Ustadz Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Salah satu kebiasaan yang selayaknya dihindari dengan rekening anda, terlalu sering ngecek saldo rekening tabungan. Terlebih setelah merebaknya fasilitas internet banking dan mobile banking. Padahal dia sendiri tahu, dia belum melakukan transaksi apapun dengan rekeningnya. Dia tidak mengambil uangnya, tidak pula mendapatkan kiriman dari luar.
Tapi itulah manusia, umumnya mereka merasa tenang, merasa tentram, ketika melihat hartanya. Mendapatkan kebahagiaan, ketika menghitung uangnya. Merasa senang, ketika melihat saldo rekeningnya, terlebih ketika datang tanggal muda.
Kita tentu telah menghafal surat al-Humazah. Salah satu surat yang mengingatkan kita agar tidak menjadi orang yang rakus harta. Namun, ada satu keterangan yang penting untuk kita garis bawahi, terkait hobi melihat saldo rekening.
Diantara sifat tercela yang Allah sebutkan dalam surat al-Humazah,
الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ
Yaitu orang yang mengumpulkan harta dan suka menghitung-hitungnya. (QS. Al-Humazah: 2).
Makna kata [وَعَدَّدَهُ] ’menghitung-hitungnya’ ada dua:
Pertama, makna’addadah [عَدَّدَهُ] adalah ta’did [التعديد], artinya dia menghitung jumlah uang dan harta yang dia miliki di luar kebutuhan.
Kedua, kata’addadah [عَدَّدَهُ] bermakna ja’alahu uddatan [جعله عُدة], artinya dia meyakini bahwa hartanya adalah satu-satunya modal untuk bisa melanjutkan hidupnya.
(Zadul Masir, Ibnul Jauzi, 4/489).
Kita memiliki kaidah, bahwa jika ada ayat yang memiliki beberapa penjelasan tafsir dari para ulama, dan tidak ada yang bertentangan, maka semua tafsir itu dianggap benar. (Syarh Muqadimah Tafsir, Ibnu Utsaimin, hlm. 20).
Jika kita perhatikan, dua keterangan tafsir di atas, tidak saling bertentangan. Sehingga tafsir ayat ini, mencakup keduanya.
Tafsir Ibnu Utsaimin
Dalam tafsir Juz Amma, Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
وقيل: معنى التعديد يعني الإحصاء يعني لشغفه بالمال كل مرة يذهب إلى الصندوق ويعد، يعد الدراهم في الصندوق في الصباح، وفي آخر النهار يعدها، وهو يعرف أنه لم يأخذ منه شيئاً ولم يضف إليه شيئاً لكن لشدة شغفه بالمال يتردد عليه ويعدده، ولهذا جاءت بصيغة المبالغة {عدده} يعني أكثر تعداده لشدة شغفه ومحبته له يخشى أن يكون نقص، أو يريد أن يطمئن زيادة على ما سبق فهو دائماً يعدد المال
Ada sebagian ulama yang menjelaskan, makna ’addadah’ adalah suka menghitung-hitung, karena saking cintanya dia dengan hartanya. Setiap saat dia buka lemari, lalu menghitung uangnya. Dia hitung uangnya di pagi hari, sore juga dia hitung lagi. Padahal dia tahu pasti, dia sama sekali tidak mengambil uang itu sedikitpun. Juga tidak menambahkan uang ke dalam lemari. Namun karena saking cintanya dengan harta, dia bolak-balik menghitungnya. Karena itulah, ayat ini diungkapkan dengan pola kalimat hiperbola ’addadah artinya terlalu sering menghitung, karena saking cintanya dengan harta. Dia khawatir jangan-jangan berkurang. Atau dia ingin mencari ketenangan batin ketika melihat uangnya bertambah. Sehingga dia terus-menerus menghitungnya. (Tafsir Juz Amma, hlm. 315)
Sebagai seorang mukmin, tentu kita tidak ingin memiliki sifat tercela seperti yang disebutkan dalam surat al-Humazah di atas. Kendalikan jari-jari anda, jangan terlalu sering mengintip saldo rekening tabungan.
Allahu a’lam.
Ref: http://pengusahamuslim.com/sering-lihat-saldo-rekening-dilarang/#.U5hjO7HLOBU
View