Tawakal Yang Sebenarnya

Ibnu Rojab al-Hambali rohimahullahu ta’ala menjelaskan,

قال المروذي: قيل لأبي عبد الله: أيّ شيءٍ صِدقُ التوكل على الله؟
قال: أن يتوكَّل على الله، ولا يكون في قلبه أحدٌ من الآدميين يطمع أن يجيئه
بشيءٍ، فإذا كان كذا، ‌كان ‌الله ‌يرزقه، وكان متوكِّلًا.

Al-Marudzi mengisahkan bahwa Abu Abdillah (yaitu Imam Ahmad) pernah ditanya, ‘apa itu tawakal yang sebenarnya..?’

Beliau menjawab, ‘seseorang bertawakal (percaya penuh dan bersandar) kepada Allah, tidak terlintas sedikit pun di hatinya ada seseorang yang akan datang memberinya.

Jika sudah demikian, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadanya, dan saat itulah dia dianggap bertawakal..’

(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam – 2/503)

Akibat Dari Ghibah

Berkata Ibnul Jauzi rohimahullahu ta’ala,

– betapa banyak perbuatan ghibah itu merusak amalan orang-orang sholeh,

– betapa banyak perbuatan ghibah telah menggugurkan pahala orang-orang yang telah beramal, dan

– betapa banyak perbuatan ghibah telah mengundang murkanya Allah Robbul ‘aalamiin

(At Tadzkirah Fil Wa’zh – 1/124)

Hakekat Zuhud

Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

متى كان المال في يدك وليس في قلبك لم يضرك ولو كثر،
– ومتى كان في قلبك ضرك ولو لم يكن في يدك منه شيء.
– قيل للإمام أحمد: أيكون الرجل زاهدا، ومعه ألف دينار؟
– قال: نعم على شريطة ألا يفرح إذا زادت ولا يحزن إذا نقصت”

Selama harta yang berada di tanganmu tidak berada di dalam hatimu, harta tersebut tidak akan membahayakanmu meskipun banyak.

Namun, jika harta tersebut berada dalam hatimu, dia akan membahayakanmu meskipun tidak ada sedikit pun yang berada di tanganmu.

Ada yang bertanya kepada Imam Ahmad, ‘apakah seseorang yang memiliki seribu dinar bisa bersikap zuhud..?’

Beliau menjawab, ‘ya.. dengan syarat, dia tidak bergembira ketika hartanya bertambah dan tidak bersedih ketika hartanya berkurang..’

(Madaarijus Saalikiin, 1/463)

(*) Zuhud : meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk akherat kita.

Kebaikan Dalam Lima Perkara

Imam Asy Syafi’i rohimahullah berkata,

اَلخَيرُ فى خَمْسَة : غنى عَلَى النَّفْسِ وَكَفُّ الْأَذَى وَكَسْبُ الْحَلَالِ وَالتَّقْوَى وَالثقَةُ بِاللهِ

Ada kebaikan dalam lima perkara yaitu :

– hati yang merasa cukup,
– menahan diri dari menyakiti orang lain,
– bekerja dengan halal,
– bertakwa kepada Allah Ta’ala, dan
– yakin kepada janji Allah.

(Siyar A’laam an-Nubalaa – 10/97)

Yakin Adalah Kunci Sukses Meraih Kesabaran

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata,

Tidak akan mungkin seorang itu mampu untuk bersabar bila dia tidak memiliki SESUATU yang :

– membuat dirinya tenteram,
– membuat dirinya terhibur, dan
– membuat dirinya tabah dan kuat,

Dan ‘SESUATU’ itu adalah yakin (akan benarnya janji Allah).

(Kitab Istiqomah – 2/261)

Perbedaan Orang Yang Bahagia Dan Orang Yang Celaka

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullahu ta’ala berkata,

Orang yang bahagia itu adalah :

1. orang yang terus istighfar -mohon ampunan- kepada Allah atas dosa dosa yang telah dia kerjakan, dan

2. bersabar atas musibah yang menimpanya.

Sebagaimana yang Allah firmankan,

{فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ}
[غافر : 55]

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi..” (Qs Ghofir: 55)

Dan orang yang celaka itu adalah :

1. orang yang selalu berkeluh kesah ketika mendapat musibah, dan

2. selalu beralasan dengan takdir untuk berbuat dosa.

(Majmuu’ Al Fatawa 8/454)

Penyebab Kerasnya Hati Dan Obatnya

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullahu ta’ala berkata,

Sebab sebab kerasnya hati adalah :

1. Berpaling dari Allah Ta’ala.
2. Menjauh dari membaca Al Quran.
3. Menyibukkan dirinya untuk mengejar dunia dan dia jadikan dunia itu cita cita terbesarnya.
4. Tidak mau peduli dengan urusan agamanya. Padahal mentaati Allah Ta’ala dan kembali kepadaNya dapat menyebabkan lunak dan lembutnya hati.

Adapun obatnya adalah :

1. Taat dan tunduk kepada Allah Ta’ala.
2. Memperbanyak berzikir.
3. Memperbanyak membaca Al Quran.
4. Memperbanyak beramal kebaikan sesuai kemampuan.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar melunakkan hati kita dan saudara kita untuk terus mengingat-Nya dan agar memakmurkan hati kita untuk terus mentaati-Nya.

Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mampu atas segala sesuatu.

(Fatawa Nuurun ‘Alad Darb no: 320)

Nikmat Berlapang Dada

Lapang dada adalah kenikmatan yang besar..
Karena orang yang lapang dada kesabarannya panjang..

Lapang dada menimbulkan sifat dermawan..
Lapang dada membuat mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain..

Lapang dada menjauhkan dari sifat dengki dan hasad..
Lapang dada menjadikan pelakunya tidak tergesa gesa dalam mengambil sikap..

Lapang dada menimbulkan ketabahan dalam menghadapi berbagai macam kesusahan..
Lapang dada mendatangkan sifat hilm dan tidak cepat marah..

Oleh karena itu, Allah menyebutkan nikmat pertama kepada Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah lapang dada..

Allah berfirman:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ (١)

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)..? (Asy-Syarh ayat 1)

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Makna Tawakal Kepada Allah Ketika Sakit

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahullah berkata,

Tawakal kepada Allah ‘azza wa jalla mengandung dua hal :

PERTAMA
Bersandar penuh kepada Allah dan beriman bahwa tidaklah terjadi sesuatu pun di dunia ini kecuali dengan kehendak dan takdir-Nya.

KEDUA
Melakukan sebab yang syar’i atau yang mubah (boleh) dalam mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Jadi, dua hal tersebut harus terkumpul; iman kepada takdir dan melakukan sebab.

Seorang muslim mengetahui bahwa sakit yang diderita terjadi dengan takdir Allah.  Bersamaan dengan itu, dia mencari kesembuhan dengan sebab yang syar’i dan obat-obat yang halal.

Hal ini sama sebagaimana ketika dia :
– menghilangkan haus dengan minum,
– menghilangkan lapar dengan makan,
– menghilangkan rasa takut dengan melakukan sebab yang memberinya rasa aman, seperti orang yang khawatir pencuri lalu dia mengunci pintunya, dan banyak contoh lainnya.

( Akhtha` fi al-‘Aqidah hlm. 30 )

Hindarilah Ketenaran

Al-Fudhail bin Iyyadh rohimahullah berkata,

إن قدرت أن لا تُعرف فافعل، وما عليك ألا تُعرف، وما عليك ألا يُثنى عليك،
وما عليك أن تكون مذمومًا عند الناس إذا كنت محمودًا عند الله عَزّ وَجَلّ.

Jika engkau mampu untuk tidak terkenal, lakukanlah.

– tidak ada ruginya engkau tidak dikenal,
– tidak ada ruginya engkau tidak mendapatkan pujian, dan
– tidak ada ruginya engkau dicela oleh manusia apabila engkau terpuji di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

(At-Tawadhu’ wal Khumul – 43)

Menebar Cahaya Sunnah