Cahaya Sunnah, [03.03.17 10:49]
◾️ Untukmu Saudaraku Yang Lalai… ◾️
Wahai saudaraku…engkau
Begitu semangatnya mengikuti berita…
Begitu seriusnya mencari data dan informasi terbaru darinya…
Begitu antusiasnya memberikan komentar terhadapnya…
Begitu pedulinya akan peristiwa yang berlangsung hanya sehari, seminggu dst…
Tapi…
Apakah sebegitu semangatnya, seriusnya, antusiasnya, perhatian dan pedulinya dirimu dengan agamamu dan kehidupan hakiki di akhirat yang pasti abadi…?
Kenapa masalah yang sehari bisa mengalahkan masalah kehidupan akhirat yang kekal dan tidak akan pernah mati…?
Kenapa ketika ada hal-hal yang berkaitan dengan akhirat, ganjaran, kebaikan, kematian dll engkau tidak seperti itu sikapnya…?
Apakah sudah ada benih-benih kemunafikan yang tidak disadari…?
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Nifaq (munafik) adalah engkau berbicara tentang Islam tetapi engkau tidak mengamalkan ajarannya dalam kehidupan” (Hilyatul Auliyaa’ I/182).
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :
“Wahai jiwa yang miskin, engkau selalu berbuat jelek, tapi menyangka telah berbuat baik…!
Engkau bodoh tapi menyangka dirimu berilmu…!
Engkau bakhil tapi menyangka dirimu dermawan…!
Ajalmu telah dekat tapi angan-anganmu masih jauh…!
Engkau telah berbuat zalim, tapi menyangka engkaulah yang terzhalimi…!
Engkau memakan harta yang haram, tapi menganggap dirimu wara’…!
Engkau telah menuntut ilmu demi meraup keuntungan dunia, tapi engkau katakan menuntutnya karena Allah ‘Azza wa Jalla……” (Siyar A’lamin Nubalaa’ VIII/440).
Ingatlah…
Kehidupan dunia hanyalah sebentar dan tidak lama… Janganlah masalah yang paling penting yaitu akhirat ternyata di abaikan begitu saja sehingga hilanglah begitu banyak kebaikan…
Cobalah tanyakan kepada diri sendiri…
Berapa banyakkah kebaikan yang telah dilakukan…?
Berapa banyakkah khatam membaca al-Qur’an…?
Sudahkah shalat dengan penuh khusyu’…?
Sudahkah beribadah niatnya selalu karena Allah…?
Sudahkah bertambah iman…?
Sudahkah bertambah ilmu…?
Sudahkah bertambah amal…?
Sudahkah bertambah semangat…?
Seberapa seringkah menghadiri majelis ta’lim…?
Seberapa banyakkah yang dipahami dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar…?
Seberapa besarkah rasa takut kepada Allah Ta’ala…?
Seberapa banyakkah mengingat kematian…?
Kenapa seseorang membenci kematian…?
Karena ia telah memakmurkan dunia dan menghancurkan akhiratnya. Maka ia benci keluar dari kemakmuran menuju kehancuran…..!
Wahai saudaraku…
Kita tidak sedang berada di dunia yang kekal…
Kita telah diizinkan untuk pergi, maka bersiaplah karena perjalanannya sebentar lagi berangkat…
Beruntunglah orang yang takut ketika di dunia dan betapa buruk orang yang dosanya masih tersisa sepeninggalnya…
Perhatikanlah, sebagai apa nanti bila sudah berdiri di hadapan Allah Ta’ala…
Lalu Dia meminta pertanggungjawaban terhadap nikmat yang diberikan, bagaimanakah kita mempergunakannya…
Dia tidak akan menerima alasan mengelak atau pun permohonan maaf karena kesalahannya…
Orang-orang yang baik akan kembali kepada Allah seperti perantau yang kembali kepada keluarganya…
Sedangkan orang yang penuh dengan dosa dan maksiat akan datang seperti budak yang kabur, lalu dia diseret kepada majikannya dengan keras…
Allah Ta’ala berfirman :
“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 205 – 207)
Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk beribadah, namun syahwat malah menghalanginya untuk beribadah…
Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diciptakan untuk masa yang akan datang, namun masa yang sekarang menghalanginya dari masa yang akan datang…
✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
join ↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [12.03.17 17:21]
◾️ Ternyata Keshalihan Bisa Diturunkan… ◾️
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan berikanlah keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan itu) kepada anak cucuku” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15)
“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb kami, perkenankanlah doaku” (QS. Ibrahim [14]: 40)
Imam al-Bukhari rahimahullah, diantara sebab beliau menjadi anak yang shalih adalah karena keshalihan ayahnya yaitu Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim…
Ahmad bin Hafsh berkata :
“Aku masuk menemui Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim tatkala ia hendak meninggal. Maka beliau berkata : “Aku tidak mengetahui di seluruh hartaku ada satu dirham yang aku peroleh dengan syubhat” (Taariikh ath-Thabari 19/239 dan Tabaqaat asy-Syaafi’iyyah al-Kubra II/213).
Allah Ta’ala berfirman :
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang “ayahnya adalah seorang yang shalih”, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu…” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Dikatakan bahwa ayah (yang tersebutkan dalam ayat di atas) adalah ayah/kakek ke-7, dan dikatakan juga kakek yang ke-10. Dan apapun pendapatnya (kakek ke-7 atau ke-10), maka ayat ini merupakan dalil bahwasanya seseorang yang shalih akan dijaga keturunannya” (Al-Bidaayah wan-Nihaayah 1/348).
Lihatlah bagaimana Allah menjaga sampai keturunan yang ke-7 karena keshalihan seseorang…
Sa’iid bin Jubair rahimahullah berkata :
“Sungguh aku menambah shalatku karena putraku ini”
Berkata Hisyam : “Yaitu karena berharap agar Allah menjaga putranya” (Tahdziibul Kamaal X/366 dan Hilyatul Auliyaa’ IV/279)
Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata :
“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam 1/467)
Sekarang coba renungkan, apakah sudah termasuk orang-orang yang shalih…? Banyak beribadah…? Selalu menjaga diri untuk tidak memakan dan membeli dari harta yang syubhat…?
Maka janganlah seseorang heran jika mendapati anak-anaknya keras kepala dan bandel, masih lalai dengan shalat, tidak mau diajak shalat ke masjid, sulit untuk menghafal al-Qur’an, tidak mau diajak ke taklim, tidak mau menutupi aurat dll…
“Bisa Jadi” sebabnya adalah orang tua itu sendiri yang tidak shalih, durhaka kepada orang tuanya serta memakan atau menggunakan harta haram, sehingga dampaknya kepada anak-anaknya…
Anak yang tumbuh dari makanan yang haram kelak menjadi orang yang tidak peduli akan rambu-rambu halal dan haram dalam agamanya, lalu bagaimana mungkin orang tua akan mendapatkan anak yang shalih…?
Akan tetapi pada asalnya insya Allah jika seorang ayah atau ibu itu shalih dan shalihah, maka Allah Ta’ala pun akan menjaga anak-anaknya…
Wahai Saudaraku…
Inginkah anakmu menjadi shalih dan shalihah…?
Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berbakti kepada kedua orang tuanya…?
Dan jika engkau menginginkannya…
Lalu sudahkah engkau shalih sebagai orang tua…?
Allah Ta’ala berfirman :
“…Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat…” (QS. Az-Zumar [39]: 15)
✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
join ↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [22.03.17 19:52]
◾️ Curahan Hati Untuk Istriku… ◾️
Maafkan aku wahai istriku…
Sudah berapa kali kubuat kau bersedih…
Sudah berapa kali hatimu kulukai…
Sudah berapa kali nasihatmu kutepis…
Sudah berapa kali teguranmu kutolak…
Sudah berapa kali tingkahku memberi luka…
Sudah seringkali aku berlaku kasar padamu…
Maafkan aku wahai istriku…
atas segala salah dan khilafku…
lahir dan batin, yang tampak maupun yang tersembunyi, atas ucapan dan janji yang tak terpenuhi…
Maafkan aku wahai istriku…
jika yang ada pada diriku membuatmu kecewa…
jika yang kuperbuat sangat menyakiti hatimu…
aku hanyalah seorang lelaki biasa…
seorang suami yang lemah…
seorang suami yang banyak salah…
Tapi…
Yakinlah aku mencintaimu karena Allah…
aku sayang padamu wahai istriku…
engkau harta yang tak ternilai bagiku…
Wahai Istriku…
seandainya dirimu merasa pernah berbuat salah padaku, apapun itu, aku sudah ridho memaafkan semuanya, lahir dan batin…
Wahai Istriku…
aku kini menyadari bahwa hatimu begitu mulia…
mudah-mudahan ini kesadaran yang belum terlambat, hanya karena kebodohanku saja, serta hawa nafsu, sehingga aku menzhalimi dirimu…
Ya Allah, hanya Engkau yang mengetahui semua kebaikannya, maka berilah balasan yang baik dan berlipat atas segala kebaikannya…
Bila ia berbuat dosa, itu adalah juga dosa hamba…
karena kejahilan hamba yang tidak bisa mengemban amanah memimpin rumah tangga…
Ya Allah, ampunilah kami, sayangilah kami, tutuplah aib-aib kami, serta jagalah dan lindungilah keluarga kami, sungguh Engkaulah sebaik-baik pelindung…
Ya Allah, jadikan istriku termasuk istri yang shalihah dan semakin shalihah, serta izinkan hamba-Mu ini untuk bisa membahagiakannya sampai sisa umur yang telah Engkau tentukan…
Ya Allah, jadikanlah “ISTRIKU SURGAKU”, sebaik-baik kesenangan dunia, dan masukkanlah kami ke dalam Surga Firdaus yang Engkau janjikan sebagai rahmat-Mu…
Aamiin…
(dinukil dari buku “50 Kiat Agar Cinta Suami Kepada Istri Semakin Dahsyat”, hal 102-104)
✍️ Ustadz Najmi Umar Bakkar
join ↪️https://telegram.me/najmiumar
Cahaya Sunnah, [25.03.17 20:41]
[ Photo ]