Ust. Dr. Muhammad Arifin Baderi, MA
Berpoligami siapa takut,
poligami siapa gentar…
indah memiliki dua bunga sekaligus adalah suatu kebanggaan….
namun pernikahan bukanlah sekedar memiliki bunga, sepasang bunga indah yang semerbak
bukan hanya sekedar itu….
Karenanya kembali lagi saya berkata, berpoligami bila harus bertanggungjawab, siapa berani
berpoligami harus menanggung resiko, siapa siap karena poligami bukan hanya sekedar memiliki sepasang bunga indah, akan tetapi tanggung jawab pendidikan, adil, nafkah, hati dan masih banyak hal lagi yang ada dalam dinamika kehidupan rumah tangga
sebelum anda memutuskan untuk berpoligami, cobalah sesaat anda berfikir, untuk berapa lamakah anda berpoligami?
Sesaat….
Setahun…
Dua tahun….
Atau untuk seterusnya?
Karena percayalah ketika kita memiliki kesungguhan dalam berpoligami, karena ingin menjaga kehormatan diri, kesucian jiwa dari perbuatan zina, perbuatan dosa dengan izin Allah subhanahu wata’ ala, allah akan mudahkan.
“Tsalatsun haqqun alallohi ‘an muhum”
Tiga golongan orang yang pasti allah tolong salah satu dari ketiga golongan ini adalah “anakihu yuridul afaf” orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dirinya.
Adapun orang yang menikah karena ingin berbangga bangga, hebat saya memiliki sepasang bunga indah, jagoan, berani, ato sekedar menjawab rasa penasaran, seharum apakah bila saya memiliki sepasang bunga?
Atau mungkin anda lebih jauh dengan mengatakan menghidupkan sunnah nabi yang ditinggalkan oleh banyak orang,
Mencontohkan kepada umat bagaimana seharusnya kita memiliki dua pasang bunga, sepasang bunga atau dua bunga sekaligus ?
Bila ini tujuannya, maka saya sarankan berfikilah ulang, berfikirlah seribu kali, karena ketika anda ingin berpoligami dan ingin mengatakan, inilah sunnah saya akan terapkan, walau sesuatunya saya tidak terancam, saya tidak merasa khawatir untuk terjerumus dalam perbuatan zina
saya telah memiliki istri yang halal, yang cukup, yang subhanallah, masya allah cantik jelita.
Maka seakan akan anda sadar atau tidak anda akan mengatakan saya menikah bukan karena kepentingan pribadi, bukan karena hasrat pribadi akan tetapi karena tuntutan iman.
Dan bila ini telah terjadi, ingat allah telah mengatakan :
“Ahasubannass an yutroku an yakulu a manna”
Apakah manusia mengira, meyakini, menduga bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan “a manna” kami beriman, sedangkan mereka tidak diuji?, tidak sama sekali
“Walaqod fatannalladzina min qoblihim”
Sungguh orang orang sebelum kalian juga telah kami uji, sehingga tidak ada alasan untuk merasa aman bahwa anda tidak akan diuji, anda pasti diuji.
Karena ketika anda mengatakan saya menikah berpoligami karena menghidupkan sunnah, agar menjadi teladan, menolong orang, maka ini adalah sangkaan bahwa anda melakukan poligami bukan karena kepentingan pribadi, bukan karena darurat, tuntutan untuk menjaga diri, akan tetapi adalah karena tuntutan tingkatan iman yang telah tinggi, dan ini bila dilakukan allah akan menguji anda, allah akan menguji, apakah benar anda berpoligami karena memang ingin menghidupkan sunnah, ingin memiliki keturunan yang banyak?, atao sekedar jago jagoan, hebat hebatan, uji nyali?
Apalagi na’u dzubillah anda hanya ingin merasakan bunga warna ping, harum semerbak seperti ini, sedangkan bunga warna kuning seperti ini,
Kalau hanya sekedar dianggap dilakukan sebagai tester, maka sayang sekali.
Ingat anda punya putri, anda punya saudari, relakah anda bila putri anda, saudari anda dijadikan bak tester ? Hanya untuk dicium dan kemudian dicampakkan, dipetik sesaat kemudian untuk dicium dan dibuang, tentu anda tidak rela bila putri anda diperlakukan seperti itu.
Siapakah yang akan memungut bunga putri anda yang telah dicampakkan oleh orang?
Sebagaimana siapakah yang akan memungut bunga putri orang yang telah anda campakkan ketanah.
Tidakkah anda merasa iba?
Karenanya bila anda memang tidak terpaksa karena tuntutan menjaga kehormatan diri, saya sarankan untuk berfikir ulang, benarkah anda menikah karena tuntutan untuk menjaga kehormatan kesucian diri sehingga allah akan tolong.
Bila anda menikah benar benar karena ingin menjaga kehormatan diri, maka sejatinya anda telah berikrar, ya allah ini adalah kondisi darurat, maka selamatkanlah aku, allah akan tolong anda, karena tidak ada ruang sedikitpun untuk diuji.
Namun ketika anda mengatakan ingin menikah bukan tuntutan syahwat, bukan karena kekhawatiran terjerumus kedalam dosa, maka sejatinya anda telah mengikrarkan, ya allah saya telah beriman.
Dan bila itu terjadi, maka allah akan uji anda.
Semoga petuah sederhana ini menjadi gambaran membuka wacana bagi anda, bagaimana seharusnya poligami dilakukan, karena poligami bukan hanya sekedar memiliki sekuntum bunga, atau dua kuntum bunga, akan tetapi tanggung jawab pendidikan, nafkah, keadilan yang terus harus anda tegakkan
Ingat betapa sulitnya untuk menegakkan keadilan bila istri pertama anda sejak bangun hingga tidur, tidak memiliki kesempatan untuk berdandan mempercantik diri namun semuanya disibukkan mengurus rumah tangga dan mengurus anak anak anda, sedangkan istri baru anda, setahun lebih dua tahun lebih, mungkin sejak bangun hingga tidur lagi ia hanya mempercantik diri, tentu kondisi ini menggambarkan betapa beratnya anda untuk bisa adil dengan dua wanita yang beda sikap, beda semangat, beda kegiatan, dan beda tanggung jawab.
Karenanya pikirkanlah jangan buru buru, poligami bukan untuk uji nyali, poligami adalah tanggung jawab yang harus anda tegakkan
Sumber : Yufid.tv