Syukron

Ustadz Aan Chandra Thalib حفظه الله تعالى

Syukron atau terima kasih adalah ungkapan verbal yang ringan dan mudah diucapkan. Hanya saja sedikit yang menyadari urgensi dan nilai-nilai yang ada dibalik ungkapan ini. Arogansi dan keangkuhan seringkali menjadi biang utama keengganan seseorang untuk mengucapkan terima kasih pada orang yang berbuat baik kepadanya.

Memang…, orang-orang yang ikhlas tidak akan pernah gila dengan ucapan terima kasih. Namun kita yang menikmati karunia Allah dan ketulusan orang lain itulah yang memerlukan terima kasih sebagai ungkapan syukur kepada Allah serta pembalasan minimal yang patut bagi mereka yang pernah berjasa dalam kehidupan kita.

Kita harus sadar, bahwa dalam setiap transaksi sosial selalu ada keringat orang lain yang menyertai keberhasilan dan kesuksesan kita. Maka ucapan terima kasih kita pada hakikatnya adalah pendefinisin diri, pengakuan, kesadaran, dan keberanian menepis egoisme serta keangkuhan diri. Bahkan dia menjadi ukuran apakah kita telah memberikan harga yang pantas bagi diri kita sendiri.

Di dalam kitab Al Kabaa’ir Imam Adz Dzahabi –rahimahullah- menuturkan,

“Mengkufuri nikmat/kebaikan (enggan berterimakasih-pent) kepada orang yang berbuat baik (kepada kita) adalah dosa besar.

Allah ta’ala berfirman:

“Hendaknya kalian bersyukur pada-Ku dan pada kedua orang tua” (Luqman:41)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ

“Tidak bersyukur kepada Allah siapa saja yang tidak berterimakasih kepada manusia (yang berbuat baik padamu, pent)”. (HR Abu Daud, dan At Tirmidzi)

Para Ulama Salaf sepakat bahwa kufur nikmat adalah dosa besar. Adapun cara bersyukur (berterimkasih, ed) adalah membalas kebaikan tersebut dengan mendoakan sang pemberi.
Diantara doa yang diajarkan Nabi tercinta dalam rangka membalas kebaikan orang lain adalah ucapan: JAZAKALLAHU KHAIRAN.

Beliau bersabda:

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Barangsiapa yang diberi suatu kebaikan, kemudian mengatakan kepada pemberi kebaikan tersebut, ‘Jazakallahu khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu)’ Sungguh yang demikan itu telah menunjukkan kesungguhannya dalam pujian (terimakasih).” (HR. At Tirmidzi)

Makna doa tersebut adalah,

“semoga Allah membalas kebaikanmu dengan yang lebih baik”.

Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebut doa ini sebagai sebaik-baik pujian. Karena yang diminta untuk membalas adalah Allah. Tuhan yang selalu memberi lebih dari apa apa yang dikerjakan hamba-Nya.

Membalas kebaikan juga bisa dengan pemberian yang serupa.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوْفًا فَكَافِئُوْهُ

“Barangsiapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah dengan setimpal.” (HR. Ahmad)

Jika tak mampu membalas dengan balasan setimpal, maka doakanlah ia. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

Dan barangsiapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan kebaikan yang setimpal. Dan jika kalian tidak mendapati sesuatu untuk membalas kebaikannya maka berdo’alah untuknya sampai kalian merasa telah membalas kebaikannya.” (HR. Ahmad)

Semoga Allah Subhaanahu wa ta”ala memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang bersyukur.

View

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.