Category Archives: Mutiara Salaf

Keberkahan Rezeki Dan Umur

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

وليست سعـةُ الـــرزق والعمل
‏بكثرته، ولا طولُ العمر بكثرة
‏الشهور والأعوم،
‏ولكن سعة الرزق والعمر بالبركة
‏فيه.

“Bukanlah banyaknya rezeki itu dengan banyaknya jumlah harta. . tidak pula panjangnya umur dengan banyaknya bulan dan tahun.. namun keberkahan rezeki dan umur adalah dengan banyak keberkahan padanya..”

(Ad Daa wad Dawaa hal. 201)

Keberkahan itu adalah banyaknya kebaikan pada sesuatu..

Harta dan umur yang berkah adalah harta yang banyak digunakan untuk kebaikan dengan sedekah dan membantu orang lain.. dan umur yang selalu dimakmurkan dengan ketaatan..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Bolehkah Mengucapkan Salam Kepada Muslimah Yang Non Mahram..?

Salam merupakan syariat yang sangat mulia, sangat besar pahalanya, dan sangat besar pengaruh baiknya.

Namun demikian, dalam keadaan tertentu bisa jadi membuka pintu fitnah (godaan), misalnya bila diucapkan kepada akhwat non mahram. Oleh karena itu, kita membutuhkan penjelasan dari para ulama bagaimana menyikapi hal ini, agar maslahat syariat Salam tidak dimanfaatkan setan untuk membuka fitnah.

Jawabannya ada pada nukilan Imam Nawawi -rohimahullah- dari Imam Abu Sa’d Al-Mutawalli -rohimahullah- berikut ini:

وإن كانت أجنبية، فإن كانت جميلة يخاف الافتتان بها لم ‏يسلم الرجل عليها، ولو سلم لم يجز لها رد الجواب، ولم تسلم هي عليه ابتداء، فإن سلمت ‏لم تستحق جوابًا، فإن أجابها، كره له.
وإن كانت عجوزًا لا يفتتن بها جاز أن تسلم على ‏الرجل، وعلى الرجل رد السلام عليها.
وإذا كانت النساء جمعًا فيسلم عليهن الرجل، أو ‏كان الرجال جمعًا كثيرًا فسلموا على المرأة الواحدة جاز، إذا لم يخف عليه، ولا عليهن، ولا ‏عليها، ولا عليهم فتنة.

“Apabila dia adalah wanita ajnabiyah (non mahram), maka :

(a) Apabila dia cantik, dan laki-lakinya khawatir terfitnah dengannya, maka yang laki-laki tidak boleh mengucapkan salam kepada dia. Bila yang laki-laki mengucapkan salam kepadanya, maka dia tidak boleh menjawabnya.

Dia juga tidak boleh memulai mengucapkan salam kepada laki-laki itu.. apabila dia mengucapkan salam, maka salamnya tidak harus dijawab. Apabila laki-laki itu menjawabnya, maka hukumnya makruh.

(b) Apabila wanita itu sudah tua, dan tidak mendatangkan fitnah, maka dia boleh mengucapkan salam kepada laki-laki, dan yang laki-laki wajib menjawab salamnya.

(c) Apabila wanitanya banyak dan bersama-sama, lalu laki-lakinya mengucapkan salam kepada mereka.. atau apabila laki-lakinya banyak dan bersama-sama, dan mereka mengucapkan salam kepada satu wanita.. maka boleh, bila tidak khawatir mendatangkan fitnah kepada laki-laki yang satu, atau wanita yang banyak, atau wanita yang satu, atau laki-laki yang banyak..”

[Al-Adzkar, hal 402]

—–

Lihatlah, bagaimana Islam sangat memperhatikan masalah fitnah ini.. agar pintu fitnah ini benar-benar tertutup rapat dan tidak menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan dan kebinasaan.

Inti penjelasan di atas adalah bahwa Salam pada asalnya disunnahkan, kecuali apabila menimbulkan fitnah, wallahu a’lam.

Silahkan dishare .. semoga bermanfaat dan Allah berkahi.

Ditulis oleh,
Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Amal Sholih Adalah Bangunan Dan Tauhid Adalah Pondasinya

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

مَن أراد علوَّ بنيانه، فعليه بتوثيق أساسه وإحكامه، وشدة الاعتناء به…
فالأعمال والدرجات بنيان، وأساسها الإيمان، ومتى كان الأساس وثيقًا حمَل البنيان واعتلى عليه، وإذا تهدَّم شيءٌ مِن البنيان سهُل تداركه، وإذا كان الأساس غيرَ وثيق لم يرتفع البنيان ولم يثبت، وإذا تهدَّم شيءٌ مِن الأساس سقط البنيان أو كاد.
فالعارف همته تصحيح الأساس وإحكامه، والجاهل يرفع في البناء مِن غير أساس، فلا يلبَثُ بنيانه أن يسقط

“Siapa yang ingin meninggikan bangunannya hendaklah ia mengokohkan pondasinya dan benar benar memperhatikannya..
Amal adalah bangunan sedangkan pondasinya adalah keimanan.. apabila pondasi kuat maka ia akan kuat menahan bangunan.. apabila bangunan rusak mudah untuk diperbaiki.

Sedangkan apabila pondasi yang rusak maka bangunan akan segera roboh..

Orang yang berilmu, keinginannya adalah mengokohkan pondasi.. sedangkan orang yang tak berilmu sibuk membangun bangunan tanpa memperhatikan pondasi.. maka tak lama bangunan itu roboh..”

[Al Fawaid hal. 204]

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Bolehkah Mengatakan Si Fulan “Wali”..?

Syeikh Al-‘Utsaimin -rohimahullah- mengatakan,

“Semua kaum muslimin wajib menimbang amalan seseorang yang mengaku sebagai Wali dengan apa yang ada dalam Al-Kitab dan As-Sunnah. Apabila sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka diharapkan dia (benar) Wali Allah.. adapun bila menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah, maka (jelas) dia bukan Wali Allah.

Allah telah menyebutkan timbangan yang adil untuk mengetahui Wali-Nya, yaitu dalam firman-Nya,

ألا إن أولياء الله لا خوفٌ عليهم ولا هم يحزنون ♡ الذين آمنوا وكانوا يتقون

“Ingatlah, sesungguhnya para Wali Allah, tidak ada ketakutan sedikit pun atas mereka, dan mereka juga tidak akan bersedih, yaitu mereka yang beriman dan bertaqwa..” [Yunus: 62-63]

Maka siapa pun yang beriman dan bertaqwa, berarti dia Wali Allah. Sebaliknya siapa pun yang tidak demikian, maka dia bukan Wali Allah..

Meski demikian, kita tidak boleh memastikan orang tertentu sebagai Wali, tapi kita boleh mengatakan secara umum, “siapa saja yang beriman dan bertaqwa, maka dia adalah Wali Allah..”

[Fatawa Muhimmah, hal 83-84]
—–
Mengapa tidak boleh menilai orang lain sebagai Wali..?

Karena Allah ta’ala telah berfirman:

فَلَا تُزَكُّوۤا۟ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰۤ

“Jangan sampai kalian memuji diri kalian, (karena) Dia-lah yang lebih tahu siapakah orang yang (benar-benar) bertaqwa..” [An-Najm 32]

Ya, kalau memuji diri sendiri saja tidak boleh, padahal yang lebih tahu tentang seseorang adalah dirinya sendiri .. apalagi memuji orang lain (person tertentu) sebagai Wali..!

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Mengetahui Kadar Agama Seseorang

Syaikh ‘Abdurrohman As Sa’di rohimahullah berkata,

“Termasuk kesalahan yang berat adalah langsung menerima perkataan sebagian orang yang memburuk burukkan orang lain, lalu membangun cinta dan benci serta pujian dan celaan di atasnya.

Berapa banyak kesalahan yang terjadi yang berakibat kepada penyesalan.. berapa banyak berita yang disebarkan oleh manusia ternyata tidak demikian kenyataannya..

Kewajiban orang yang berakal adalah memeriksa, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.. dengan inilah dapat diketahui kadar agama, kedewasaan dan akal seseorang..”

(Ar Riyadh An Nadhirah hal 209 dinukil dari Kutaib Husnuzhon Binnas – karya Abdul Malik Ramadhani)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Nasihat Bagi Yang Menginginkan Kebaikan

Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan,

مَنْ رَغِبَ عَنْ إِنْفَاقِ مَالِهِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ابْتُلِيَ بِإِنْفَاقِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ وَهُوَ رَاغِمٌ.

“Siapa yang tidak suka membelanjakan hartanya untuk ketaatan kepada Allah, maka ia akan ditimpa (musibah) dengan membelanjakannya untuk selain Allah dalam keadaan ia tidak menyukainya..

وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ التَّعَبِ لِلَّهِ ابْتُلِيَ بِالتَّعَبِ فِي خِدْمَةِ الْخَلْقِ وَلَا بُدَّ.

Demikian juga siapa yang tidak suka keletihan untuk Allah, maka ia akan ditimpa dengan keletihan untuk melayani makhluk, mau tidak mau..

وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ الْهَدْيِ بِالْوَحْيِ، ابْتُلِيَ بِكُنَاسَةِ الْآرَاءِ وَزِبَالَةِ الْأَذْهَانِ، وَوَسَخِ الْأَفْكَارِ.

Demikian juga siapa yang tidak suka dengan petunjuk yang berasal dari wahyu, maka ia akan ditimpa dengan pendapat yang kotor, sampah pikiran, dan limbah pemikiran..

فَلْيَتَأَمَّلْ مَنْ يُرِيدُ نُصْحَ نَفْسِهِ وَسَعَادَتَهَا وَفَلَاحَهَا هَذَا الْمَوْضِعَ فِي نَفْسِهِ وَفِي غَيْرِهِ.

Oleh karena itu, siapa saja yang menginginkan kebaikan, kebahagiaan, dan keberuntungan untuk dirinya, hendaklah ia memperhatikan hal ini pada dirinya dan pada orang lain..”

[ Madarijus Salikin – 1/184 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Mempersiapkan Diri

Ibnul Jauzi rohimahullah berkata,

“Sungguh dungu, orang yang tidaklah tahu kapan mati mendatanginya, tapi dia tidak mau menyiapkan diri untuk menghadapinya. Dan manusia yang paling lalai adalah orang yang usianya itu sudah melewati 60 tahun dan mendekati 70 tahun, tapi dia tetap lalai tidak mempersiapkan dirinya, padahal usia antara 60 sampai 70 tahun adalah medan perang hidup mati, dan seharusnya orang yang terjun di medan perang itu menyiapkan dirinya..”

[ Shaidul Khaathir hal 439 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

MUTIARA SALAF : Tidak Memberikan Mudhorot Selama Engkau Tidak Perdulikan

Syaikh ‘Abdurrohman bin Nashir As Sa’di rohimahullah berkata,

ومن الأمور النافعة أن تعرف أن أذية الناس لك وخصوصاً في الأقوال السيئة، لا تضرك بل تضرهم، إلا إن أشغلت نفسك في الاهتمام بها، وسوغت لها أن تملك مشاعرك، فعند ذلك تضرك كما ضرتهم، فإن أنت لم تضع لها بالاً لم تضرك شيئاً.

“Di antara perkara bermanfaat yang perlu engkau ketahui, bahwa gangguan orang-orang kepadamu, khususnya berupa ucapan jelek, tidak memberikan mudhorot (bahaya/kerugian) bagimu, namun justru memberikan mudhorot bagi mereka.

Kecuali, jika engkau sibukkan dirimu dengan memperhatikannya dan engkau biarkan ucapan itu mengendalikan kemarahanmu. Saat itulah, ucapan itu akan memberikan mudhorot  bagimu sebagaimana memberikan mudhorot bagi pelakunya.

Jika engkau tidak memperdulikannya, ucapan jelek itu tidak akan memberikan mudhorot bagimu sama sekali..”

[ Al Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa’idah – 30 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL