Al-Imam Ibnu Rojab al-Hanbali rohimahullah berkata,
فَالشَّأْنُ فِي أَنَّ الْعَبْدَ يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ مَعْرِفَةٌ خَاصَّةٌ بِقَلْبِهِ، بِحَيْثُ يَجِدُهُ قَرِيبًا مِنْهُ، يَسْتَأْنِسُ بِهِ فِي خَلْوَتِهِ، وَيَجِدُ حَلَاوَةَ ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَمُنَاجَاتِهِ وَخِدْمَتِهِ؛ وَلَا يَجِدُ ذَلِكَ إِلَّاَّ مَنْ أَطَاعَهُ فِي سِرِّهِ وَعَلَانِيَّتِهِ
“Yang paling penting bagi seorang hamba adalah antara dirinya dengan Robbnya terdapat perkenalan yang khusus dengan hatinya, dimana :
– dia menjumpai-Nya dekat dengannya,
– dia merasa senang menyendiri dengan-Nya,
– dia merasakan kelezatan ketika berdzikir mengingat-Nya, berdo’a kepada-Nya, bermunajat kepada-Nya, serta berkhidmat kepada-Nya.
Dan tidak akan menjumpai itu semua kecuali seorang hamba yang mentaati-Nya baik dalam keadaan sembunyi-sembunyi maupun dalam keadaan terang-terangan..”
(Bayan Fadhli Ilmis Salaf – hal. 75)