Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rohimahullah menjelaskan,
“Zuhud lebih tinggi dari waro’. Bedanya adalah :
– waro’ berarti : meninggalkan sesuatu yang bermudhorot (terhadap kepentingan akhiratnya).
– sedangkan zuhud adalah : meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat (untuk kepentingan akhiratnya).
Kesimpulannya, segala urusan terbagi menjadi tiga :
1. Sesuatu yang memudhorotkan kepentingan akhirat.
2. Sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan akhirat.
3. Tidak bermudhorot, tetapi juga tidak bermanfaat.
Waro’ adalah meninggalkan sesuatu yang mendatangkan mudhorot terhadap kepentingan akhirat, yakni meninggalkan perkara haram.
Adapun zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat. Perkara yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat, ia tinggalkan. Sebaliknya, perkara yang bermanfaat untuk kepentingan akhirat, ia kerjakan. Tentu saja, perkara yang haram, lebih-lebih lagi, pasti ditinggalkan.
Oleh karena itu, zuhud lebih tinggi dari waro’. Setiap orang zuhud, pasti ia waro’. Namun, tidak setiap orang yang waro’ ia zuhud..”
(Syarah Riyadhush Sholihin hlm. 790)
ﺃﻥ اﻟﺰﻫﺪ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻦ اﻟﻮﺭﻉ، ﻭاﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺃﻥ اﻟﻮﺭﻉ ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻳﻀﺮ، ﻭاﻟﺰﻫﺪ ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻨﻔﻊ، ﻓﺎﻷﺷﻴﺎء ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ: منها ﻣﺎ ﻳﻀﺮ ﻓﻲ اﻵﺧﺮﺓ، منها ﻣﺎ ﻳﻨﻔﻊ، ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻀﺮ ﻭﻻ ﻳﻨﻔﻊ.
فالورع: ﺃﻥ ﻳﺪﻉ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﻀﺮﻩ ﻓﻲ اﻵﺧﺮﺓ، ﻳﻌﻨﻲ ﺃﻥ ﻳﺘﺮﻙ اﻟﺤﺮاﻡ.
ﻭاﻟﺰﻫﺪ: ﺃﻥ ﻳﺪﻉ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻓﻲ اﻵﺧﺮﺓ، ﻓﺎﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻻ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻪ، ﻭاﻟﺬﻱ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻪ، ﻭاﻟﺬﻱ ﻳﻀﺮﻩ ﻻ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺃﻭﻟﻰ، ﻓﻜﺎﻥ اﻟﺰﻫﺪ ﺃﻋﻠﻰ ﺣﺎﻻ ﻣﻦ اﻟﻮﺭﻉ، ﻓﻜﻞ ﺯاﻫﺪ ﻭﺭﻉ، ﻭﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﻭﺭﻉ ﺯاﻫﺪا.