Antara Berkaratnya Hati Dan Bersihnya Hati

Imam Ibnul Qayyim rohimahullahu ta’ala berkata,

Tidak diragukan lagi, bahwa hati itu akan berkarat sebagaimana berkaratnya tembaga dan perak dan selain keduanya.

Dan yang dapat membersihkannya adalah dengan dzikir, karena dzikir itu akan membuatnya bersih seperti kaca yang bening. Tetapi kalau dia tinggalkan dzikir maka hatinya kembali berkarat.

Dan berkaratnya hati terjadi karena dua sebab :
– karena lalai dari mengingat Allah
– karena dosa dan maksiat kepada Allah

Dan bersihnya hati dengan dua perkara :
– dengan banyak Istighfar
– dengan banyak dzikir

Maka barangsiapa yang kelalaiannya kepada Allah lebih dominan di sepanjang waktunya, maka karat didalam hatinya pun semakin banyak, Sedangkan karatnya hati itu tergantung dengan kelalaiannya kepada Allah Ta’ala.

(Al Wabilus Shayyib – 40)

📍 قال ابن القيم – رحمه الله – :

« ولا ريب أن القلب يصدأ كما يصدأ النحاس والفضة وغيرهما،

وجلاؤه بالذكر؛ فإنه يجلوه
حتى يدعه كالمرآة البيضاء، فإذا ترك صدأ.

🔹وصدأ القلب بأمرين:
📍بالغفلة
📍والذنب
🔸 وجلاؤه بشيئين:
🔸بالاستغفار والذكر .

📌فمن كانت الغفلة أغلب أوقاته, كان الصدأ متراكبا على قلبه، وصدؤه بحسب غفلته ».

[ «الوابل الصيب» (ص ٤٠) ]

Jagalah Lisan Ketika Marah

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rohimahullahu ta’ala berkata,

“Biasakan dan latihlah lisanmu, ketika seorang anak atau istri membuatmu marah, untuk mendo’akan mereka dengan kebaikan.

Sebagian manusia ada yang mengatakan kepada anak dan istrinya ketika dia marah :

– semoga Allah mengadzabmu..!
– semoga Allah membinasakanmu..!
– semoga Allah membuat hitam wajahmu..!
– semoga Allah tidak membimbingmu dunia, akhirat..!

Ini semua adalah ucapan yang haram..!!!

Sabarlah engkau dan tenangkanlah dirimu (ketika marah) lalu kemudian do’akanlah keluargamu dengan kebaikan..”

(Fatawa Liqooil Baabil Maftuh – 187)

➖➖➖➖➖➖
➖➖➖➖➖➖
Catatan :

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Janganlah kalian mendo’akan keburukan untuk diri kalian, dan juga untuk anak-anak kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah Subhanahu wa Ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan do’a kalian tersebut..”

(HR. Muslim)

Contoh do’a kebaikan itu seperti :

– semoga Allah memberimu hidayah
– semoga Allah memperbaiki keadaan-mu
– semoga Allah menjadikanmu istri yang sholehah
– semoga Allah membimbingmu dunia dan akherat
– dan do’a lainnya yang semisal

=========
#الفوآئــد_العلميّـة 🔰

📌قالـ الإمام ابن عثيمين رحمه الله:

عود لسانك إذا أغضبك أولادك أو أهلك أن تدعو لهم بالخير ..

🚫 بعـض الناس يقـول :
الله يأخذك الله يدمرك الله يسود وجهك الله لا يوفقك لا في الدنيا ولا في الآخرة !!
👈 وهذا حرام ؛ اصبر وطن نفسك وادع لأهلك بالخير

📓【فتاوى لقاء الباب المفتوح【187】

Berbaik Sangka Kepada Allah

Imam Mujahid bin Jabr rohimahullahu ta’ala berkata,

يُؤْمَرُ بِالعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى النَّارِ ، فَيَقُوْلُ : مَا كَانَ هَذَا ظَنِّيْ ، فَيَقُولُ : مَا كَانَ ظَنُّكَ؟ فَيَقُولُ : أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ، فَيَقُولُ : خلوا سَبِيْلَهُ

Seorang hamba diperintahkan untuk ke neraka pada Hari Kiamat. Lalu hamba itu berkata, ‘Aku tidak pernah menyangka yang seperti ini..’

Allah bertanya, ‘Lalu apa yang engkau sangka..?’

Hamba itu menjawab, ‘Engkau mengampuni dosaku..’

Allah berfirman, ‘Beri dia jalan (ke surga)..’

(Mukhtashor Minhajul Qoshidin hlm. 278)

Orang Beriman Pasti Diuji

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

الٓمٓ ١ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣

“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan untuk mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi..?! Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta..” (al-Ankabut: 1—3)

Saad bin Abi Waqqash rodhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam,

يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً؟

“Wahai Rosulullah, siapakah orang yang paling berat ujiannya..?”

قَالَ: اْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Beliau menjawab, “Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya.

Seseorang diuji sesuai dengan kadar keimanannya, kalau kuat imannya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah imannya maka diuji sesuai dengan kadar imannya.

Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa..”

(HR. at-Tirmidzi no. 2398, dinilai shohih oleh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 143)

Perkara Yang Bisa Menyelamatkan Sebuah Keluarga

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahullah berkata,

ﻓﻜﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﺃﻛﺜﺮ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻟﻠﻘﺮﺁﻥ، ﻭﺃﻛﺜﺮ ﻣﺬﺍﻛﺮﺓ ﻟﻸﺣﺎﺩﻳﺚ، ﻭﺃﻛﺜﺮ ﺫﻛﺮﺍً ﻟﻠﻪ ﻭﺗﺴﺒﻴﺤﺎً ﻭﺗﻬﻠﻴﻼً، ﻛﺎﻥ ﺃﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻭﺃﺑﻌﺪ ﻣﻨﻬﺎ .

ﻭﻛﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻣﻤﻠﻮﺀًﺍ ﺑﺎﻟﻐﻔﻠﺔ، ﻭﺃﺳﺒﺎﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﻏﺎﻧﻲ ﻭﺍﻟﻤﻼﻫﻲ ﻭﺍﻟﻘﻴﻞ ﻭﺍﻟﻘﺎﻝ ، ﻛﺎﻥ ﺃﻗﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﺍﻟﻤﺸﺠﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ .

Jika sebuah keluarga semakin :
– memperbanyak membaca Al-Qur’an,
– mempelajari hadits Nabi, dan
– berdzikir kepada Allah dengan tasbih dan tahlil

Maka mereka akan semakin selamat dan jauh dari gangguan setan.

Sebaliknya, jika sebuah rumah penuh dengan hal-hal yang melalaikan dan penyebabnya, seperti :
– nyanyian (musik),
– permainan, dan
– pembicaraan yang sia-sia

Maka rumah tersebut semakin dekat dengan setan yang mengajak kepada kebatilan.

(Al-Fawaid Al-Ilmiyah Min Ad-Durus Al-Baziyah, 1/142)

Diantara Penyebab Allah Turunkan Suatu Musibah Pada Diri Seorang Hamba

Rosulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى

“Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan untuknya derajat (yang tinggi) namun amalnya tidak mencapainya, maka Allah akan timpakan padanya musibah pada :
– dirinya,
– hartanya atau
– pada anaknya,
kemudian Allah jadikan dia bisa bersabar atas musibah tersebut sehingga dengan sebab tersebut Allah sampaikan ia pada derajat yang telah Allah tetapkan untuknya..”

(HR. Abu Daud no. 2686)

Musibah bukan hanya untuk menggugurkan dosa..
Tidak juga selamanya menunjukkan pelakunya banyak dosa..

Namun terkadang karena amalnya yang kurang..
Sementara Allah telah menentukan derajat yang tinggi untuknya..
Maka Allah pun terus mengujinya hingga sampai kepada derajat tersebut..

Maka pujilah Allah saat ditimpa musibah..
Karena Dia tidak pernah menzalimi hamba-Nya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Hukum Ucapan ‘Semoga Allah Memanjangkan Umurmu..’

Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahullahu ta’ala

PERTANYAAN

ما حكم قول: “أطال الله بقاءك”، “طال عمرك”؟

Apa hukum ucapan, ‘semoga Allah memanjangkan hidupmu (di dunia)..’ atau, ‘semoga Allah memanjangkan umurmu..’

JAWABAN

لا ينبغي أن يطلق القول بطول البقاء، لأن طول البقاء قد يكون خيرا، وقد يكون شرا، فإن شر الناس من طال عمره وساء عمله

Tidak sepantasnya seseorang mengatakan (mendo’akan) panjangnya hidup secara mutlak. Sebab, panjang umur bisa jadi baik, bisa jadi pula buruk. Manusia yang terburuk ialah yang usianya panjang, tetapi amalannya buruk.

وعلى هذا فلو قال: أطال الله بقاءك على طاعته ونحوه، فلا بأس بذلك

Berdasarkan hal tersebut, jika seseorang menyatakan, ‘semoga Allah memanjangkan hidupmu di atas ketaatan kepada-Nya..’ atau yang semisal itu, maka ini tidak mengapa.

(Majmu’ Fatawa wa Rosail al-Utsaimin 3/71)

====
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, ‘wahai Rosulullah, siapakah manusia yang terbaik..?’

Beliau menjawab, ‘orang yang panjang umurnya dan baik amalnya..’

Dia bertanya lagi, ‘lalu siapakah orang yang terburuk..?’

Beliau menjawab, ‘orang yang berumur panjang dan buruk amalnya..’

(HR. Ahmad, At Tirmidzi dan al-Hakim. Dishohihkan oleh al-Albani rohimahullah dalam Shohîh at-Targhiib wat Tarhiib, 3/313, no. 3363)

Keutamaan Tersenyum Ketika Bertemu Dengan Seorang Muslim

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda ,

” تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ “

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah bernilai sedekah bagimu..”

(HR. At Tirmidzi no. 1956 – dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 572)

● Imam Ibnu Batthol rohimahullahu ta’ala berkata,

Sesungguhnya berjumpa dengan saudaramu yang beriman dengan wajah yang ceria lagi tersenyum, ini merupakan salah satu dari akhlaknya Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam.

Dan ini juga menghilangkan sifat sombong dihati dan dapat menumbuhkan sifat kasih sayang.

(Syarah Shohih Bukhari 5/193)

Akibat Dari Berlebihan (Ghuluw) Dalam Mencintai Orang Sholeh

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya),

Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr..” (Qs. Nuh: 23).

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata dalam menafsirkan ayat yang mulia ini,

“Ini adalah nama-nama orang sholeh dari kaum Nabi Nuh. Tatkala mereka meninggal, syaitan membisikkan kepada kaum mereka, ‘Dirikanlah patung-patung mereka pada tempat yang pernah diadakan pertemuan di sana, dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka..’

Orang-orang itu pun melaksanakan bisikan syaitan tersebut, tetapi ketika itu patung-patung mereka belum disembah.

Hingga orang-orang yang mendirikan patung itu meninggal dan ilmu agama dilupakan orang, barulah patung-patung tadi disembah..”

(HR. Al Bukhari 5/382 no.4920)

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Manakah Yang Lebih Dahulu Ada Di Bumi Ini..? Tauhid Atau Syirik..?

Allah Ta’ala berfirman,

كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةًۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ (٢١٣)

Manusia itu (dahulunya) satu ummat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(Qs Al-Baqarah ayat 213)

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Jarak antara Nuh dan Adam adalah 10 generasi. Semuanya di atas syariat yang benar. Lalu setelah itu mereka berselisih. Maka Allah pun mengutus para Rosul..”

(Tafsir Ibnu Katsier)

Jadi syirik itu muncul jauh setelah zaman Nabi Adam ‘alayhissalaam 10 generasi. Lalu muncullah kesyirikan.

Maka Allah mengutus para Rosul, dan Nabi Nuh ‘alayhissalaam adalah Rosul yang pertama diutus.

Jadi tauhid adalah agama asli di bumi ini..

Sedangkan syirik itu import dari iblis dan para pengikutnya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menebar Cahaya Sunnah