Category Archives: Muhammad Arifin Badri

Berbeda Pendapat, Namun Sepakat

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat, perbedaan adalah bagian dari dinamika kehidupan dunia. Andai tiada lagi perbedaan, niscaya kiamat datang. Karena itu sikapilah perbedaan dengan bijak, dan cerdas.

Perbedaan ada yang menguntungkan, betapa tidak, andai dunia ini hanya dihuni oleh manusia sejenis, semua pria, atau semua wanita, niscaya kita celaka. Dunia ini terasa indah, karena ada wanita dan ada pria, karena itu tatkala anda menemukan pasangan hidup anda, dunia ini semakin terasa indah.

Andai semua orang di dunia ini kaya dan sama rata kekayaannya, niscaya celaka kita. Betapa tidak, anda bisa bayangkan, siapa yang sudi menjadi pelayan anda, atau membantu pekerjaan anda.

Andai semua orang di dunia ini sama cerdas dan pandai, maka semua menjadi bodoh. Anda dikatakan pandai karena ada orang bodoh dan bahkan banyak jumlahnya. Andai orang cerdas seperti anda banyak jumlahnya, niscaya anda dibilang wajar-wajar saja, tidak pandai .

Namun demikian, banyak dari perbedaan tersebut harus diobati dan bahkan ditanggulangi. Orang bodoh wajib diajari agar menjadi pandai, bukan dimusuhi apalagi dieksploitasi. Orang miskin wajib di tolong bukan dihina apalagi dijauhi, orang sakit wajib dibantu dan diobati bukan dicela apalagi dibasmi.

Bila hal itu terjadi dalam urusan dunia, tentu dalam urusan agama juga demikian, perbedaan pasti terjadi, dan mustahil dapat dihilangkan.

Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dialah Allah yang telah menjadikan kalian sebagai penguasa di muka bumi, dan meninggikan sebagian kalian di atas sebagian yang lain beberapa derajat, guna menguji kalian dalam kenikmatan yang Ia karuniakan kepada kalian. Sesungguhnya Tuhan kamu Maha cepat siksa-Nya dan sejatinya Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al An’am 165)

Namun demikian, sebagai orang yang berilmu dan mengetahui kebenaran, anda wajib untuk mengingatkan dan mengajari, bukan menyombongkan diri apalagi menjauhi orang yang tanpa sadar terjerumus dalam kesalahan.

Anda pasti mengetahui bahwa betapa banyak orang yang berbuat salah namun ia tidak menyadari kesalahannya. Betapa banyak orang bodoh namun mereka menduga bahwa dirinya berilmu, karena itu sebagai orang yang berilmu anda sepatutnya berlapang dada untuk terus mengajari dan mendakwahi, bukan malah meluapkan emosi dan mengobarkan rasa benci.

Adapun sikap sebagian orang bodoh yang memusuhi anda maka itu adalah tantangan yang harus anda hadapi. Di dunia ini, Betapa banyak orang bodoh namun merasa bahwa dirinya berilmu bahkan paling berilmu, akibatnya mereka membenci orang yang benar benar berilmu. Betapa banyak orang yang berbuat kesalahan namun merasa benar sehingga memusuhi dan membenci orang yang berbuat baik dan kebenaran.

Sobat, itulah hakekat perjuangan dalam berdakwah. Bila anda tidak bisa bersabar, lalu siapa lagi yang akan bersabar ? Akankah anda menunggu agar orang bodoh dan orang yang terjerumus dalam kesalahan bersabar menghadapi anda ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ، أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِي لا يُخَالِطُهُمْ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Orang beriman yang terus berinteraksi/bergaul dengan masyarakat dan ia juga tabah menghadapi gangguan mereka lebih besar pahalanya dibanding orang beriman yang tidak berinteraksi dan tidak pula sabar menghadapi gangguan mereka.” (Ahmad dan lainnya).

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

Bingung Tujuh Keliling !

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

Sobat! Anda punya uang, atau logam mulia, atau surat berharga? Dimana anda menyimpannya? Di bawah bantal, atau di dalam almari atau di dalam brangkas di rumah anda atau di rekening salah satu perbankan. Semoga Allah melipat gandakan harta kekayaan anda dan memberkahinya.

Bukan masalah uang atau harta anda yang menjadi tema status saya ini, namun yang ingin saya persoalkan ialah letak anda menyimpannya.

Disimpan di rumah, kawatir digondol maling, disimpan di brangkas kawatir tangan anda terasa gatal ingin sering sering membuka dan kemudian membelanjakannya. Di simpan di bank, sarat dengan praktek riba, alias pasti berbunga dan anda pasti telah mengetahui bahwa MUI telah berfatwa bahwa bunga perbankan adalah riba alias haram dan dosa besar.

Namun demikian, betapa banyak dari kita yang saat ini berkata: menyimpan uang di bank adalah pilihan buruk teringan, dari pada uang hasil cucuran keringat kita habis digondol maling.

Bahkan, betapa banyak dari anda yang akhirnya menggunakan layanan perbankan karena kemudahannya bukan karena terpaksa, namun karena memudahkan, sedangkan cara cara tradisional berat dan merepotkan. Anda mentransfer uang, membayar gaji karyawan, menggunakan kartu ATM, cek, travel cek, dan lainnya, semua itu karena alasan tidak mau repot dan ingin praktis.

Anda melakukan semua itu padahal anda tahu bahwa menggunakan jasa perbankan tentu berdampak pada eksisnya bank- bank yang ada dan merajalelanya praktek riba.

Sobat! Alasan serupalah yang menyebabkan saya akhir akhir ini sering mengangkat tema tentang politik dan memperingatkan saudara sekalian agar waspada dan tidak mendukung “ojo kuwi.”

Sepenuhnya saya sadar bahwa demokrasi menyimpang dari syariat islam dan sarat dengan berbagai kerusakan. Namun demikian, menurut hemat dan pengamatan saya, membiarkan “ojo kuwi” dapat mendatangkan kerusakan atau madhorot yang lebih besar, sebagaimana yang saya ulas pada klarifikasi ke-2, beberapa waktu lalu.

Sobat! Anda berbeda analisa atau pendapat dengan saya ? Sah-sah saja, alias wajar dan bukan masalah, sepenuhnya saya legowo dan sepenuhnya pula saya menghargai pendapat anda.

Wallallahu a’alam bisshawab.

View

Haji Gratis

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! urusan ibadah haji di negri kita semakin hari semakin sulit, masalah biaya yang terus naik, belum lagi urusan antrean yang semakin mengular. Padahal bagi banyak ummat Islam, haji ialah cita-cita terakhirnya di dunia ini.

Miris memang, kalau berbicara urusan haji.

Dahulu, di zaman Khalifah Umar bin Al Khatthab, beliau mengeluarkan satu mandat alaias perintah kepada para gubernurnya dengan berkata:

مروا الناس يحجون ، فمن لم يستطع ، فأحجوه من مال الله

“Perintahkan semua masyarakatmu untuk menunaikan ibadah haji, dan bagi yang tidakmampu maka hajikan mereka dari harta Allah (harta baitul mal).” (Ibnu Zanjawaih dalam kitabnya Al Amwaal)

Mungkinkah Prabowo SUbianto menjiplak program dan janji kampanyenya di bawah ini dari kebijakan Umar bin Al Khatthab di atas ? Bisa iya bisa juga tidak, atau bisa juga terlalu dihubung-hubungkan.

http://www.nefosnews.com/post/pemilu-2014/prabowo-menang-naik-haji-gratis

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

Disaat Menyambut Tamu Istimewa

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

Sobat! Kira-kira apa yang anda lakukan ketika hendak menyambut tamu istimewa ?

Mungkinkah anda menyambutnya di kandang sapi sambil membersihkan kotoran sapi ? Atau di pinggir got rumah sambil membersihkan got rumah anda? Atau mungkinkah anda menyambutnya di saat anda sedang bercucuran keringat karena usai bekerja keras sehingga dari badan anda tercium semerbak bau kecut keringat anda ?

Saya yakin, anda tidak mungkin melakukan hal itu.

Dan bagaimanakah kira-kira sikap dan perasaan anda bila kedatangan tamu istimewa di saat anda sedang bergelut dengan lumpur got, atau sedang membersihkan kotoran hewan atau bercucuran keringat karena usai bekerja keras, atau bahkan mungkin juga sedang cekcok dengan istri anda ?

Anda malu, kikuk, dan kelabakan berusaha membenahi kondisi diri anda sebisa mungkin.

Namun pernahkah anda membayangkan bagaimana perasaan dan sikap anda bila menyadari bahwa tamu istimewa yang datang adalah Malaikat Maut, disaat anda sedang bergelimang dalam dosa dan maksiat ? Kira-kira apa yang akan anda lakukan dan bagaimana pula perasaan anda kala itu ? Allah Ta’ala berfirman:

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh pada umur yang telah aku lewatkan/ tinggalkan. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang ia ucapkan semata, sedangkan di hadapan mereka ada dinding pembatas sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun 99-100)

Betapa bahagianya anda bila pada saat menyambut tamu istimewa ini anda sedang mengucapkan kalimat Tauhid:

لا إله إلا الله

“Tiada sesembahan yang pantas diibadahi selain Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa ucapan terakhirnya ialah LAA ILAHA ILLALLAHU, niscaya ia masuk surga.” (Abu Dawud)

Ya Allah, jadikanlah ucapan terakhir kami di dunia ini ialah:

لا إله إلا الله

“Tiada sesembahan yang pantas diibadahi selain Allah.”

Amiin.

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

Pelawak Lebih Menyejukkan Ucapannya Dibanding Ulama’, Benarkah ?

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Ada satu fenomena menyimpang yang dianggap wajar oleh banyak orang. Kebanyakan orang lebih siap untuk menghadiri acara seorang pelawak dibanding menghadiri acara ulama’. Semua lapisan masyarakat dengan segala latar belakangnya dan idiologinya bisa duduk bersandingan di depan pelawak. Seakan semua bisa bahagia dan tertawa terbahak-bahak.

Namun ironis sekali, hanya sebagian kecil dari ummat islam yang siap untuk bersimpuh di hadapan para ulama’ untuk menimba ilmu dan wejangannya, yang kadang kala terasa pedas dan pahit. Namun demikian, anda sepenuhnya tahu dan mengakui bahwa wejangan ulama’ lebih bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan ummat, baik di dunia ataupun di akhirat.

Pelawak walaupun cengengas cengenges, lugu nan lucu, namun biasanya ucapannya tidak bernilai alias sia-sia.

Sebaliknya, seorang ulama’ walau ucapannya sedikit, bahkan anda sering kali harus mengernyitkan dahi untuk bisa memahaminya, namun sarat dengan arti dan manfaat.

Sobat! Menurut anda, ucapan siapakah yang akan anda ikuti, pelawak atau ulama’? Siapakah yang akan anda jadikan pimpinan anda, pelawak yang bisa cengengas cengenges atau ulama’ yang senantiasa berwibawa dan serius ?

Demikian juga dalam urusan kehidupan kita bernegara, pilihlah orang yang berwibawa dan handal sebagai pemimpin negri ini, walau dikesankan serem. Dan jangan sekali kali mempercayakan negri anda kepada orang yang hobinya cengengas cengenges, yang pasti saja menjadi bahan tertawaan dan permainan musuh, baik dari dalam ataupun luar.

إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Bila suatu urusan telah dipercayakan kepada orang yang bukan ahlinya. Maka nantikan saja kehancuran (kiamat).” (Riwayat Bukhari).

Kalau anda sekedar mau tertawa maka silahkan pilih orang yang bisa cengengas cengenges, namun kalau urusan negara tentu orang yang berwibawa pilihannya, agar negara kita aman dan disegani oleh musuh dalam selimut dan musuh dari luar.

– – – – – •(*)•- – – – –

View

Membabi Buta

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! Sering kali kita mendengar ungkapan, “membabi buta” namun, entah alasan apa, pagi ini kok ucapan itu baru terasa janggal di pikiran saya.

Saya berpikir, alih-alih membabi buta, membabi tidak buta juga tentunya tidak boleh. Mungkinkah ada manusia apalagi orang yang beriman sudi untuk meniru perilaku babi, walaupun babinya berpenglihatan tajam dan berkacamata hitam sehingga nampak gaul atau “keren”.

Kita, sepatutnya bersyukur kepada Allah yang dijadikan sebagai makhluq mulia di dunia ini, dan menjaga “kemanusiaan” kita agar tetap mulia. Berperilaku mulia, dan bahkan terus berusaha untuk meningkatkan kemulian akhlak sebagai manusia yang beriman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang beriman yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaqnya. (Abu Dawud dan lainnya).

Ditulis oleh Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

3 Kunci Sukses Dalam Hidup

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! Anda ingin sukses ? Anda ingin hidup damai ? Sudahkah anda berhasil mendapatkannya ? Atau barang kali saat ini anda sedang mengusap peluh karena lelah mengejar sukses dalam hidup yang terus menjaga jarak dari anda bak fatamorgana dan bayangan tubuh anda.

Mungkin selama ini kita beranggapan bahwa sukses terletak di balik harta kekayaan, atau popularitas atau jabatan. Namun pada kenyataannya, terlalu banyak orang yang kaya, atau populer atau berjabatan tinggi namun tidak sedikitpun merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.

Tahukah anda, apa rahasianya semua itu ? Sederhana sekali, alasannya karena di atas langit masih ada langit lagi. Bisa jadi anda telah kaya, namun ternyata masih banyak yang lebih kaya dari pada anda. Anda terkenal, namun ternyata terlalu banyak yang lebih terkenal dari anda.

Bisa pula kini anda telah menduduki jabatan yang tinggi, namun demikian kini anda merasakan bahwa masih banyak yang lebih tinggi dari anda. Dan kalaupun anda telah menjadi seorang presiden, namun pada akhirnya anda harus menyadari bahwa jabatan itu hanya sesaat dan akan segera anda lepaskan. Suatu saat anda pasti menyadari bahwa jabatan hanyalah sukses sesaat yang sarat dengan pengorbanan dan derita.

Bila demikian, adanya, apakah arti sukses yang sejati dalam kehidupan dunia kita ini ?

Temukan jawabannya pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

مَنْ أَصْبَحَ مُعَافًى فِي بَدَنِهِ، آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barang siapa yang di setiap pagi merasa sehat di tubuhnya, aman kemanapun ia pergi, dan ia memiliki makanan yang mencukupinya, maka seakan akan ia telah berhasil menguasai seluruh isi dunia.” ( Ibnu Hibban & At Thabrany)

 Ditulis oleh Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

Mendengar Lantunan Ayat Al Qur’an Hingga Menangis Tersedu-Sedu

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! Pernahkah anda mendengar lantunan ayat ayat suci Al Qur’an, lalu tanpa sadar air mata anda berlinang dan berderai derail ?

Pernahkah anda mendengar ceramah seorang ustadz atau muballigh yang begitu bagus, hingga anda menangis tersedu sedu karenanya?

Atau bahkan, pernahkah anda menghadiri satu acara pengajian lalu seorang muballigh yang begitu menyentuh hati, penceramahnya menangis sesenggulan dan akhirnya anda dan juga mayoritas pendengar hanyut dalam lautan isakan tangis?

Sobat! Izinkah saya bertanya kepada anda, apakah sejatinya yang menyebabkan anda menangis ?

Benarkah anda menangis karena anda memahami makna ayat dan hadits yang dibacakan? Ataukah anda menangis karena terbawa oleh merdunya suara sang qori’ ?

Benarkah anda menangis karena anda takut kepada ancaman Allah yang termuat pada ayat-ayat yang anda dengar atau anda rindu kepada surga yang tergambar pada ayat ayat tersebut ?

Bukankah sebelumnya anda telah membaca dan mendengar ayat-ayat yang sama namun mengapa anda tidak menangis? Ayat-ayat tersebut berlalu begitu saja seakan tidak ada apa apa ?

Mungkinkah anda menangis hanya karena hanyut dalam suasana haru, alias karena muballighnya menangis, dan orang di sekitar anda menangis, akhirnya andapun terharu dan turut menangis ?

Sobatku! Sekali lagi, izinkan saya kembali bertanya: tahukah anda bahwa para penggemar musik ketika menghadiri konser penyanyi yang mereka idolakan juga banyak yang menangis terharu ?

Sobat! Bila anda menyadari bahwa ternyata yang menjadikan anda menangis hanyalah merdunya suara, maka tangisan anda ini pantas untuk anda tangisi dan sesali, karena ternyata tangisan anda menyerupai tangisan penggemar musik.

Adapun tangisan orang orang yang beriman ialah tangisan karena memahami kandungan ayat ayat yang ia baca atau ia dengar, sehingga mereka menangis walaupun suara yang membacanya blero alias tidak merdu. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sejatinya orang orang yang beriman ialah mereka yang bila dibacakan kepada mereka ayat ayat-Nya, mereka bertambah iman dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal.” (Al Anfal 2)

https://id-id.facebook.com/DrMuhammadArifinBadri

– – – – – •(*)•- – – – –

View

 

Islam Anti Politik, Benarkah ? (Klarifikasi)

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Akhir-akhir ini dengan sengaja saya sering mengangkat masalah-masalah yang berbau politik, dan black campaign (kampanye hitam) terhadap salah seorang capres di halaman facebook saya.

Beragam komentar dan sikap yang bermunculan melihat dan membaca status status saya. Ada yang berhusnuzzan, ada yang menerima dan ada pula yang bersuuzzon dan bahkan memaki. Banyak pengunjung halaman saya yang mendesak agar saya membuat klarifikasi, ada pula yang melontarkan sanggahan, dan ada pula yang beranggapan bahwa halaman saya telah dihack oleh dedemit maya.

Berbagai sikap dan tanggapan itu saya anggap wajar, karena itu adalah bagian dari dinamika kehidupan dunia, pro dan kontra. Dahulu sebagian orang bijak berpetuah:
رضا الناس غاية لا تدرك

“Kepuasan semua orang adalah satu cita-cita yang mustahil dapat anda gapai.”

Sengaja saya memilih untuk diam, dan menunggu waktu yang tepat untuk memberi klarifikasi dan penjelasan masalah ini, dengan mempertimbangkan beberapa alasan berikut:

1. Kebanyakan orang terbiasa untuk menolak atau mengkritisi atau paling kurang mewaspadai hal-hal baru, walau pada akhirnya terbukti bahwa hal tersebut benar dan baik. Dengan menunda, saya bertujuan meminimalisasi debat kusir dengan orang-orang yang kurang berkompeten, atau orang-orang yang asal berkomentar tanpa pikir panjang. Saya juga bertujuan agar sebagian dari saudara saya yang pro atau kontra kembali mempelajari masalah ini lebih mendalam, dengan demikian semakin banyak dari saudara kita yang memahami masalah ini secara komprehensif.

وكم من عائب قولا صحيحا …….. وآفاته الفهم السقيم

“Betapa banyak orang yang mencela satu ucapan yang benar dan terbukti latar belakangnya adalah kesalah pahamannya sendiri.”

2. Memberi ruang kepada berbagai pihak yang pro dan kontra untuk saling berdiskusi, sehingga nuansa keilmuan menggeliat.

3. Adanya satu kondisi beragama yang kurang sehat yang menyelimuti sebagian kita. Secara perlahan namun pasti, kondisi ini telah melahirkan sikap kultus kepada sebagian figur. Sehingga sebagian kita terbelenggu dengan beberapa ungkapan ceroboh sebagian figur, tanpa ada kesiapan untuk mengkaji ulang apalagi menerima perbedaan.

Dengan menunda klarifikasi, saya ingin memberi ruang kepada saudara saudara kita yang terlanjur terbelenggu dengan kultus untuk sedikit berpikir dan menerima kenyataan bahwa setiap manusia, sampaipun seorang ustadz senior juga dapat salah atau paling kurang salah paham demikian juga halnya dengan selain mereka .

Terlebih kita semua telah mengetahui bahwa dalam masalah ini para ulama’ telah berfatwa, dan pada kenyataannya terjadi perbedaan pendapat. Masing-masing ulama’ dalam fatwanya mengutarakan dalil dan alasannya. Dan sudah barang tentu setiap ulama’ berusaha menyuguhkan fatwanya semaksimal mungkin agar nampak sisi kekuatan fatwanya.

Namun demikian, di tengah-tengah kita bermunculan sikap-sikap yang beraneka ragam dalam menyikapi perbedaan ini, seakan masalah ini adalah masalah yang disepakati.
Dahulu Qatadah As Sadusi berkata:

مَن لم يعرف الاختلاف لم يشم رائحة الفقه بأنفه

“Orang yang belum kuasa memahami perselisihan pendapat, maka itu indikasi bahwa ia belum mampu mencium aroma ilmu fiqih.”

4. Melatih diri sendiri untuk dapat lebih bijak ketika berhadapan dengan umpatan orang yang benci dan hujatan orang yang berbeda sikap atau pendapat. Kesiapan mental untuk menghadapi kondisi semacam ini sangat penting bagi seorang juru dakwah, karena makian dan umpatan pasti akan terjadi, bisa banyak dan juga bisa sedikit. Allah Ta’ala berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)

“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Maidah 54)

Saudaraku! Menurut hemat saya, sebenarnya sangat naif bila orang sekelas saya membicarakan masalah ini, terlebih kita semua telah mengetahui bahwa para ulama’ yang berkompeten telah berfatwa sebagaimana yang telah saya unggah pada beberapa waktu lalu.

Namun demikian, saya terpaksa menulis klarifikasi ini agar saudara sekalian memahami alasan dan harapan saya dari status status saya di facebook akhir-akhir ini. Dan untuk memudahkan, maka alasan-alasan tersebut saya rangkumkan pada beberapa poin berikut:

1. Alasan pertama: Setiap kaum biasanya memiliki generasi penerus. (لكل قوم وارث)

Dalam lembaran sejarah bangsa kita, tercatat satu ide gagasan buruk yang atas izin dan karunia Allah menemui kegagalan. Ide itu ialah ide mengawinkan paksa antara Nasionalisme, komunisme dan agama.

Sejatinya antara nasionalisme dan agama sangat mungkin untuk disandingkan tanpa ada masalah berarti yang perlu dikawatirkan. Masalah besar justru datang dari unsur komunisme yang pada dasarnya bersebrangan dengan unsur agama, bak timur dan barat, sehingga mustahil dapat disandingkan apalagi disatukan.

Walaupun ide ini menemui kegagalan, namun tetap saja tidak dapat dihapuskan dari lembaran sejarah. Sangat dimungkinkan pengagum ide ini secara perlahan dan bertahap berusaha untuk mencoba ulang menyuarakan atau menyuguhkannya ke masyarakat, tentunya dengan baju dan kemasan baru.
Dalam pepatah arab dinyatakan :

(لكل قوم وارث)

“Setiap kaum itu pastilah memiliki generasi penerus.”

Kekawatiran ini saya rasa sangat wajar, mengingat paham komunis hingga saat ini masih eksis dan bahkan masih secara resmi menjadi landasan beberapa negara besar. Sudah barang tentu mereka berkepentingan untuk menyebarkan paham mereka ke negara-negara lain.

2- Alasan Kedua: Tidak ingin terperosok dua atau bahkan tiga kali pada satu lubang yang sama.

Masa lalu adalah cermin dan bekal bagi kita untuk menghadapi hari esok. Sengsara dan merugi orang yang mengabaikan masa lalunya dan menutup mata dari segala pelajaran penting dalam sejarah hidupnya. Karena itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

“Orang yang beriman tidak pantas untuk tersengat sebanyak dua kali di satu lubang.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam sejarah perjalanan negri ini, telah berlalu beberapa pemimpin, ada dari kalangan militer dan ada dari kalangan sipil. Namun demikian, sepatutnya kita semua cerdik, sehingga mampu menimbang sisi kebaikan dan keburukan setiap pemimpin yang telah berlalu.

Sebagaimana berbagai pergolakan yang berdampak pada hilangnya stabilitas ekonomi, keamanan, sosial dan lainnya juga pernah menodai lembaran sejarah negri ini. Penjarahan kekayaaan dan sumber daya alam negri ini juga terus berlangsung, hutan digunduli, aset-aset negara dikuras bahkan dijual dengan murah kepada asing, moral bangsa kita dihancurkan melalui berbagai program kemaksiatan, semisal “goyang ngebor” dan lainnya. Politikus-politikus hitam selalu gigih menghadang setiap program yang berbau islam, dan masih banyak lagi.

Akankah, semua sejarah kelam dan pilu di atas belalu begitu saja tanpa ada pelajaran yang dapat kita petik, sehingga tidak terulang kembali di hari esok?

3. Alasan Ketiga: Harimau Ompong Dan Bisu.

Diantara fakta yang sepatutnya kita cermati dari kehidupan negara kita ialah fenomena “harimau ompong dan bisu”. Negara kita dikondisikan agar menjadi negara yang tidak dapat bersuara karena semua media diswastakan dan sahamnya diperjual-belikan dengan bebas sehingga siapapun dapat dapat diatur oleh siapapun yang berduit. Dengan demikian, media –media yang ada bukan lagi menjadi partner pemerintah dalam membangun masyarakat, namun kini hobinya mengkambing hitamkan pemerintah. Sisi sisi positif pemerintah selalu diabaikan sedangkan keburukan bahkan “baru diduga sebagai keburukan” telah menjadi berita yang disuguhkan kepada semua masyarakat. Akibatnya masarakat resah dan selalu resah oleh media-media komersial tersebut.

Sebagaimana, pemerintah kita dijauhkan dari militer, yang merupakan simbol kekuatan suatu pemerintah. Propaganda demi propaganda terus disuarakan bahwa militer adalah satu bagian yang terpisah dari dunia politik, terutama dalam negri.

Sobat, saya tidak ingin berdebat kusir dengan anda masalah ini, namun izinkan saya membuat satu ilustrasi sederhana: bila dalam rumah tangga anda, istri dan anak anda tidak lagi segan kepada anda, karena tidak ada yang ditakuti, mereka punya penghasilan sendiri dan anda dalam kondisi lemah karena sakit-sakitan, akankah anda mampu menguasai mereka? Ataukah anda yang akan dikuasai dan diatur atur oleh mereka?

Di sisi lain, industri strategis kita diupayakan untuk dihancurkan agar negara kita senantiasa bergantung dan bahkan mengemis kepada negara negara kafir barat, sehingga bisa ditekan dan didekte.

Kondisi negri kita benar-benar sedang diupayakan untuk menjadi “harimau ompong dan bisu”, tidak punya taring dan kuku bahkan tidak lagi bisa mengaum, sehingga tidak ada yang perlu ditakuti atau disegani.

Dalam islam, satu pemerintahan yang bagus pastilah pemerintahan yang mampu mengendalikan rakyatnya dan juga disegani oleh rakyatnya. Karena anda pasti menyadari bahwa tidak semua rakyat baik, betapa banyak dari rakyat yang berniat buruk dan bahkan telah menjadi bagian dari mata rantai pengkhianat. Karena itu bila pemerintah tidak disegani karena lemah bak “ngidak tembelek ora penyek” maka kelompok masyarakat yang buruk ini pasti dengan leluasa melancarkan keinginannya, premanisme merajalela, perampokan dan pembunuhan pun menjamur. Dahulu Khalifah Umar bin Al Khatthab menegaskan;
لما يزع الله بالسلطان أعظم مما يزع بالقرآن

“Sungguh orang-orang yang Allah halangi dari berbuat dosa berkat peran pemerintah lebih banyak dibanding yang terhalangi dari berbuat dosa karena sadar setelah membaca Al Qur’an.” (Tarikh Baghdad 4/107)

Fakta membuktikan kebenaran pernyataan khalifah Umar bin Al Khatthab di atas, betapa banyak orang yang takut berbuat buruk karena kawatir ketahuan oleh pemerintah. Sedangkan orang benar-benar sadar dan dilandasi oleh keimanan untuk tidak berbuat buruk sangatlah sedikit. Karena itu terlalu banyak orang yang tidak berbuat maksiat karena faktor belum ada peluang bukan karena takut kepada Allah Azza wa jalla.

Fakta ini menuntut adanya pemimpin yang tegas, kuat dan berwibawa, sehingga dapat membawa kita ke jalan kebaikan dan menjauhkan kita semua dari jalan kehancuran.

4) Alasan keempat. : Sekte-sekte sesat telah merapatkan barisan.

Perkembangan dakwah di negri kita begitu memprihatinkan, berbagai sekte sesat dengan leluasa mengajarkan kesesatannya. Bahkan dalam berbagai kesempatan melakukan tindakan anarkis, semisal yang dilakukan oleh sekte sekte syi’ah di Sampang, Jember, dan lainnya. Dan telah diketahui bersama kemanakah sekte sekte sesat tersebut berlabuh? Mereka mendukung dan masuk ke dalam barisan salah satu kubu yang saat ini akan bertarung memperebutkan kursi pemimpin negri kita tercinta ini.

Kondisi ini tentu memprihatinkan setiap muslim yang sayang kepada agama dan masa depan ummatnya.

Karena itu, menjadi tanggung jaab kita bersama untuk mencegah langkah sekte-sekte sesat tersebut, dengan mendukung calon yang menjadi kompetitor mereka. Walaupun sepenuhnya saya menyadari bahwa memberikan dukungan kepada calon yang lain juga belum tentu jaminan bahwa pemimpin yang terpilih akan berpihak sepenuhnya kepada Islam dan ummat Islam.

Keyakinan saya, walaupun tidak beruntung namun saya juga tidak ingin merugi. Walau belum tentu kegiatan dakwah islam akan didukung oleh calon yang lain, namun paling kurang kita menggagalkan calon pemimpin yang dibelakangnya berdiri musuh-musuh Islam yang selama ini terbukti mengganggu dan menghadang setiap program yang berbau islam. Semboyan saya: walau tidak untung atau tidak menang namun kita tidak merugi atau tidak kalah.

Ini salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari kegembiraan Nabi shallallahu alaihi wa sallam atas kemenangan bangsa Romawi yang nota bene sebagai penganut agama samawi melawan bangsa Persia yang nota bene penyembah api. Kisah kemenangan bangsa Romawi para penganut agama samawi atas bangsa Persia penyembah api diabadikan dalam surat Ar Rum.

Pada kisah peperangan kedua negara adi daya ini, walaupun Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak secara langsung mendapatkan keuntungan namun beliau mendapatkan satu kebanggaan bahwa ummat beragama samawi dimenangkan atas ummat yang tidak beragama.

Demikian pula saya pada masalah ini, lebih berbahagia bila pemimpin yang lebih dekat dan juga berkoalisi dengan kelompok yang beragama islam memenangkan kompetisi dan menjadi pemimpin negri ini dibanding pemimpin yang jauh dari agama dan bersahabat dan didukung oleh orang-orang yang jauh dari agama.

Walaupun pada kenyataannya, kita menyaksikan bahwa partai partai islam kini merapatkan barisan bersama calon pemimpin yang lain.

Semoga klarifikasi sederhana ini dapat bermanfaat dan dimaklumi adanya, dan pada akhirnya saya mohon maaf atas segala hal yang kurang berkenan di hati saudaraku semua. Semoga Allah memilihkan pemimpin yang terbaik untuk negri kita tercinta. Amiin.

Ref:

https://id-id.facebook.com/DrMuhammadArifinBadri

– – – – – •(*)•- – – – –

View