Seorang Hamba Senantiasa Berada Diantara Dua Perkara

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah mengatakan,

فالعبد دائما بين نعمة من الله يحتاج فيها إلى شكر، و ذنب منه يجتاج فيه إلى استغفار، و كل من هذين من الأمور اللازمة للعبد دائما، فإنه لا يزال يتقلب في أنعم الله و آلائه، و لا يزال محتاجا إلى التوبة و الإستغفار.

Seorang hamba senantiasa berada di antara dua perkara :

1. Kenikmatan dari Allah yang harus terus dia syukuri.

2. Dosa yang harus senantiasa diiringi dengan permohonan ampun.

Kedua hal ini senantiasa menyertai seorang hamba.

Keadaannya terus berputar, berada dalam gelimang nikmat dan karunia-Nya. Akan tetapi, dia juga senantiasa butuh untuk bertaubat dan memohon ampunan.

(At-Tuhfah al-Iraqiyyah Fi al-A’mal al-Qolbiyyah – 457)

Tiga Bentuk Zuhud

Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullah mengatakan,

الزهد على ثلاثة أوجه:
الاول: ترك الحرام. وهو زهد العوام
الثاني: ترك الفضول من الحلال. وهو زهد الخواص
الثالث: ترك ما يشغله عن الله. وهو زهد العارفين

Zuhud memiliki tiga bentuk :

1. Meninggalkan perkara yang haram. Ini adalah zuhudnya orang awam.

2. Meninggalkan sikap berlebihan dalam perkara yang halal. Ini adalah zuhudnya hamba pilihan.

3. Meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan diri dari Allah ‘Azza wa Jalla. Ini adalah zuhudnya hamba yang benar-benar mengenal Allah.

(Madaarijus Saalikiin – 2/14)

Takutlah Terhadap Peringatan Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا.

“Dan tidaklah Kami mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami itu kecuali untuk menakut-nakuti mereka (agar mereka segera bertobat)..” (Qs al-Isra [17]: 59)

Imam Qotadah rohimahullah mengatakan,

إن الله خوف الناس بما يشاء من آياته لعلهم يعتبرون ويذكرون ويرجعون، ذكر لنا أن الكوفة رجفت على عهد ابن مسعود فقال: يا أيها الناس إن ربكم يستعتبكم فأعتبوه.

Sesungguhnya Allah menakut-nakuti umat manusia dengan apa pun yang Ia kehendaki dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Agar mereka mengambil pelajaran, sadar, dan kemudian kembali bertaubat kepada-Nya.

Telah diceritakan kepada kami bahwa terjadi gempa di Kufah pada masa sahabat Abdullah bin Mas’ud. Beliau pun berujar, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Robb kalian tengah berharap kalian mengambil pelajaran dari teguran-Nya, maka ambillah pelajaran darinya (dengan kembali bertaubat kepada-Nya)..’

(Tafsir Ibnu Katsir QS al-Isra ayat 59)

Bahaya Bagi Orang Yang Tidak Bertaubat

Ibnu Rojab al-Hanbali rohimahullahu ta’ala mengatakan,

فمن أصبح أو أمسى على غير توبة فهو على خطر ؛ لأنه يخشى أن يلقى الله غير تائب ، فيحشر في زمرة الظالمين.

Barangsiapa yang di pagi hari atau sore hari tidak bertaubat kepada Allah, maka ia dalam bahaya, karena ia dikawatirkan akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak bertaubat. Ia pun akan dikumpulkan dengan kelompok orang-orang yang zholim.

(Lathoiful Ma’arif, jilid 1, hlm. 344)

Tata Cara Sholat Istikhoroh

Simak penjelasan Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى berikut ini :


TATA CARA SHALAT ISTIKHOROH

1. Istikhoroh dilakukan ketika seseorang bertekad untuk melakukan satu hal tertentu, bukan sebatas lintasan batin. Kemudian dia pasrahkan kepada Allah.

2. Bersuci, baik wudhu atau tayammum.

3. Melaksanakan sholat dua roka’at. Sholat sunnah dua roka’at ini bebas, tidak harus sholat khusus. Bisa juga berupa sholat rawatib, sholat tahiyatul masjid, sholat dhuha, dll, yang penting dua roka’at.

4. Tidak ada bacaan surat khusus ketika sholat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.

5. Berdo’a (dengan do’a diatas) setelah salam dan dianjurkan mengangkat tangan. Misalnya: bekerja di perusahaan A atau menikah dengan B atau berangkat ke kota C, dst.

6. Melakukan apa yang menjadi tekadnya. Jika menjumpai halangan, berarti itu isyarat bahwa Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada anda.

7. Apapun hasil akhir setelah istikhoroh, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Karena itu, kita harus berusaha ridho dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam do’a di atas, dengan menyatakan, [ ثُمَّ أَرْضِنِى] “kemudian jadikanlah aku ridho dengannya..” maksudnya adalah ridho dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku.

Allaahu a’lam

ref : konsultasisyariah.com

ARTIKEL TERKAIT
KESALAH PAHAMAN YANG TERJADI DI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN SHOLAT ISTIKHOROH

Memperbanyak Saksi Di Hari Kiamat

Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rohimahullah berkata,

إنَّ في دوام الذِّكر في الطريق ، والبيت ، والحضر ، والسفر ، والبقاع :
تكثيرًا لشهود العبد يوم القيامة ؛ فإنَّ البقعة والدار ، والجبل والأرض : تشهد للذاكر يوم القيامة ” يومئذ تحدث أخبارها “

Sesungguhnya dalam keterbiasaan seseorang berdzikir :
– di jalan,
– di rumah,
– di saat mukim dan safar
adalah upaya untuk memperbanyak saksi bagi seorang hamba di hari kiamat kelak.

Sebab suatu tempat, hamparan tanah, gunung  juga bumi, mereka akan bersaksi terhadap orang-orang yang selalu dzikir mengingat Allah, “yaitu pada hari dimana bumi menyampaikan beritanya..”

(Alwabilush Shoyyib, hlm. 81)

Teman Yang Paling Buruk

Abu Ja’far Muhammad bin Ali rohimahullah pernah berkata,

بِئْسَ الأَخ أَخٌ يَرْعَاكَ غَنِيًّا وَ يَقْطَعُكَ فَقِيْرًا

Saudara yang paling buruk adalah orang yang sangat memperhatikanmu saat engkau kaya, tetapi ia justru menjauhimu saat engkau miskin.

(Shifatush Shofwah – Imam Ibnul Jauzi, hlm. 263)

Dalil Dan Tata Cara Sholat Sunnah Taubat

Simak penjelasan Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى berikut ini :

Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ لَهُ

“Apabila ada orang yang melakukan suatu perbuatan dosa, kemudian dia berwudhu dengan sempurna, lalu dia mendirikan shalat dua roka’at, dan selanjutnya dia beristigfar memohon ampun kepada Allah, maka Allah pasti mengampuninya..”

(HR. Ahmad 48, Abu Dawud 1523, At Tirmidzi 408, dan dishohihkan al-Albani)

TATA CARA SHOLAT SUNNAH TAUBAT

1. Berwudhu dengan sempurna (sesuai sunnah). Mengenai cara wudhu yang sesuai sunah, bisa anda pelajari di : http://carasholat.com/cara-wudhu-yang-benar-menggunakan-keran/

2. Sholat dua roka’at, tata caranya sama dengan sholat pada umumnya.

3. Tidak ada bacaan khusus ketika sholat. Anda bisa membaca al-Fatihah kemudian membaca surat apapun yang anda hafal.

4. Berusaha khusyuk dalam sholatnya, karena teringat dengan dosa yang baru saja dia lakukan.

5. Ber-istighfar dan memohon ampun kepada Allah setelah sholat. Tidak ada bacaan istighfar khusus untuk sholat taubat. Bacaan istighfarnya sama dengan bacaan istighfar lainnya, misalnya membaca (klik dan lihat poster di bawah) :
– Sayyidul Istighfar
– Astaghfirullah al ‘azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilayhi
– Astaghfirullah wa atuubu ilayhi
– Do’a istighfar Nabi Ibrohiim ‘alayhissalaam (Qs Ibrohiim ayat 41)

6. Inti dari sholat taubat adalah memohon ampun kepada Allah, dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dia lakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

📝
Ustadz Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى

Keadaan Salaf Setelah Ashar Pada Hari Jum’at

Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiallahu ‘anhumaa, beliau mengatakan,

وَرَوَى سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: السَّاعَةُ الَّتِي تُذْكَرُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ: مَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ. وَكَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ لَمْ يُكَلِّمْ أَحَدًا حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ

Waktu yang disebutkan (tentang dikabulkannya do’a) pada hari Jum’at ialah antara sholat Ashar hingga matahari terbenam.

Dahulu, apabila Said bin Jubair selesai mengerjakan sholat Ashar (pada hari Jum’at), beliau tidak berbicara dengan seorang pun hingga matahari terbenam.

(Zaadul Ma’aad – 1/382)

Pengikat Nikmat

Ibnu Rojab al-Hanbali rohimahullah berkata,

مَنْ كثُرتْ عليهِ النِّعم فليُقيدها بالشكر، وإلا ذهبتْ.

Barangsiapa yang memiliki banyak nikmat, maka hendaknya ia mengikat nikmat tersebut dengan bersyukur (kepada Allah).

Kalau tidak, nikmat tersebut akan pergi.

(Majmu’ Rosail Ibnu Rojab – 1/379)

Menebar Cahaya Sunnah