia tanggung setelah kematiannya…?
Dan siksa yang tidak bisa dihindarkan datangnya, yaitu mempertanggungjawabkan atas semua perbuatannya dihadapan Allah…
Dan itu semua disebabkan oleh kenikmatan yang sesaat, yang terasa bagaikan sebuah kilat…
Alangkah mengkhawatirkan bagi orang yang meyakini sebuah perintah, akan tetapi setelah itu melupakannya…
Juga bagi orang yang telah melihat dengan mata kepala sendiri bahaya yang akan tersimpan di balik suatu persoalan, akan tetapi kemudian menutup mata darinya…
Sebesar-besar hukuman adalah apabila si terhukum tidak merasa dirinya sedang dihukum…
Ketahuilah…
Derajat yang tinggi di sisi Allah tidak akan diraih kecuali setelah bersungguh-sungguh…
Sungguh-sungguh tidak akan ada kecuali setelah adanya rasa takut…
Rasa takut tidak akan ada kecuali setelah adanya keyakinan…
Keyakinan tidak akan ada kecuali setelah adanya ilmu…
Ilmu tidak akan ada kecuali setelah belajar…
Belajar sulit dilakukan jika tanpa adanya niat, tekad dan semangat yang kuat…
Manfaatkanlah waktu dan ketahuilah perbuatan apa saja yang mengiringi malam dan siangmu yang telah berlalu…
Perbaharuilah taubat setiap waktu, dan jadikanlah umurmu dalam tiga waktu : waktu untuk ilmu, waktu untuk beramal dan waktu untuk memenuhi hak dan kewajibanmu…
Ambillah pelajaran dari orang-orang yang telah lalu, dan pikirkanlah tempat kembalinya dua kelompok di hadapan Allah. Satu kelompok di dalam Surga dengan ridha-Nya dan satu kelompok berada di Neraka dengan murka-Nya…
Kesenangannya Iblis bukan menjerumuskanmu dalam berbagai kemaksiatan, akan tetapi cita-citanya agar engkau masuk bersamanya ke tempat yang dia akan memasukinya, yaitu Neraka Jahannam…
Hindarilah maksiat hati yaitu menganggap sedikitnya rezeki, menganggap remeh nikmat Allah, lalai dari Allah, menganggap remeh bencana agama, menganggap besar dunia dan bersedih hati karena dunia yang telah meninggalkannya…
Dosa itu mewariskan kelalaian…
Kelalaian mewariskan kekerasan hati…
Kekerasan hati mewariskan jauh dari Allah…
Jauh dari Allah mewariskan Neraka…
Umur manusia hanyalah hitungan hari…
Manusia akan mendapatkan kebahagiaan jika ia menghibahkan dirinya untuk Allah ‘Azza wa Jalla…
Ingatlah suatu hari, dimana penyesalan tidaklah berguna lagi…
ٌيَا حَسْرَتَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ…
“…Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah…” (QS. Az-Zumar [39]: 56)
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Dia mengatakan : “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini” (QS. Al-Fajr [89]: 24)
قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا…
“…Mereka berkata : Sungguh betapa menyesalnya kami atas apa yang kami sia-siakan dahulu di dunia…” (QS. Al-An’aam [6]: 31)
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam Neraka, mereka berkata : “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul” (QS. Al-Ahzab [33]: 66)
Semoga Allah selalu memberikan taufiq bagi para pengikut kebenaran, dan semoga menjadikan kita termasuk bagian dari mereka…
✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
join ↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [22.03.17 19:52]
◾️ Curahan Hati Untuk Istriku… ◾️
Maafkan aku wahai istriku…
Sudah berapa kali kubuat kau bersedih…
Sudah berapa kali hatimu kulukai…
Sudah berapa kali nasihatmu kutepis…
Sudah berapa kali teguranmu kutolak…
Sudah berapa kali tingkahku memberi luka…
Sudah seringkali aku berlaku kasar padamu…
Maafkan aku wahai istriku…
atas segala salah dan khilafku…
lahir dan batin, yang tampak maupun yang tersembunyi, atas ucapan dan janji yang tak terpenuhi…
Maafkan aku wahai istriku…
jika yang ada pada diriku membuatmu kecewa…
jika yang kuperbuat sangat menyakiti hatimu…
aku hanyalah seorang lelaki biasa…
seorang suami yang lemah…
seorang suami yang banyak salah…
Tapi…
Yakinlah aku mencintaimu karena Allah…
aku sayang padamu wahai istriku…
engkau harta yang tak ternilai bagiku…
Wahai Istriku…
seandainya dirimu merasa pernah berbuat salah padaku, apapun itu, aku sudah ridho memaafkan semuanya, lahir dan batin…
Wahai Istriku…
aku kini menyadari bahwa hatimu begitu mulia…
mudah-mudahan ini kesadaran yang belum terlambat, hanya karena kebodohanku saja, serta hawa nafsu, sehingga aku menzhalimi dirimu…
Ya Allah, hanya Engkau yang mengetahui semua kebaikannya, maka berilah balasan yang baik dan berlipat atas segala kebaikannya…
Bila ia berbuat dosa, itu adalah juga dosa hamba…
karena kejahilan hamba yang tidak bisa mengemban amanah memimpin rumah tangga…
Ya Allah, ampunilah kami, sayangilah kami, tutuplah aib-aib kami, serta jagalah dan lindungilah keluarga kami, sungguh Engkaulah sebaik-baik pelindung…
Ya Allah, jadikan istriku termasuk istri yang shalihah dan semakin shalihah, serta izinkan hamba-Mu ini untuk bisa membahagiakannya sampai sisa umur yang telah Engkau tentukan…
Ya Allah, jadikanlah “ISTRIKU SURGAKU”, sebaik-baik kesenangan dunia, dan masukkanlah kami ke dalam Surga Firdaus yang Engkau janjikan sebagai rahmat-Mu…
Aamiin…
(dinukil dari buku “50 Kiat Agar Cinta Suami Kepada Istri Semakin Dahsyat”, hal 102-104)
✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
join ↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [25.03.17 20:41]
[ Photo ]