Category Archives: BBG Kajian

Puasa Khusus 8 Dzulhijjah (Tarwiyah)…

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum, Adakah puasa sunah pada tanggal 8 Dzulhijah? Masyarakat di kampung saya banyak yg melakukannya.

Xxxxxxxx

Jawaban:

Wa ‘alaikumussalam
Mengkhususkan puasa pada hari tarwiyah, karena keyakinan memiliki keutamaan tertentu, termasuk perbuatan yang tidak ada dasarnya. Karena dalil yang menganjurkan puasa secara khusus pada tanggal 8 Dzulhijjah adalah hadis palsu. hadis ini menyatakan,

وله بصوم يوم التروية سنة

“Orang yang berpuasa pada hari tarwiyah maka baginya pahala puasa satu tahun.”
Imam Ibnul Jauzi menegaskan bahwa hadis ini adalah hadis palsu (Al-Maudhu’at 2:198). Demikian pula keterangan As-Suyuthi dalam Al-Lali’ Al-Masnu’ah, 2:107.

Oleh karena itu, tidak disyariatkan berniat khusus untuk puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah. Namun jika seseorang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena mengamalkan anjuran memperbanyak ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijah maka diperbolehkan.

Ammi Nur Baits,  حفظه الله تعالى

Ref :
https://konsultasisyariah.com/8241-puasa-khusus-8-dzulhijjah.html

Sapu Bersih…

Hari ini tanpa terasa kita telah memasuki hari ke 6 bulan Dzulhijjah.

Hari-hari yang disabdakan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai hari terbaik untuk beramal shalih ini hanya menyisakan beberapa hari saja, namun masih banyak amalan yang belum kita maksimalkan bahkan mungkin sama sekali belum kita sentuh.

Saudaraku,

Jangan putus asa dan menyerah, jangan terbesit untuk mengibarkan bendera putih!

Mari kita sapu bersih hari-hari terakhir ini, puncak 10 hari terakhir (baca: tanggal 8, 9, 10 Dzulhijjah) belum lepas dari genggaman kita.

Bagi yang belum berpuasa, maka berpuasalah di hari Jum’at, Sabtu dan Ahad, karena tanggal 1 s/d 9 adalah hari berpuasa dengan kesepakatan 4 imam madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad), bahkan Imam Mardawi menyatakan tidak ada perbedaan dalam hal ini**.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa pada 9 hari ini.

(HR. Abu Daud dan An Nasa’i)

Bagi yang belum membaca Al Quran, jangan tunda untuk membuka mushaf anda dan mulai membaca!

Iringi aktivitas anda dengan memperbanyak takbir, dan dzikir seperti yang diperintahkan ALLAH dalam QS. Al Hajj: 28.

Ambilah sebagian tabungan anda dan belilah hewan kurban lalu sembelihlah pada tanggal 10. Yakinlah kurban anda tidak akan sia-sia dan akan membuka pintu surga lalu pintu rizki anda.

Perbanyaklah shalat-shalat sunnah!

Jangan lupa memperbanyak infak, sedekah dan berbagi bersama fakir miskin dan anak yatim.

Tidak lupa, berikan hadiah kepada orang yang anda sayangi dan hormati.

Terakhir, maksimalkan amalan-amalan wajib anda:

Jaga shalat 5 waktu, selesaikan hutang puasa anda sebelum puasa arafah, keluarkan zakat anda jika telah masuk haul, berbaktilah pada orangtua, berkhidmat kepada suami, tunaikan hak istri dan anak serta amalan wajib lainnya.

Ingatlah titik krusialnya bukan pada saat anda memulai, namun bagaimana anda menutup 10 hari ini.

Sekali lagi, mari kita sapu bersih hari-hari yang tersisa dan tutuplah 10 hari ini dengan husnul khatimah

**lihat Al Fatawa Al Hindiyyah 1/201, Syarah Mukhtashar Khalil 3/16-17, Raudhatut Thalibin 2/388, Al Inshaf 3/345.

Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

Sudahkah Anda Bertakbir Hari-Hari Ini..?

Dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhuma- datang ke sebuah pasar pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, lalu mereka bertakbir dan manusia pun bertakbir terinspirasi takbir mereka.
(HR. Bukhari)

Inilah salah satu aktivitas shahabat Nabi di 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah*.

Aktivitas yang tidak lain merupakan arahan dari sang Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- saat beliau bersabda:

“Perbanyaklah membaca tahlil (laa ilaaha illallah), takbir dan tahmid pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini.”
(HR. Ahmad dan dishahihkan Ahmad Syakir)

Saudaraku,
Sudahkah takbir mengiringi aktivitas-aktivitas anda pada 10 hari ini?

ALLAH -ta’ala- berfirman dalam QS. Al Hajj: 28

‏﴿٢٨﴾ … وَيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومٰتٍ

“… Agar mereka berdzikir (dan bertakbir) pada hari-hari yang telah diketahui (baca: 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah**)”

*lihat juga Akhbaru Makkah lil Faakihi 3/10.

**penjelasan Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhu-, lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat tersebut.

Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

Jangan Jadikan Kekurangan Materi, Sebagai Alasan Untuk Tidak Menuntut Ilmu Agama…

Lihatlah sepanjang sejarah Islam, mayoritas ulama saat menuntut ilmu; keadaannya miskin dan kekurangan.

Karena biasanya orang yang miskin dan kurang, akan memiliki keprihatinan yang lebih dalam menjalani hidup.. biasanya merekalah yang mau bekerja keras dengan tulus, sehingga wajar bila mereka mendapatkan hasil lebih.

Jika potensi itu disalurkan untuk menuntut ilmu agama, maka hasilnya akan luar biasa.

Karena itulah, Imam Syafii -rohimahulloh- mengatakan:

“Orang yang paling mampu dalam menuntut ilmu (agama) adalah mereka yang fakir.’

[Manaqibusy Syafi’i, karya Al-Aabiri: 82]

Musyaffa’ Ad Dariny,  حفظه الله تعالى

SUNNAH Yang Terlupakan – Sholat 4 Roka’at Setelah Sholat ‘Isya

‘Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash rodhiyallahu ‘anhu berkata, “Siapa yang sholat (sunnah) empat roka’at setelah (Sholat) Isya’, maka empat roka’at tersebut seperti keutamaannya EMPAT ROKA’ATNYA malam Laitul Qodar..” (HR Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf no 7273. Sanadnya shahih).

‘Aisyah rodliyallahu ‘anha berkata, “EMPAT roka’at setelah (Sholat) Isya’, sebanding dengan yang semisal EMPAT ROKA’AT TERSEBUT pada malam Lailatul Qodar..” (HR Ibnu Abi Syaibah no 7274. Sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim).

‘Abdullah bin Mas’ud rodliyallahu ‘anhu berkata,“Siapa yang sholat (sunnah) empat roka’at setelah (sholat) Isya’, dia tidak memisah roka’at-roka’at tersebut dengan salam, maka empat roka’at tersebut sebanding dengan yang semisal EMPAT ROKA’AT TERSEBUT pada MALAM LAYLATUL QODAR..” (HR Ibnu Abi Syaibah no 7275. Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim).

Walaupun semuanya mauquf..
Namun dihukumi marfu’..

Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Aku pernah menginap di rumah bibiku maimunah bintu Al Harits istri Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam.. Maka Nabi sholat Isya, lalu pulang ke rumahnya dan sholat empat roka’at. Lalu beliaupun tidur..” (HR Al Bukhari no 117 dan 665).

Hadits-hadits di atas kuat sanadnya, dan bisa dijadikan sandaran amalan -wallohu a’lam

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى 
.
.
ARTIKEL TERKAIT

Penjelasan Lebih Lanjut Terkait Shalat Sunnah 4 Raka’at Setelah ‘Isya

Sholat Sunnah Setelah ‘Isya Yang Nilainya Sama Dengan Sholat Sunnah Di Malam Laylatul Qodr…

Ikhlas Dalam Berdakwah…

Ikhlas dalam berdakwah… adalah ketika engkau mengajak kepada yang haq, bukan kepada dirimu.

=======

Syeikh Utsaimin -rohimahulloh- mengatakan:

Merupakan sesuatu yang penting, bahwa jangan sampai seseorang senang perkataannya diterima oleh manusia karena itu perkataannya, tapi harusnya dia senang jika manusia menerima perkataannya -jika dia melihat itu yang haq- karena itu yang haq, bukan karena itu perkataannya.

Begitupula sebaliknya, jangan sampai dia sedih jika orang-orang menolak perkataannya karena itu perkataannya, karena jika demikian, dia berarti mengajak orang-orang untuk mengikuti dirinya. Tapi harusnya dia sedih orang-orang menolaknya karena yang ditolak itu yang haq.

Dengan ini, keikhlasan akan terwujud. Makanya ikhlas itu memang sulit sekali, namun apabila seseorang menghadap Allah dengan arah yang benar dan di atas jalan yang lurus, maka Allah akan membantu dan memudahkannya dalam mewujudkannya.”

[Al-Qoulul Mufid 1/123]

Musyaffa’ Ad Dariny,  حفظه الله تعالى 

Ketika Kita Tidak Mengetahui Manhaj dan Aqidah Ustadz Pengisi Kajian…

Hampir setiap hari kita menerima informasi mengenai kajian-kajian yang disebut sebagai Kajian Sunnah, dan banyak dari kita yang langsung copas dan menyebarkannya kembali meskipun tidak mengenal siapa dan apa manhaj dan aqidah pengisi kajiannya… Mari kita simak penjelasan Ustadz Badru Salam, حفظه الله berikut ini :