Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berdoa saat dipuji :
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangka, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.4876)
Lihatlah contoh para ulama yang tidak merasa bahwa mereka itu pantas untuk dikagumi :
(1). Muhammad bin Waasi’ rahimahullah berkata :
“Seandainya dosa itu punya bau maka tidak seorang pun dari kalian yang sanggup mendekatiku” (Al-Waro’ no. 527)
(2). Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :
“Jika ada yang mengetahui orang yang tidak ikhlas (orang yang riya’), maka lihatlah pada diriku” (Ta’thirul Anfas hal 299)
(3). Dawud ath-Tha’i rahimahullah berkata :
“Jika manusia mengetahui sebagian kejelekanku, tentu lisan manusia tidak akan pernah lagi menyebutkan kebaikanku” (Ta’thirul Anfas hal 301)
(4). Ibnul Mubarok rahimahullah berkata :
“Aku mencintai orang-orang shalih, meskipun aku tidak termasuk dari mereka. Dan aku membenci orang-orang thalih (pelaku dosa dan maksiat) meskipun sebenarnya aku lebih jelek dari mereka” (Hilyatul Auliyaa’ VIII/170)
(5). Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:
“Kami memang orang-orang yang memiliki banyak kekurangan, seandainya bukan karena Allah yang menutupinya, tentu telah terbongkar aib-aib kami” (Hilyatul Auliyaa’ IX/181)
Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى