Ingatlah Wahai Saudariku

Dan apabila mereka selalu mengingat-ingat tempat kembali mereka kepada Sang Pencipta yang semuanya akan dibalas amal perbuatan tersebut, Niscaya mereka tidak akan meremehkan hal ini….

Wahai Ukhti muslimah…
Apakah engkau tidak pernah mengingat-ingat detik-detik menjelang kematianmu saat-saat mereka menyiapkan akan membungkusmu kedalam kain kafan! Setelah itu engkau akan dipikul diatas pundak-pundak manusia yang akan mengantarkanmu ke liang lahad!!!
Maha Suci ALLAH…

Kemarin,engkau masih bangga berlenggak-lenggok mengenakan pakaian yang tidak berbusana muslimah yang syar’i, engkau mengikuti trendi-trendi yang ada pada masamu, ketika keluar rumah kau kenakan pakaian yang akan membangkitkan fitnah syahwat bagi laki-laki, engkau perlihatkan auratmu!…

Namun sekarang….tahukah engkau wahai para muslimah apa yang terjadi pada dirimu?? engkau hanya mengenakan pakaian berwarna putih dan yang sangat sederhana yang akan membungkus seluruh badanmu!
Adapun pandangan manusia, kawan-kawan sejawatmu, fans-fans kamu…
keluargamu yang ada disekitarmu….
Mereka hanya mampu meneteskan air matanya,menangisi kepergianmu dan engkau akan tertanam dalam kubur dan engkau segera mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan selama engkau berada didunia ini…

Wahai saudariku muslimah, segeralah bertaubat kepada ALLAH dengan taubat yang nasuha dan berbusana muslimahlah yang syar’i sebelum malaikat maut menjemputmu dalam keadaan engkau tidak berbusana muslimah!
dan engkau akan menyesal dan merugi!

Semoga ALLAH سبحانه وتعالى memberikan hidayah taufiq kepada kita semua untuk melaksanakan seluruh perintah ALLAH dan diwafatkan diatas ketaatan kepada-Nya.

(By Ust. Ahmad Ferry Nasution.)

DUA BAHAYA YANG SANGAT BESAR DALAM MASALAH LISAN

Ust. Ahmad Ferry Nasution

Al-Imam Ibnu Qoyyim al-jauziyyah Rahimahullah berkata:

Dalam masalah lisan ada dua bahaya yang sangat besar, apabila selamat dari salah satunya belum tentu selamat dari yang lainnya, (dua masalah yang besar pada masalah lisan itu ialah):

1. Bahaya Berbicara
2. Bahaya Diam

Dan bisa jadi salah satu dari keduanya tersebut dosanya bisa lebih besar dari yang lain pada waktu-waktu tertentu.

Adapun penjelasan yang dijelaskan oleh beliau, yaitu:

~ Orang yang diam dari kebenaran/ berbicara yang haq mereka ini seperti syaithon yang bisu, bermaksiyat kepada ALLAH, berbuat riya’ dan penjilat, kecuali kalau dia diamnya takut terjadi sesuatu kebinasaan pada dirinya (artinya takut secara fithrah/ tabi’i, bukan takutnya yang tercela sehingga dia diam dari kebenaran, seperti mereka yang diam dari kebenaran karena takut rezekinya diputus dll).

~ Orang yang berbicara dengan kebathilan, mereka ini seperti syaithon yang berbicara dan mereka juga telah bermaksiat kepada ALLAH.

Dan banyaknya makhluk yang menyimpang dari kebenaran baik dalam ucapan-ucapannya dan diamnya.

Sedangkan Ahlul Wasath (orang-orang pertengahan), mereka inilah adalah orang yang berjalan diatas Shirathal Mustaqiim ( adapun kebiasaan mereka dalam masalah lisan);

1. Menjaga lisan-lisan mereka dari berbicara yang bathil.

2. Dan tidaklah mereka mengucapkan sesuatu dari lisannya melainkan yang akan memberikan manfaat baginya diakhirat kelak. Sehingga tidak pernah engkau dapati dari salah seorang dari mereka yang berbicara dengan sia-sia tanpa ada manfaatnya ( ini menunjukkan pembicaraan mereka semuanya memberikan manfaat), apalagi ucapan yang dapat merugikan dirinya di akhirat kelak.

(Perhatikan wahai saudara-saudariku!)

@>– Bagian 1/2 @>–

10 Penyelamat Muslim Dari Pengaruh Kedengkian Manusia

1. Banyak berlindung kepada Allah dgn banyak berta’awudz seperti ucapan ” ‘audzu billah minasyaitanirajim”

2. Berupaya untuk selalu menjalankan perintah Allah & meninggalkan larangan-Nya (taqwa)

3. Banyak bersabar, yaitu dengan tdk membalas keburukan dgn keburukan

4. Banyak bertawakkal kepada Allah

5. Berupaya untuk selalu khusyu’ pada setiap ibadah

6. Berusaha untuk senantiasa berorientasi kepada akhirat pada setiap amal

7. Bertaubat kepada Allah & banyak beristighfar

8. Bersedekah dan memperbanyak kebaikan

9. Berbuat baik kepada orang yang berindikasi menyimpan kedengkian

10.Berserah diri kepada Allah dengan tauhid, dengan keyakinan bahwa semua kejadian di Dunia tidak akan terjadi tanpa izin dari Allah.

Dinukil dari “Fawaid tata’allaqu biasma wasifat” karya ibnul Qoyyim

Semoga bermanfaat!

. Ust. Djazuli Lc

Hati Yang Mati

Setelah kita mengetahui hati yang hidup atau
hati yang sehat, kita mesti tahu pula bagaimanakah hati yang mati. Hati yang mati itulah lawan dari hati yang sehat. Ringkasnya kami sarikan dari penjelasan Ibnul Qayyim berikut ini.

Hati yang mati adalah lawan dari hati yang hidup. Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Hati seperti ini tidak mengenal Rabbnya, tidak menyembah-Nya dengan menjalankan perintah-Nya sesuai ia cintai dan ridhoi. Bahkan hati seperti ini hanya mau menuruti syahwat dan keinginannya walau sampai membuat Allah murka dan marah. Ia tidak ambil pusing apakah Rabbnya peduli ataukah tidak.

Hakikatnya ia beribadah pada selain Allah dalam hal cinta, takut, harap, ridho, murka, pengagungan dan penghinaan diri. Jika ia mau mencinta, maka ia mencintai karena hawa nafsunya (bukan karena Allah). Begitu pula ketika ia membenci, maka ia membenci karena hawa nafsunya (bukan karena Allah). Sama halnya ketika ia memberi atau menolak, itu pun dengan hawa nafsunya. Hawa nafsunya lebih ia cintai daripada ridho Allah. Hawa nafsu, syahwat dan kebodohan adalah imamnya. Kendaraannya adalah kendaraannya.

Hati yang mati ini adalah hati yang tidak mau menerima kebenaran dan juga tidak mau patuh. Berbeda halnya dengan hati yang sehat yang mengetahui kebenaran, patuh dan menerimanya.

Demikian penjelasan Ibnul Qayyim yang kami sarikan dari kitab Ighotsatul Lahfan, hal. 44, 46.

Semoga Allah menjauhkan kita dari hati yang mati dan memberikan kita hati yang hidup.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Pesantren Darush Sholihin, Panggang-GK, 29 Rabi’ul Akhir 1434 H

www.rumaysho.com

Jangan Lewatkan Hari Tanpa 3 Perkara Ini !

(Faedah dari penjelasan أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc – حفظه الله dalam kajian Mukhtashar Minhajul Qasidin)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan sebuah do’a, yang mana beliau senantiasa berdo’a dengan do’a ini setiap selesai shalat Shubuh. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha

(( اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا ))

“Ya Allah, aku memohon kepadamu Ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, serta amal yang diterima”

[Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Thabrani, dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah]

Hal ini merupakan sinyal yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu’ala­ihi wasallam, agar hari-hari kita tidak kosong dari 3 hal tersebut, yaitu:

Pertama:
Agar senantiasa kita MENAMBAH ILMU, bukan sekedar ilmu, akan tetapi yang diinginkan adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu agama, yang dengannya kita mengetahui apa-apa yang diinginkan Allah Ta’ala dan apa-apa yang telah disampaikan oleh RasulNya shallallahu’ala­ihi wasallam.

Ilmu hanya diperoleh dengan mempelajarinya.­ Maka dengan memanjatkan do’a ini, kita berharap agar Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita sehingga terdorong hati kita untuk menuntut ilmu, mempelajarinya demi mengangkat kebodohan dari diri kita. Terlebih lagi, segala bentuk sarana telah tersedia pada hari ini, yang memudahkan kita untuk mendapatkan ilmu agama,
kapan saja, dan dimana saja.

Kedua:
Agar kita juga MENCARI RIZKI, bekerja dan berkarya, tidak duduk-duduk menantikan uluran tangan dari org lain. Islam menganjurkan mencari rizki demi untuk dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dengan rizki tersebut kita bisa menyempurnakan shalat kita, dgn rizki tersebut kita bisa bersedekah baik yg wajib maupun yg sunnah, dengan rizki tersebut mungkin mencukupi utk menunaikan umrah maupun haji, dan segala bentuk ketaatan lainnya.

Akan tetapi tidak berarti semua rizki, melainkan hanya yang halal. Karena hanya rizki yang halal yang akan memberikan keberkahan. Dan karena Allah Ta’ala tidak akan menerima kecuali dari yang halal dan baik.

Ketiga, agar kita banyak beramal shaleh. Kita sangat butuh agar amalan kita diterima Allah Ta’ala. Setelah bersusah payah, mengorbankan waktu, tenaga, harta, tentu kita ingin agar semua itu diterima Allah Ta’ala sehingga mendapat balasan yang diinginkan. Akan tetapi Allah hanya akan menerima amal yang shaleh, yaitu amal yang dilandasi 2 hal utama: Ikhlas (semata-mata mengharap Wajah Allah), serta Muttaba’ah (beramal hanya dengan petunjuk yang telah dibawa oleh Muhammad shallallahu’ala­ihi wasallam).

Dan ketiga hal diatas saling berhubungan satu sama lain.

Dengan Ilmu yang bermanfaat kita dapat mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, sehingga dalam mencari rizki pun kita mengetahui batasan-batasan­nya dan memastikan hanya mencari yang halal.

Dan hanya dengan ilmu lah suatu amal dapat ditegakkan dengan benar, sesuai yang diinginkan Allah dan RasulNya, sehingga amalan pun diterima. Karena amalan yang tidak dilandasai dengan ilmu, yaitu yang tidak berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya, maka amalan tersebut akan tertolak, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh A’isyah radhiyallahu’an­ha “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan atas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak” (Riwayat Muslim, shahih).

Demikian juga, harta yang halal juga menentukan apakah amalan kita diterima atau ditolak. Sebagaimana hadits yang menceritakan seorang musafir yang berdo’a kepada Allah dalam safarnya “Ya Rabb, Ya Rabb…” akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, sehingga Rasulullah shallallahu’ala­ihi wasallam bersabda “Bagaimana do’anya akan dikabulkan?” (Riwayat Muslim, shahih).

Bersambung……

10 penyelamat muslim dari pengaruh kedengkian manusia

# 10 penyelamat muslim dari pengaruh kedengkian manusia #
Ust. Djazuli LC

1. Banyak berlindung kpd Allah dgn banyak berta’awudz seperti ucapan ” ‘audzu billah minasyaitanirajim”

2. Berupaya untuk selalu menjalankan perintah Allah & meninggalkan larangan-Nya (taqwa)

3. Banyak bersabar, yaitu dengan tdk membalas keburukan dgn keburukan

4. Banyak bertawakkal kpd Allah

5. Berupaya untuk selalu khusyu’ pada setiap ibadah

6. Berusaha untuk senantiasa berorientasi kpd akhirat pada setiap amal

7. Bertaubat kpd Allah & banyak beristighfar

8. Bersedekah dan memperbanyak kebaikan

9. Berbuat baik kpd orang yg berindikasi menyimpan kedengkian

10.Berserah diri kpd Allah dgn tauhid, dengan keyakinan bhw semua kejadian di Dunia tdk akan terjadi tanpa izin dari Allah.

Dinukil dari “Fawaid tata’allaqu biasma wasifat” karya ibnul Qoyyim

Semoga bermanfaat!

Mengharap Kasih Sayang Nya

# Mengharap Kasih Sayang Nya#
Ust. Firanda Andirja MA

Al-Imam Asy-Syaukaani rahimahullah (wafat 1250 H) berkata dalam sya’irnya :

فَكَّرْتُ فِي عِلْمِي وَفِي أَعْمَالِي …. وَنَظَرْتُ فِي قَوْلِي وَفِي أَفْعَالِي
Aku merenungkan tentang ilmuku & amalanku….
Aku mengamati perkataanku & perbuatanku…

فَوَجَدْتُ مَا أَخْشَاهُ مِنْهَا فَوْقَ مَا …. أَرْجُو فَطَاحَتْ عِنْدَ ذَا آمَالِي
Maka aku dapati apa yg aku takutkan darinya melebihi apa yg aku harapkan darinya…maka sirnalah saat itu harapan – harapanku…

وَرَجَعْتُ نَحْوَ الرَّحْمَةِ الْعُظْمَى إِلَى … مَا أَرْتَجِي مِنْ فَضْلِ ذِي الأَفْضَالِ
Akupun kembali menuju rahmat (kasih sayang) yg luas…
kpd karunia yg aku harapkan dari Dzat Pemilik Segala Karunia…

فَغَدَا الرَّجَا وَالْخَوْفُ يَعْتَلِجَانِ فِي … صَدْرِي وَهَذَا مُنْتَهَى أَحْوَالِي
Jadilah harapan & ketakutan berseteru dlm dadaku…
inilah kesudahan kondisiku

(Nailul Wathor min taroojumi rijaalil yaman fi al-qorni ats-tsaalits ‘asyar karya Muhammad Zabaaroh As-Shon’aani, 2/302)

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah adalah seorang ulama yg sangat terkenal, penulis buku Nailul Authoor, menjelaskan bahwa setelah menimbang – nimbang ilmu, amalan, perkataan & perbuatannya maka beliau mendapati bahwa semuanya tdk bisa diandalkan.

Apa yg beliau takutkan dari ilmu, amal, perkataan & perbuatan jika dihisab kelak lebih besar dari apa yg beliau harapkan..

Karenanya beliau hanya bisa mengharapkan kasih sayang yg luas dari Allah Ta’aala agar merahmati beliau…

Jika seorang Al-Imam Asy-Syaukani tdk ujub & bangga dgn ilmu & amal beliau, bagaimana lagi dgn sebagian kita yg pas-pasan ?? Atau sdh jelas pailit, minus, & defisit ??
Hanya rahmat Allah yg luas yg bisa kita andalkan…

Ya Allah berilah taufiq kpd kami agar senantias bersyukur & beramal sholeh…
senantiasa takut adzab-Mu & senantiasa berharap akan rahmat-Mu…

آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Futur Lagi

Memang..
Tak selamanya iman itu naik..
Kadang di hari ini semangat beramal..
esoknya menjadi lemah..
Hari ini terasa khusyu’ membaca al qur’an..
Lusa dihantui oleh futur..
Duh..

Tapi semua itu akan selalu ada..

Dalam sebuah hadits:

لكل عمل شرة ولكل شرة فترة فمن كانت فترته إلى السنة فقد اهتدى ومن كانت فترته إلى غير ذلك فقد هلك

“Pada setiap amal ada masa semangat, dan pada masa semangat ada masa futur (lemah)nya. Siapa yang masa futurnya kepada sunnah, ia telah mendapat hidayah. Dan siapa yang masa futurnya kepada selain itu, maka ia binasa..”

Futur menuju sunnah..
berpindah dari satu amal kepada amal lain..

Disaat futur untuk membaca al qur’an..
beralih kepada dzikir..

Disaat futur untuk berinfaq..
beralih kepada shoum (puasa)..

Tapi disaat futur untuk menuntut ilmu..
payah..
karena ilmu itu pondasi amal..
bagaimana bisa beramal sunnah..
sementara pondasi telah rapuh..

Futur..
parasit bagi pencari surga..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

AGAMA FITRAH

Ust. Rochmad Supriyadi LC

Allah سبحانه وتعالى berfirman yg artinya, “Maka hadapkanlah wajahmu dg lulus kpd agama (Islam) yg sesuai fitrah Allah yg Dia telah ciptakan manusia menurut fitrah itu. Tdk ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yg lurus,tetapi kebanyakan manusia tdk mengetahui”. QS Ar-Rum 30.

Ibnu Qoyyim berkata,” Allah سبحانه وتعالى menerangkan bahwa arti “menghadapkan wajah” adalah berbuat iklas dlm hati, dan berjuang utk Agama Allah, yg mengandung atas kecintaan kpd Nya, yg diwujudkan dg beribadah sesuai kebenaran, hanya menghambakan diri kpd-Nya, dan berpaling dari selain-Nya سبحانه وتعالى.

Dan ini adalah agama fitrah yg Allah telah ciptakan para hambanya diatas fitrah ini, akan tetapi kemudian para manusia merusak fitrah tersebut, melumurinya dg noda dan kotoran, sebagaimana Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tdk lah seseorang yg dilahirkan kecuali ia diatas fitrah (agama tauhid) maka ayah mereka merubahnya menjadi yahudi, nasrani, majusi “.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda dlm hadist Qudsi, Allah سبحانه وتعالى berkata, “Sesungguhnya aku ciptakan manusia dlm keadaan lurus tdk condong, akan tetapi kemudian para syaiton datang dan menggoda mereka dari agama nya, mereka diperintah agar menyekutukan Ku yg tdk ada dalil sedikitpun padanya”. HR Muslim.

– Bada’iut Tafsir 3/391 –

Umur

Saudaraku..
Dalam perniagaan ini kita memiliki modal yg tak kita ketahui jumlahnya..

Kita tidak tau pula kapan modal ini expired..

Ia adalah umur..

Terbatas dan sesaat..
Jika telah dibelanjakan maka tak dapat kembali..

Wahai saudaraku.
Modal ini jika telah berjalan pasti habis..
Belilah dagangan yg bermanfaat tuk bekal akhirat..

Perjalanan masih panjang.. Juta’an tahun.. Yg tak kau ketahui berapa lamanya..

Jangan kau buang modalmu sia sia..

Engkau akan rugi dan merugi..
Sungguh celaka jika modalnya digunakan untuk membeli racunn.. Racun untuk ke neraka yg akan direngguhnya..
Naudzubillah mindzalik

Semoga hati kita dijauhkan dari berkeinginan maksiat..

Ibnu Uqail Al-Hanbali berkata: “Sesungguhnya aku tidak menghalalkan bagi diriku untuk menyia-nyiakan sesaatpun dari umurku.”

Suatu saat Amr bin Abdu Qais melewati sekumpulan manusia yang sedang berleha-leha. Mereka lalu mengajaknya untuk duduk bersama, maka ia menjawab: “Tahanlah matahari dari peredarannya agar aku dapat bercakap-cakap dengan kalian.”

Inilah di antara untaian hikmah yang keluar dari lisan-lisan mereka, semuanya menunjukan betapa berharganya waktu di sisi mereka.

www.abu-riyadl.blogspot.com

Menebar Cahaya Sunnah