Telaga Dan Shirat

Ust. Kholid Syamhudi, حفظه الله تعالى

1. Telaga

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan telaga bagi setiap Nabi, dan telaga Nabi kita shalallahu alaihi wa sallam  yang terbesar, paling manis dan yang paling banyak didatangi pada hari kiamat.

Gambaran Telaga Nabi shalallahu alaihi wa sallam  :

1. Abdullah bin ‘Amar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Telagaku  (panjangnya) perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari susu, wanginya lebih wangi dari misk (minyak kesturi), cahayanya seperti bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya niscaya ia tidak akan pernah merasa haus selama-lamanya.” (Muttafaqun ‘alaih).[1]

2. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesesungguhnya kadar (ukuran) telagaku adalah seperti jarak di antara Ailah dan Shan’a dari Yaman. Dan sesungguhnya di dalamnya ada teko-teko sejumlah bintang di langit.” (Muttafaqun ‘alaih).[2]

Orang yang Terusir dari Telaga:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Segolongan sahabatku datang kepadaku pada hari kiamat, lalu mereka terusir dari telaga. Aku bertanya: ‘Ya Rabb, sahabat-sahabatku.’ Lalu Allah subhanahu wa ta’ala  berfirman: ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ciptakan (perbuatan-perbuatan bid’ah) setelah (kematian)mu. Sesungguhnya mereka kembali di atas pantat mereka (murtad).”  (Muttafaqun ‘alaih).[3]

2.  SHIRAT (JEMBATAN)

Shirath: ia adalah jembatan/titian yang dipasang di atas neraka Jahanam, orang-orang beriman melewatinya ke surga.

Orang yang melewati shirath:
Yang dapat melewati jembatan itu adalah orang-orang beriman. Adapun orang-orang kafir dan kaum musyrik, maka setiap golongan dari mereka mengikuti apa yang disembahnya di dunia, yaitu berhala, syetan, dan semisal keduanya dari tuhan-tuhan yang batil, lalu ia mendatangi neraka bersama sesembahannya yang pertama.

Kemudian setelah itu, tersisalah orang yang hanya menyembah Allah subhanahu wa ta’ala  pada zahir, sama saja ia benar atau munafik. Mereka itulah yang ditegakkan jembatan untuk mereka. Kemudian berbedalah kaum munafik dari orang-orang beriman dengan terhalangnya mereka melakukan sujud, dan cahaya yang meliputi orang-orang beriman. Maka kembalilah kaum munafik ke belakang, ke neraka, dan orang-orang beriman melewati titian menuju surga.

Lewat di atas titian adalah setelah dihisab, timbangan amal perbuatan, dan selesai darinya. kemudian manusia dipaksa lewat di atas jembatan, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا (72)

Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.  Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS. Maryam: 71-72).

Gambaran titian dan melewatinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dalam hadits melihat dan gambaran titian… dan padanya ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam  , apakah titian itu?’ Beliau menjawab: “Tempat yang licin, di atasnya ada besi pengait, dan duri keras yang diratakan, baginya ada duri yang melinggar, ia ada di Najd. Dinamakan baginya: as-Sa’daan. Orang beriman di atasnya (jembatan) seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti kuda dan tunggangan yang baik/terlatih. Ada yang selamat diselamatkan, yang selamat tapi tergores, dan yang didorong di Neraka Jahannam.” (Muttafaqun ‘alaih).[4]

Orang yang pertama kali melewati titian:
Orang yang pertama kali melewati titian adalah Muhammad shalallahu alaihi wa sallam   dan umatnya, dan tidak bisa melewati titian selain orang-orang yang beriman. Mereka diberi cahaya menurut kadar iman dan amal perbuatan mereka. Kemudian mereka melewati titian menurut hal tersebut. Dan diutus amanah dan silaturrahimm lalu keduanya berdiri di dua tepi titian, di kanan dan di kiri. Doa para rasul pada hari itu adalah: Ya Allah subhanahu wa ta’ala , selamatkan-selamatkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wa sallam   bersabda dalam hadits melihat Allah subhanahu wa ta’ala : ‘Kemudian dipancangkan titian di atas neraka Jahanam. Aku dan umatnya adalah yang pertama lewat, tidak ada yang berbicara pada hari itu selaian para rasul. Dan doa para rasul pada hari itu:

Ya Allah subhanahu wa ta’ala , selamatkan, selamatkan.’ Muttafaqun ‘alaih.[5]

Apakah yang diterima orang-orang beriman setelah melewati titian:
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, ‘Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam   bersabda, ‘Orang-orang beriman selamat dari neraka, lalu mereka ditahan di atas titian di antara surga dan nereka. Maka dilakukan qisas untuk sebagian mereka dari yang lain, yaitu kezaliman yang terjadi di antara mereka di dunia. Sehingga apabila mereka telah dibersihkan, mereka mendapat izin masuk surga. Demi diri Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang dari mereka lebih mengenali tempatnya di surga  melebihi tempatnya di dunia.” (HR. Bukhari).[6]

[1]  HR. Bukhari No 6579 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No.2292

[2]  HR. Bukhari No. 6580 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No. 2303.

[3]  HR. Bukhari No. 6585 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No. 2290 dan 2291.

[4]  HR. Bukhari No. 7439 dan Muslim No. 183 dan ini adalah lafazhnya.

[5]  Muttafaqun‘alaihi. HR Bukhari no 806, Muslim no: 182, dan ini adalah lafadznya.

[6]  HR. al-Bukhari no 6535

– – – – – •(*)•- – – – –

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.