Ust. Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعالى
Alhamdulillah, wa sholatu wa salamu ala’ Rosulillah, wa ba’du;
Manusia berharkat dan bermartabat jika ia mampu menjaga hati dan lisan, karena hati diibaratkan sebagai pengembala terhadap anggota badan lainnya yang diibaratkan sebagai peliharaan yang harus dijaga, jika ia baik maka seluruh gembalaan nya akan baik.
Demikian lisan, jika hati dan lisan nya baik, ia akan menjadi manusia yang paling baik, dan sebaliknya jika hati dan lisan-nya buruk maka menjadilah ia manusia yang paling buruk dan keji.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari ditanya, siapakah manusia yang paling baik? Maka bersabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Manusia yang paling baik adalah manusia yang berhati bersih dan lisan yang jujur.”
Kemudian ditanya, bagaimana hati yang bersih itu? Maka dijawab, “Yaitu hati yang bertakwa lagi suci, yang tidak melakukan dosa, kedengkian dan hasad.” (HR Ibnu Majah dan Baihaki, shohih Ja’mik no 3291).
Dikisahkan dari Ko’lid Ar-Rabi’iy, “Lukman dahulu adalah seorang hamba sahaya dari habasyah, tatkala majikannya memerintahkan agar menyembelih se-ekor domba maka ia pun menyembelihnya, maka majikannya meminta agar menyuguhkan dua bagian yang paling istimewa dari daging domba tersebut, maka diberikanlah hati dan lisan dari domba tersebut, dan dalam beberapa waktu yang cukup lama majikannya memerintahkan lagi untuk menyembelih se-ekor domba, dan meminta agar menyisihkan bagian dari sembelihannya bagian yang paling buruk yang tidak pantas untuk dimakan, maka ia pun menyisihkan hati dan lisan dari sembelihan tersebut, maka majikan bertanya, “Dahulu aku perintahkan agar memberikan bagian dari hewan sembelihan yang paling baik maka engkau memberikan hati dan lisannya, sekarang aku perintahkan agar menyisihkan bagian yang paling tidak layak maka engkau menyisihkan hati dan lisan, bagaimana dengan ini?”
Maka Lukman berkata, “Sesungguhnya tiada bagian yang paling baik dari tubuhnya melainkan keduanya (hati dan lisan) jika ia baik, dan tiada bagian yang paling buruk melainkan keduanya-hati dan lisan – jika ia buruk.” (Tafsir At-Tobary 21/ 67_68).
Sesungguhnya bahagia dan sengsaranya seorang hamba dlm masa kehidupan dan setelah kematiannya, terletak pada hati manusia, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Ketahuilah, didalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika baik maka seluruh badannya baik, dan jika ia buruk, maka seluruh tubuhnya buruk, ketahuilah ia adalah hati.” (HR Bukhary dan Muslim).
Hati merupakan pusat kendali bagi amal, karena disana tersimpan niyat manusia, jika niatnya tidak baik, niscaya Allah tidak akan menerima amalnya. Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal manusia bersandar kepada niatnya, dan seseorang akan mendapat sesuai yang ia niatkan.” (HR Bukhary dan Muslim).
Hati merupakan pusat pandangan Allah terhadap para hamba Nya, Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tid*k melihat pada tampang rupa dan harta kalian, akan tetapi melihat pada hati dan amal kalian.” (HR Muslim).
Hati merupakan sarang besemayamnya ketakwaan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya takwa berada disini,” sambil memberikan isyarat kedadanya tiga kali. (HR Muslim).
Hati yang bersih adalah takwa, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hati yang bening adalah yang bertakwa lagi bersih yang tidak menyimpan dosa, dengki, iri, kedhaliman dan hasad.” (HR Baihaki dan Ibnu Majjah)