Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى
Dari Aisyah radliyallahu ‘anha berkata, “Fathimah bintu Abi Hubaisy datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang terkena istihadlah sehingga tidak suci, haruskah aku meninggalkan shalat ?” Beliau bersabda, “Tidak, ia hanyalah berasal dari urat dan bukan haidl. Apabila haidlmu telah datang, tinggalkan shalat. Dan apabila telah selesai, cucilah darahmu kemudian shalatlah.” (Muttafaq ‘alaih).
Dan dalam riwayat Bukhari, “Kemudian berwudlulah untuk setiap kali shalat.”
Fawaid hadits:
1. Keluarnya darah dari kemaluan membatalkan wudlu. Maka wajib berwudlu bagi wanita istihadlah setiap kali hendak shalat.
2. Darah istihadlah bukan haidl, maka tetap wajib shalat, puasa dan lainnya walaupun darahnya terus mengalir, juga diperbolehkan jima’.
3. Wajibnya mencuci darah haidl.
4. “Cucilah darahmu” maksudnya darah haidl. Ini menunjukkan darah istihadlah tidak najis, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyuruhnya mencucinya.
Wallahu a’lam