Katanya : ‘masuk akal ga sih, mata kaki ketutupan kain masuk neraka, pakai akal dong sayang..!’
=====
Sanggahan:
1. Apa yang disebutkan di atas, adalah yang disebutkan hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dengan sanad yang sangat shohih.
عن أبي هريرة، عن النَّبيِّ ﷺ قَالَ: مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزار فَفِي النَّار
“Sarung yang di bawah kedua mata kaki, maka dia akan berada di neraka..” [HR. Bukhari 5787]
Sehingga kewajiban kita sebagai seorang mukmin adalah sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami ta’at) .. bukan kami dengar tapi kami harus pikir-pikir dulu, masuk akal atau tidak..!
2. Ajaran agama tidak harus bisa dinalar oleh akal kita .. tapi yang jelas, tidak ada ajaran agama yang shohih yang dimustahilkan akal.
Kalau yang menurut kita tidak masuk akal itu harus ditolak, betapa banyak kabar-kabar dari syariat yang harus ditolak.
– Apakah tasbihnya semua makhluk masuk akal..? [Lihat di QS. Al-Isra’ 44]
– Apakah sujudnya matahari, bulan, bintang-bintang, dan pohon itu masuk akal..? [Lihat di QS Al-Hajj 18]
– Apakah nangisnya kayu pohon kurma bekas mimbar nabi itu masuk akal..? [Lihat di Shohih Bukhari 918]
– Bahkan bilangan-bilangan sholat kita apa masuk akal..?
– Banyak kabar tentang surga dan neraka tidak masuk akal..! Apakah kita tolak..?!
3. Kabar ini masih bisa di nalar oleh akal orang yang lurus .. bukankah sangat logis bila Allah menjadikan kain yang berada di bawah mata kaki berada di neraka bersama orang yang mengenakannya .. dimana sisi tidak masuk akalnya..?!
4. Para sahabat dahulu menerima hadits ini, dan tidak ada dari mereka yang mengatakan ini tidak masuk akal, kemudian menolaknya.. lalu apakah orang ini lebih berakal daripada para sahabat Nabi..?!
Begitu pula para ulama dari madzhab empat menerima hadits ini dengan baik.. tidak ada yang menolaknya dengan dalih tidak masuk akal.
Lalu ikut siapakah dia..?
Mana akhlaqnya terhadap Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam- dan tuntunannya..?
Pantaskah tuntunan Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam- ditertawakan..?
Kepada orang yang seperti ini dan semisalnya, saya berpesan sayangilah diri Anda .. kalau benci kepada orang lain, maka jangan salahkan haditsnya yang shohih, karena itu akan berakibat kebinasaan .. wallahul musta’an.
5. Bila terlihat ada pertentangan, antara akal dan nash, maka kita harus dahulukan nashnya.
Karena akal bisa salah, sedang nash yang valid dan shohih tidak mungkin salah.
Sebagian ulama mengumpamakan, hubungan antara manusia, akal dan nash itu seperti hubungan antara seorang yang mencari obat penyakitnya, penunjuk dokter ahli, dan dokter.
Jika ada orang sakit perut, lalu ia bertanya kepada orang yang tahu dokter ahli dalam sakit perut, lalu dia mengarahkan orang yang sakit itu kepada dokter ahli, dan akhirnya dia dapat resep obat dari dokter ahli itu .. kemudian orang yang sakit tadi ketemu lagi dengan orang yang menunjukkan dokter ahli, tapi sayang dia malah menyalahkan resep obat yang diberikan oleh dokter ahli .. maka siapakah yang harus dia percaya..? dokternya, ataukah orang yang menunjukkan dia kepada dokter ahli tersebut..? tentunya dia harusnya lebih percaya kepada dokter ahlinya, walaupun dia tahu dokter ahli dari orang tersebut.
Begitu pula dengan manusia, bila dia memahami wahyu dengan akalnya, tapi akalnya tidak bisa menerima keterangan yang ada dalam wahyu .. maka harusnya manusia lebih percaya kepada wahyunya, bukan kepada akalnya. Karena wahyu itu dari Allah, sedangkan akalnya banyak keterbatasannya. wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat dan Allah berkahi.
Ditulis oleh,
Ustadz DR Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى