Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA حفظه الله تعالى
Sebagai manusia, Kita memiliki berbagai keterbatasan dan kelemahan.
Di saat musim panas sedikit berkepanjangan, maka kita merasa menderita dan segera mengeluh dan menanyakan: kapan hujan tiba?
Sebaliknya juga demikian, ketika hujan sedikit curah, kita merasa tersiksa sehingga berkeluh kesah dan bertanya: kapan terang akan datang kembali?
Rasa senang bila berlebihan, dapat mengancam kesehatan, bahkan banyak orang gila atau meninggal dunia karena rasa senang. Sebaliknya demikian, betapa banyak orang meninggal dunia dengan tragis karena tidak kuasa menahan duka. Semua ini bukti nyata bahwa saya dan anda semua adalah makhluk lemah. Allah berfirman:
وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.”
Hanya orang yang beriman kepada Allah, yang kuasa berbahagia selalu dalam segala kondisinya. Bila saudara benar-benar beriman kepada Allah niscaya anda dapat memandang positif segala yang menimpa anda.
Karena itu dahulu Nabi senantiasa bersyukur dan mengucapkan hamdalah, apapun yang menimpa beliau.
Bila mendapat kebaikan, beliau mengucapkan :
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
“Alhamdulillahil-ladzi bi ni’matihi tattimush sholihaat.”
(Segala puji hanya milik Allah yang berkat nikmat-Nya segala yang baik dapat terwujud)
Dan bila ditimpa sesuatu yang menyedihkan, beliau juga bersukur karena beliau yakin bahwa itu mendatangkan keberkahan. Beliau berkata :
الحمد لله على كل حال
“Alhamdulillah ‘ala kulli Haal”
(Segala puji hanya milik Allah, atas segala kondisi yang menimpa)
Sobat! Bagaimana dengan diri anda ? Apa yang terucap dari lisan anda bila mendapat nikmat ? Aku hebat atau syukur alhamdulillah ?
Dan bila ditimpa kesusahan, apa yang terucap: sial, celaka, mati, ataukah syukur alhamdulillah atas segala yang terjadi ?