Syaikh Muhammad Sholih al-Utsaimin rohimahullah berkata,
Allah Ta’ala berfirman,
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ ٩٩ لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحًا فِيمَا تَرَكۡتُۚ
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Robbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal sholeh yang telah aku tinggalkan..” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Maksudnya, agar dia tidak menyia-nyiakan waktu.
Dia tidak mengatakan, “Agar aku
– menikmati harta,
– menikmati istri,
– menikmati kendaraan, atau
– menikmati istana..”
Akan tetapi, dia mengatakan, “Agar aku berbuat amal yang sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan..”
Waktu telah berlalu, tetapi engkau tidak mendapatkan manfaat darinya. Jadi, waktu adalah sesuatu yang paling berharga.
Namun, sekarang ini menurut kita, waktu merupakan sesuatu yang paling tidak berharga. Kita membiarkan banyak waktu kita berlalu begitu saja tanpa faedah. Bahkan, kita membiarkan banyak waktu kita dengan melakukan hal-hal yang merugikan.
Saya tidak berbicara tentang keadaan satu orang, tetapi saya berbicara tentang keadaan kaum muslimin secara umum. Hari ini -sangat disayangkan- mereka tenggelam dalam lupa, hal yang sia-sia, dan kelalaian. Mereka tidak serius dalam urusan agama mereka.
Mayoritas mereka dalam kelalaian dan kemewahan. Mereka hanya sibuk memperhatikan kemewahan untuk badan mereka walaupun berkonsekuensi merusak agama mereka..”
(Syarh Riyadhus Sholihin, 1/345)