Category Archives: Mutiara Salaf

Jangan Larut Dalam Kesedihan

Nabi shollallaahu ‘alayhi wa sallam berdo’a,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia..” (HR Al Bukhari)

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

” *والمقصود أن النبي ﷺ جعل الحزن مما يستعاذ منه ، وذلك لأن الحزن يُضعف القلب ، ويُوهن العزم ، ويضر الإرادة ، و لا شيء أحبّ إلى الشيطان من حزن المؤمن، قال تعالى { إنما النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا .. }*”.

“Nabi  shollallaahu ‘alayhi wa sallam berlindung dari kesedihan karena kesedihan melemahkan hati, melemahkan semangat, dan membahayakan keinginan. Dan tidak ada sesuatu yang paling disukai oleh setan dari membuat sedih seorang mukmin. Allah berfirman, “Sesungguhnya najwa (berbisik-bisik tersebut) berasal dari setan agar membuat sedih kaum mukminin..”

(Thoriqul Hijrotain 2/607)

Sedih saat ditinggal orang yang kita cintai adalah wajar..

Yang tidak wajar itu adalah larut dalam kesedihan..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Semakin Hati Penuh Dengan Keimanan Kepada Allah, Semakin Dekat Kepada Kebenaran

Allah Ta’ala berfirman :

فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“… maka Allah memberi hidayah orang-orang yang beriman kepada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan, dan Allah memberi hidayah siapa yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus..” (Al Baqarah: 213)

• Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata dalam tafsirnya,

“Diantara faidah ayat ini adalah bahwa keimanan seorang hamba bila semakin kuat maka ia lebih dekat kepada kebenaran. Karena Allah berfirman yang artinya, “maka Allah memberi hidayah orang-orang yang beriman kepada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan..”

Karena Allah menggantungkan hidayah kepada keimanan. Maka hidayah semakin kuat dengan kuatnya iman dan semakin lemah dengan lemahnya iman.

Oleh karena itu para shahabat lebih dekat kepada kebenaran dibandingkan generasi setelahnya, baik dalam tafsir, hukum, dan akidah. Karena tidak diragukan lagi bahwa para shahabat adalah generasi yang paling kuat imannya. Rosul shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sebaik baik manusia adalah generasiku kemudian setelahnya, kemudian setelahnya..”

Oleh karena itu madzhab imam Ahmad adalah bahwa pendapat shahabat adalah hujjah selama tidak bertabrakan dengan nash..”

[ Tafsir Syaikh al-‘Utsaimin 3/35 ]

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

HADITS : Bahaya Ghibah (Menggunjing)

●  Rosulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Tahukah engkau apa itu ghibah..?” Mereka menjawab, “Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu..” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain..”

Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan..?” Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya.. jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya..”

[ HR. Muslim no. 2589 ]

●  Rosulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda,

“Siapa yang pernah menzholimi saudaranya berupa menodai kehormatan (seperti ghibah. pent) atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezholiman tersebut hari ini.. sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham..

Pada saat itu bila ia mempunyai amal sholih maka akan diambil seukuran kezholiman yang ia perbuat.. bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil kemudian dibebankan kepadanya..”

[ HR. Bukhari no. 2449 ]

●  Imam Nawawi rohimahullah berkata,

“Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit..

Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya..

Cara ghibah bisa jadi melalui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu..”

[ Al Adzkar – hal. 597 ]

●  Imam Qotaadah rohimahullah berkata,

“Siksa kubur itu berasal dari tiga bagian :
– sepertiganya dari ghibah (menggunjing),
– sepertiganya dari namimah (mengadu domba), serta
– sepertiganya lagi dari air kencing (tidak dibasuh dengan cara yang benar)..”

(Al-Baihaqi dalam Itsbat ‘Adzaabil Qobri no. 261, Ibnu Abid Dunya di dalam as-Shomt no. 189 dan Ibnu Rojab dalam Kitab Ahwaalul Qubur hal 65)

●  Imam Ibnu Qudamah rohimahullah mengatakan,

“Ketahuilah bahwa seseorang yang telah mendengarkan ghibah, maka dia telah berserikat dalam perbuatannya tersebut. Dia tidak (dianggap) terbebas dari dosa mendengarkan ghibah, kecuali dengan pengingkaran di lisannya..

Apabila ia takut, maka ia (wajib) untuk mengingkari dengan hatinya. Namun jika ia mampu berdiri (pergi), memotong pembicaraan ghibah tersebut ataupun (mengalihkan) dengan pembicaraan yang lain, maka dia harus untuk melakukannya..”

(Mukhtashor Minhaajul Qooshidiin 221)

●  Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata,

Setiap orang yang mengghibahi orang lain, hakikatnya dia telah memberikan amalan sholehnya kepada orang tersebut..

Karena itulah, sebagian salaf mengatakan, “saya ingin memberi dirham kepada orang yang mengghibahi saya.. karena orang yang mengghibahi saya telah memberikan kepada saya yang lebih baik daripada dirham ini, yakni amal sholehnya..”

[ Al Liqo Asy Syahri – 58 ]

ARTIKEL TERKAIT
Kumpulan HADITS
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Kelak Semua Akan Kembali Kepada Allah

Imam Asy Syafi’i rohimahullahu Ta’ala berkata,

إنك لا تقدر أن ترضي الناس كلهم،
‏فأصلح ما بينك وبين الله عز وجل.
‏فإذا أصلحت ما بينك وبين الله عز وجل ،
‏فلا تبال بالناس

“Sesungguhnya engkau tidak akan mampu meridhokan manusia seluruhnya.. maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah ‘Azza Wajalla.. apabila engkau telah memperbaiki hubunganmu dengan-Nya, maka jangan pedulikan lagi manusia..”

(Tawalu Ta’nis hal. 168 karya ibnu Hajar)

Jangan pedulikan sikap manusia kepadamu..
Sibuklah memperbaiki diri dengan ibadah dan amal sholeh..
Kelak semua akan kembali kepada Allah..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Berbuat Dosa Setelah Taubat

Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata

الإنسان إذا فعل الذَّنب ثُم تاب توبةً نصُوحًا ثم غلبتهُ عليهِ نفسُه مرَّةً أُخرى فإن توبتهُ الأولى صحيحة، فإذا تاب ثانيةً فتوبتُه صحيحة،
‏لأن مِن شُروط التوبة أن يعزِم أن لا يعُود وليس من شروط التوبة أن لا يعود .

“Seorang insan apabila berbuat dosa kemudian bertaubat dengan taubat nasuha lalu kalah kembali oleh hawa nafsu dan berbuat dosa.. maka taubatnya yang pertama itu shohih..

Jika ia bertaubat lagi kedua kalinya maka taubatnya juga shohih.. karena syarat taubat adalah bertekad bulat untuk tidak kembali berbuat dosa.. bukanlah syarat taubat untuk tidak pernah kembali berbuat dosa..”

(Syarah Kitab Tauhid)

Siapakah yang mampu tak pernah berbuat dosa setelah bertaubat..
Namun mukmin itu setiap kali jatuh kepada dosa..
Ia segera bertaubat dan membalasnya dengan amal sholeh..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Pelajaran Berharga

Hatim Al Ashomm rohimahullah ditanya oleh Syaqiq, “Sejak engkau menjadi temanku, pelajaran apa yang engkau dapatkan..?” Hatim pun menjawab,

ست كلمات :

? رأيت الناس في شك من أمر الرزق ، فتوكلت على الله . قال الله تعالى : وما من دابة في الأرض إلا على الله رزقها .

? ورأيت لكل رجل صديقا يفشي إليه سره ، ويشكو إليه ، فصادقت الخير ليكون معي في الحساب ، ويجوز معي الصراط .

? ورأيت كل أحد له عدو ، فمن اغتابني ليس بعدوي ، ومن أخذ مني شيئا ليس بعدوي ; بل عدوي من إذا كنت في طاعة ، أمرني بمعصية الله ، وذلك إبليس وجنوده ، فاتخذتهم عدوا وحاربتهم .

? ورأيت الناس كلهم لهم طالب ، وهو ملك الموت ، ففرغت له نفسي .

? ونظرت في الخلق ، فأحببت ذا ، وأبغضت ذا . فالذي أحببته لم يعطني ، والذي أبغضه لم يأخذ مني شيئا ، فقلت : من أين أتيت ؟ فإذا هو من الحسد فطرحته ، وأحببت الكل ، فكل شيء لم أرضه لنفسي لم أرضه لهم .

? ورأيت الناس كلهم لهم بيت ومأوى ، ورأيت مأواي القبر ، فكل شيء قدرت عليه من الخير قدمته لنفسي لأعمر قبري .

? ورأيت الناس كلهم لهم بيت ومأوى ورأيت مأواي القبر فكل شيء قدرت عليه من الخير قدمته لنفسي لأعمر قبري

“Ada ENAM hal..

1. Aku melihat orang-orang ragu dalam hal rezeki, maka akupun bertawakal kepada Allah. Allah berfirman yang artinya, “Tidak ada satu binatang melata pun di atas bumi, kecuali rezekinya dijamin Allah..”

2. Aku melihat, setiap orang memiliki teman untuk menceritakan rahasianya dan mengadu kepadanya. Maka akupun berteman dengan amalan baik, agar bersamaku ketika hisab dan bersamaku melewati shiroth..

3. Aku melihat bahwa setiap orang memiliki musuh..
– Yang meng-ghibahiku bukan musuhku..
– yang mengambil sesuatu dariku bukanlah musuhku..

justru musuhku adalah yang ketika aku taat, dia memerintahkan maksiat. Itulah Iblis dan tentaranya.. maka aku jadikan dia sebagai musuh dan memeranginya..

4. Aku melihat bahwa setiap orang ada yang mencarinya.. dialah malaikat maut. Maka akupun fokus dalam mempersiapkan diri bertemu dengannya..

5. Aku melihat manusia.. aku cinta kepada yang ini dan benci kepada yang itu.
– Orang yang kucintai tidaklah memberiku (karena itu adalah rezeki dari Allah)..
– Orang yang kubenci tidak mengambil sesuatu milikku (karena apa yang kumiliki adalah milik Allah)..

Akupun bertanya, ‘Apa sebab hal ini..?’ Ternyata, itu disebabkan hasad. Aku pun melepaskan hasad dan mencintai semua orang. Segala sesuatu yang aku tidak senang menimpaku, aku tidak senang menimpa mereka..

6. Aku melihat semua orang memiliki rumah dan tempat tinggal. Namun aku melihat tempat tinggalku [kelak] adalah kubur, maka segala kebaikan yang aku mampui, aku pergunakan untuk memakmurkan kuburanku (yakni dengan banyak beramal sebagai bekal ketika mati)..”

[ Siyar A’lam An Nubala 1/486 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Ciri Orang Mukmin Saat Mendapatkan Ujian

Adz Dzahabi rohimahullah berkata,

“Seorang mukmin ketika diuji, dia bersabar, mengambil hikmahnya, serta beristighfar memohon ampun.. dia tidak menyibukkan dirinya dengan mencela Dzat Yang menghukumnya karena Allah adalah hakim yang adil.. lalu, dia justru memuji Allah karena agamanya masih selamat dan mengerti bahwa hukuman di dunia lebih ringan dan lebih baik baginya..”

[ Siyar A’lam An Nubala – 8/81 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Hilangnya Kenikmatan Ibadah

Bencana besar yang menghilangkan nikmatnya ibadah dan munajat pada Rabb adalah keburukan diri orang alim, para muballigh maupun ahli zuhud yang zahirnya tak sama dengan batinnya. Tampilan dan bungkus luarnya yang indah menawan banyak orang tak sesuai dengan apa yang terdapat dalam hati mereka.

Berkata Ibnul Jauzy-rohimahullah:

«إني تدبرت أحوال أكثر العلماء والمتزهدين، فرأيتهم في عقوبات لا يحسون بها، ومعظمها من قبل طلبهم للرئاسة، فالعالم منهم يغضب إن رد عليه خطوة، والواعظ متصنع بوعظه، والمتزهد منافق أو مراء.
فأول عقوباتهم: إعراضهم عن الحق شغلًا بالخلق.
ومن خفي عقوباتهم: سلب حلاوة المناجاة، ولذة التعبد، إلا رجال مؤمنون، ونساء مؤمنات، يحفظ الله بهم الأرض، بواطنهم كظواهرهم؛ بل أجلى، وسرائرهم كعلانيتهم؛ بل أحلى، وهممهم عند الثريا؛ بل أعلى، إن عرفوا تنكروا، وإن رئيت لهم كرامة أنكروا، فالناس في غلاتهم، وهم في قطع فلاتهم، تحبهم بقاع الأرض، وتفرح بهم».
صيد الخاطر لابن الجوزي (ص: 27)

“Kuperhatikan kondisi kebanyakan para alim ulama maupun ahli zuhud, yang mereka dalam hukuman Allah namun tak merasakannya, hal itu terjadi disebabkan karena ambisi mereka meraih kekuasaan..

kulihat orang alim akan marah bilamana dibantah (perkataan dan perbuatannya), para penceramah berusaha memukau dengan keahlian retorikanya, adapun ada ahli ibadah yang terlihat zuhud, namun penuh kemunafikan berbalut riya..

Awal hukuman yang tak mereka sadar adalah dicabutnya lezat bermunajat dan beribadah.

Hanya segelintir saja yang selamat dari bencana ini dari mukmin dan mukminah yang karena mereka, Allah masih menjaga bumi ini.
Sungguh apa yang terdapat dalam batin mereka sama dengan apa yang terdapat dalam zahir mereka, bahkan lebih indah.. apa yang mereka sembunyikan sesuai dengan apa yang mereka tampakkan bahkan lebih dahsyat..

Cita-cita mereka setinggi bintang bahkan lebih, bila dikenal mereka berusaha menghindar, bila terlihat karomah yang mereka miliki, mereka segera menyembunyikannya..

Manusia bagaikan menumpang di satu bidang kecil dari tanah mereka yang begitu luasnya, bumi bergembira dan mencintai keberadaan mereka..”

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Perhatikan DUA Hal Ini

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

طالب الله والدار الآخره لا يستقيم له سيره وطلبه الا بحبسين:
✳️ حبس قلبه فى طلبه ومطلوبه وحبسه عن الالتفات الى غيره
✳️ وحبس لسانه عما لا يفيد وحبسه علي ذكر الله وما يزيد فى ايمانه ومعرفته وحبس جوارحه عن المعاصي والشهوات وحبسها على الواجبات والمندوبات
🔺 فلا يفارق الحبس حتى يلقى ربه فيخلصه من السجن الى أوسع فضاء وأطيبه
🔺 ومتى لم يصبر على هذين الحبسين وفر منهما الى فضاء الشهوات أعقبه ذلك الحبس الفظيع عند خروجه من الدنيا
🔸 فكل خارج من الدنيا اما متخلص من الحبس واما ذاهب الي الحبس

“Orang yang mencari ridho Allah dan negeri akhirat tidak akan lurus perjalanan dan pencariannya kecuali dengan memenjara dua hal,

● Memenjara kalbunya dalam pencarian dan tujuannya, menjaga agar tidak berpaling pada yang selainnya..

● Memenjara lisannya dari apa yang tak bermanfaat, menjaga agar senantiasa berdzikir kepada Allah dan yang menambah iman serta ilmunya.. demikian pula memenjara anggota badannya dari maksiat dan syahwat, juga menjaganya melaksanakan kewajiban dan amalan sunah..

Dia selalu memenjaranya hingga bertemu Robbnya, lalu dia pun bebas dari penjara menuju tanah lapang yang terluas lagi terbaik..

Namun, ketika dia tidak sabar dalam memenjara dua hal ini, dan melarikan diri ke kelapangan syahwat, maka setelahnya dia akan mendapatkan penjara yang mengerikan saat keluar dari dunia..

Maka, siapa saja yang keluar dari dunia ini, dia antara terbebas dari penjara, atau justru menuju penjara..”

[ Al Fawaid – 54 ]