Diantara Keutamaan Banyak Berdzikir Mengingat Allah

● Dari Abu ad-Darda’ rodhiyallahu ‘anhu, Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Maukah kalian aku beritahu amalan :
– terbaik,
– tersuci kalian disisi Allah,
– dan paling tinggi dalam derajat kalian,
– serta lebih baik bagi kalian dari diberi emas dan perak,
– dan lebih baik dari berjumpa musuh lalu kalian penggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian..?”

Mereka menjawab, “Ya..’

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Dzikir kepada Allah..”

(HR. Ahmad no. 21702 – Hadits ini di-shohihkan al-Albani rohimahullah dalam Shohiih al-Jaami no. 2629)

● Dari Abu Hurairoh rodhiyallahu ‘anhu, Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Telah menang al-Mufarriduun..”

Mereka bertanya, ” Siapakah al-Mufarriduun tersebut wahai Rosulullah..?

Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam menjawab, “Lelaki dan wanita yang banyak mengingat Allah..”

(HR Muslim no. 2676)

● Terkait Al Mufarriduun, sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa menjelaskan,

“Yang dimaksud adalah mengingat Allah ‘Azza wa Jalla :
– setiap selesai sholat baik pagi maupun petang,
– di atas pembaringan dan setiap kali bangun dari tidur,
– setiap kali pergi di pagi dan sore hari dari rumahnya mengingat Allah Azza wa Jalla..”

(Al-Adzkar an-Nawawi hlm 10)

ref : https://almanhaj.or.id

=====
Beberapa dzikir yang bisa kita amalkan setiap saat, setiap hari, klik :

1. https://bbg-alilmu.com/archives/54812

2. https://t.me/bbg_alilmu/16705

3. https://t.me/bbg_alilmu/24279

Bagaikan Orang Yang Telah Mati

Al Imam as-Safaarini rohimahullah (w. 1188 H) berkata,

إِذَا رَأَيْت إنْسَانًا لا يبالي بما أصابه في دينه : مِنْ ارْتِكَابِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَايَا وَفَوَاتِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَأَوْقَاتِ الطَّاعَاتِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ مَيِّتٌ لَا يُحِسُّ بِأَلَمِ الْمُصِيبَةِ

Apabila engkau melihat seseorang yang tidak lagi memperdulikan apa yang menimpanya dalam perkara agamanya dengan melakukan berbagai macam dosa serta kesalahan, dan juga tertinggal dari :
– sholat Jum’at,
– sholat berjama’ah, dan
– waktu waktu ibadah,

Maka ketahuilah bahwa dia adalah seorang MAYYIT (seseorang yang telah mati) .. dia itu tidak merasakan pedihnya tertimpa musibah.

(Ghudzaa-ul Albaab II/334)

Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah

JANGAN BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH

Allah Ta’ala berfirman tentang do’a Nabi Ibrohim ‘Alaihissallam,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Robbku..! Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat..! Wahai Robb kami.. Perkenankanlah do’aku..” [Ibrohim/ 14: 40]

Panjatkanlah untaian do’a seperti yang dipanjatkan para hamba pilihan:

‘Ya Robb kami..! Anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa..” [Al-Furqon/ 25: 74]

Tak mungkin anak-anak bisa menjadi sholeh kecuali dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.. Sungguh, betapa anak-anak kita sangat membutuhkan do’a kita sebagai orang tua. Mohonlah agar mereka dijadikan anak yang sholeh..! Berdo’alah kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar anak-anak kita dianugerahi kebaikan dan ke-istiqomahan.

ref : https://almanhaj.or.id/11223-keshalihan-anak.html

ARTIKEL TERKAIT 
Mendo’akan Hidayah Bagi Anak

Ahli Ibadah Dan Ahli Ilmu Yang Rusak Dari Ummat Ini

● Al Imam Sufyan bin Uyainah rohimahullah mengatakan,

من فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى، ومن فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود

Orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah ummat ini, padanya ada kemiripan dengan kaum Nasrani. Adapun orang yang rusak dari kalangan ulama ummat ini, padanya ada kemiripan dengan kaum Yahudi.

● Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah menjelaskan,

لأن النصارى عبدوا بغير علم، واليهود عرفوا الحق وعدلوا عنه.

(Hal itu) karena kaum Nasrani beribadah tanpa landasan ilmu, sementara kaum Yahudi mengetahui kebenaran tetapi berpaling darinya.

(Ighotsatul Lahfan – 36]

Anak Wanita Adalah Hiasan

Nama ZAINAB itu asalnya dari “zain ab” yang artinya adalah “hiasan ayah” (Kitab Taajul Aruus)

Memang benar anak wanita itu hiasan..

– saat kecil : berbuat baik kepadanya menjadi hijab orangtua dari neraka..

– saat sudah menikah : menjadikan suami sebaik baik orang jika berbuat baik kepadanya..

– saat menjadi ibu : menjadi pintu surga buat anak yang berbakti kepadanya..

✏️
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Empat Tingkatan Dalam Mengingkari Kemungkaran

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullahu ta’ala berkata,

“فإنكار المنكر أربع درجات الأولى أن يزول ويخلفه ضده الثانية أن يقل وإن لم يزل بجملته الثالثة أن يخلفه ما هو مثله الرابعة أن يخلفه ما هو شر منه فالدرجتان الأوليان مشروعتان والثالثة موضع اجتهاد والرابعة محرمة”

Ingkarul mungkar (mengingkari kemungkaran) memiliki empat tingkatan :

1. Dengan mengingkari kemungkaran, kemungkaran itu hilang dan diganti dengan kebalikannya (dengan hal yang baik).

2. Dengan mengingkari kemungkaran, kemungkaran itu menjadi mengecil walaupun tidak hilang sama sekali.

3. Dengan mengingkari  kemungkaran, akan memunculkan kemungkaran yang semisal.

4. Dengan mengingkari kemungkaran, justru memunculkan kemungkaran yang lebih besar.

Pada dua tingkatan yang pertama di atas, tindakan mengingkari kemungkaran disyariatkan.

Pada tingkatan yang ke 3, mengingkari  kemungkaran membutuhkan ijtihad.

Pada tingkatan yang ke-4, mengingkari kemungkaran diharamkan.

(I’lamul Muwaqqi’in – 4/338)

Jangan Ujub

● Syaikh Sholeh al-Fauzan hafizhohullah berkata,

الإعجاب بالنفس مهلك لها فالمذنب التائب خير من المطيع المعجب.

“Ujub (merasa kagum) terhadap diri sendiri justru akan membinasakannya. Sebab, orang yang bertaubat dari dosa itu lebih baik daripada orang yang taat tetapi merasa ujub dengan amalnya..”

(Syarh Kitab al-Kabair, hlm. 47)

● Beliau hafizhohullah juga berkata,

لا يغتر الإنسان بعلمه، فإن ما يجهله أكثر مما يعرفه.

“Seseorang tidak boleh tertipu (ujub atau sombong) dengan ilmunya. Sebab, apa yang dia tidak ketahui itu sungguh lebih banyak daripada apa yang dia ketahui..”

(Syarh ad-Durratil Mudhiyyah, hlm. 277)

Wudhu Adalah Ibadah

● Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Ibadah adalah satu istilah yang menghimpun seluruh apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir dan yang batin..”

(Al-‘Ubudiyah, hlm: 23)

● Beliau rohimahullah juga mengatakan,

“Wudhu adalah ibadah, karena ia tidak diketahui kecuali dari Pembuat syari’at, dan semua perbuatan yang tidak diketahui kecuali dari Pembuat syari’at, maka itu adalah ibadah, seperti sholat dan puasa, dan karena hal itu juga berkonsekuensi pahala..”

(Al-Mustadrok ‘alaa Majmuu’ al-Fatawa 3/29)

Diantara Dampak Dari Meninggalkan Dosa Dan Maksiat

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

Diantara pengaruh pada diri seseorang yang meninggalkan dosa dan maksiat adalah :

– mendapat solusi dalam setiap masalah,
– mudah memperoleh rezeki lewat jalan yang tidak disangka-sangka,
– diberi kemudahan memperoleh ilmu
– do’anya cepat dikabulkan Allah
– dijauhkan dari syaitan jin dan manusia,
– dunia itu terasa kecil di hatinya, dan akhirat terasa begitu besar baginya,
– merasakan manisnya ketaatan kepada Allah.

(Fawaa-idul Fawaa-id – 302)

Akibat Tamak Terhadap Dunia

Al Imam Ahmad rohimahullah berkisah dari Abu Aliyah rohimahullah, beliau mengatakan,

“يأتي على الناس زمانٌ تَخْرُبُ صدورُهم من القرآن، ولا يجدون له حلاوةً ولا لذاذةً، إن قصّروا عما أُمِروا به؛ قالوا: إن الله غفور رحيم! وإن عملوا بما نُهوا عنه؛ قالوا: سيُغفر لنا، إنّا لم نشرك بالله شيئا! أمرُهم كلُّه طمع ليس معه صدق”

Akan datang suatu zaman pada umat manusia dimana dada-dada mereka hancur (lalai) dari Alqur’an dan mereka tidak mendapatkan kemanisan dan kelezatan (dengan menghayati Alqur’an).

Ketika mereka menyia-nyiakan perkara yang telah diperintahkan, mereka pun akan menyangkal dengan berkata, “Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang..”

Namun ketika mereka mengerjakan perkara yang dilarang (oleh agama), mereka akan berkata, “Kami akan diampuni selama kami tidak berbuat syirik kepada Allah..”

Urusan mereka seluruhnya adalah ketamakan (terhadap dunia) dan tidak ada padanya kejujuran.

(Az Zuhd – 1760)

Menebar Cahaya Sunnah