Kunci Rezeki

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

“Kunci rezeki adalah usaha yang disertai dengan istighfar dan takwa..”

(Haadil Arwah hal. 69)

Kunci rezeki itu bukan dengan mendatangi dukun atau memakai rajah dan kesyirikan lainnya..
Namun dengan apa yang sesuai dengan syariat Allah Ta’ala..

Berusaha sambil bertawakal..
Memperbanyak istighfar dan menjauhi cara yang tidak halal..

Disertai sedekah dan membantu orang orang susah..
Karena Allah senantiasa membantu seorang hamba selama ia selalu membantu saudaranya..

๐Ÿ“
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰

Ciri Ciri Ahlus Sunnah

Imam Al-Barbahari rohimahullah (w. 329 H) di dalam kitabnya As-Sunnah mengatakan,

ุฅุฐุง ุฑุฃูŠุช ุงู„ุฑุฌู„ ูŠุฏุนูˆ ุนู„ู‰ ุงู„ุณู„ุทุงู† ูุงุนู„ู… ุฃู†ู‡ ุตุงุญุจ ู‡ูˆู‰
ูˆุฅุฐุง ุณู…ุนุช ุงู„ุฑุฌู„ ูŠุฏุนูˆ ู„ู„ุณู„ุทุงู† ุจุงู„ุตู„ุงุญ ูุงุนู„ู… ุฃู†ู‡ ุตุงุญุจ ุณู†ุฉ. ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡

Apabila kalian melihat seseorang mendo’akan kejelekan terhadap pemerintah, ketahuilah bahwa dia adalah pengikut hawa nafsu.

Apabila kalian mendengar seseorang mendo’akan kebaikan untuk pemerintah, ketahuilah bahwa dia adalah pengikut As-Sunnah, insyaa Allah.

(Mu’amalatu Al-Hukkam hlm. 10)

Akibat Lemahnya Iman

Ibnul Jauzi rohimahullah berkata,

ูƒุงู† ุงู„ุณู„ู ูŠูƒุฑู‡ูˆู† ุงู„ุดูƒูˆู‰ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฎู„ู‚ุŒ ูˆุงู„ุดูƒูˆู‰ ูˆุฅู† ูƒุงู† ููŠู‡ุง ุฑุงุญุฉ ุฅู„ุง ุฃู†ู‡ุง ุชุฏู„ ุนู„ู‰ ุถุนู ูˆุฐู„ ูˆุงู„ุตุจุฑ ุนู†ู‡ุง ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ู‚ูˆุฉ ูˆุนุฒ.

“Salaf terdahulu tidak menyukai mengadu kepada makhluk. Mengadu kepada makhluk, walaupun terasa lega, namun itu menunjukkan kepada kelemahan dan kehinaan. Sedangkan bersabar untuk tidak mengadu kepada makhluk menunjukkan kepada kekuatan dan keperkasaan..”

(Ats Tsabaat ‘Iendal Mamaat, 55)

Sebagian orang ada yang apabila curhat kepada makhluk hatinya terasa lega..

Tapi ketika hanya curhat kepada Allah, hatinya tidak merasa lega..
Seakan Allah tidak dapat memberi manfaat apa apa..
Akibat lemahnya keyakinan dan berburuk sangka kepada sang Pencipta..

๐Ÿ“
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰

Seorang Hamba Senantiasa Berada Diantara Dua Perkara

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah mengatakan,

ูุงู„ุนุจุฏ ุฏุงุฆู…ุง ุจูŠู† ู†ุนู…ุฉ ู…ู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุญุชุงุฌ ููŠู‡ุง ุฅู„ู‰ ุดูƒุฑุŒ ูˆ ุฐู†ุจ ู…ู†ู‡ ูŠุฌุชุงุฌ ููŠู‡ ุฅู„ู‰ ุงุณุชุบูุงุฑุŒ ูˆ ูƒู„ ู…ู† ู‡ุฐูŠู† ู…ู† ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ุงู„ู„ุงุฒู…ุฉ ู„ู„ุนุจุฏ ุฏุงุฆู…ุงุŒ ูุฅู†ู‡ ู„ุง ูŠุฒุงู„ ูŠุชู‚ู„ุจ ููŠ ุฃู†ุนู… ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุขู„ุงุฆู‡ุŒ ูˆ ู„ุง ูŠุฒุงู„ ู…ุญุชุงุฌุง ุฅู„ู‰ ุงู„ุชูˆุจุฉ ูˆ ุงู„ุฅุณุชุบูุงุฑ.

Seorang hamba senantiasa berada di antara dua perkara :

1. Kenikmatan dari Allah yang harus terus dia syukuri.

2. Dosa yang harus senantiasa diiringi dengan permohonan ampun.

Kedua hal ini senantiasa menyertai seorang hamba.

Keadaannya terus berputar, berada dalam gelimang nikmat dan karunia-Nya. Akan tetapi, dia juga senantiasa butuh untuk bertaubat dan memohon ampunan.

(At-Tuhfah al-Iraqiyyah Fi al-A’mal al-Qolbiyyah – 457)

Tiga Bentuk Zuhud

Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullah mengatakan,

ุงู„ุฒู‡ุฏ ุนู„ู‰ ุซู„ุงุซุฉ ุฃูˆุฌู‡:
ุงู„ุงูˆู„: ุชุฑูƒ ุงู„ุญุฑุงู…. ูˆู‡ูˆ ุฒู‡ุฏ ุงู„ุนูˆุงู…
ุงู„ุซุงู†ูŠ: ุชุฑูƒ ุงู„ูุถูˆู„ ู…ู† ุงู„ุญู„ุงู„. ูˆู‡ูˆ ุฒู‡ุฏ ุงู„ุฎูˆุงุต
ุงู„ุซุงู„ุซ: ุชุฑูƒ ู…ุง ูŠุดุบู„ู‡ ุนู† ุงู„ู„ู‡. ูˆู‡ูˆ ุฒู‡ุฏ ุงู„ุนุงุฑููŠู†

Zuhud memiliki tiga bentuk :

1. Meninggalkan perkara yang haram. Ini adalah zuhudnya orang awam.

2. Meninggalkan sikap berlebihan dalam perkara yang halal. Ini adalah zuhudnya hamba pilihan.

3. Meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan diri dari Allah ‘Azza wa Jalla. Ini adalah zuhudnya hamba yang benar-benar mengenal Allah.

(Madaarijus Saalikiin – 2/14)

Takutlah Terhadap Peringatan Allah

Allah Ta’ala berfirman,

ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูุฑู’ุณูู„ู ุจูุงู„ู’ุขูŠูŽุงุชู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุชูŽุฎู’ูˆููŠูู‹ุง.

“Dan tidaklah Kami mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami itu kecuali untuk menakut-nakuti mereka (agar mereka segera bertobat)..” (Qs al-Isra [17]: 59)

Imam Qotadah rohimahullah mengatakan,

ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุฎูˆู ุงู„ู†ุงุณ ุจู…ุง ูŠุดุงุก ู…ู† ุขูŠุงุชู‡ ู„ุนู„ู‡ู… ูŠุนุชุจุฑูˆู† ูˆูŠุฐูƒุฑูˆู† ูˆูŠุฑุฌุนูˆู†ุŒ ุฐูƒุฑ ู„ู†ุง ุฃู† ุงู„ูƒูˆูุฉ ุฑุฌูุช ุนู„ู‰ ุนู‡ุฏ ุงุจู† ู…ุณุนูˆุฏ ูู‚ุงู„: ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ุฅู† ุฑุจูƒู… ูŠุณุชุนุชุจูƒู… ูุฃุนุชุจูˆู‡.

Sesungguhnya Allah menakut-nakuti umat manusia dengan apa pun yang Ia kehendaki dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Agar mereka mengambil pelajaran, sadar, dan kemudian kembali bertaubat kepada-Nya.

Telah diceritakan kepada kami bahwa terjadi gempa di Kufah pada masa sahabat Abdullah bin Mas’ud. Beliau pun berujar, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Robb kalian tengah berharap kalian mengambil pelajaran dari teguran-Nya, maka ambillah pelajaran darinya (dengan kembali bertaubat kepada-Nya)..’

(Tafsir Ibnu Katsir QS al-Isra ayat 59)

Bahaya Bagi Orang Yang Tidak Bertaubat

Ibnu Rojab al-Hanbali rohimahullahu ta’ala mengatakan,

ูู…ู† ุฃุตุจุญ ุฃูˆ ุฃู…ุณู‰ ุนู„ู‰ ุบูŠุฑ ุชูˆุจุฉ ูู‡ูˆ ุนู„ู‰ ุฎุทุฑ ุ› ู„ุฃู†ู‡ ูŠุฎุดู‰ ุฃู† ูŠู„ู‚ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุบูŠุฑ ุชุงุฆุจ ุŒ ููŠุญุดุฑ ููŠ ุฒู…ุฑุฉ ุงู„ุธุงู„ู…ูŠู†.

Barangsiapa yang di pagi hari atau sore hari tidak bertaubat kepada Allah, maka ia dalam bahaya, karena ia dikawatirkan akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak bertaubat. Ia pun akan dikumpulkan dengan kelompok orang-orang yang zholim.

(Lathoiful Ma’arif, jilid 1, hlm. 344)

Tata Cara Sholat Istikhoroh

Simak penjelasan Ustadz Mizan Qudsiyah MA, ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ berikut ini :


TATA CARA SHALAT ISTIKHOROH

1. Istikhoroh dilakukan ketika seseorang bertekad untuk melakukan satu hal tertentu, bukan sebatas lintasan batin. Kemudian dia pasrahkan kepada Allah.

2. Bersuci, baik wudhu atau tayammum.

3. Melaksanakan sholat dua roka’at. Sholat sunnah dua roka’at ini bebas, tidak harus sholat khusus. Bisa juga berupa sholat rawatib, sholat tahiyatul masjid, sholat dhuha, dll, yang penting dua roka’at.

4. Tidak ada bacaan surat khusus ketika sholat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.

5. Berdo’a (dengan do’a diatas) setelah salam dan dianjurkan mengangkat tangan. Misalnya: bekerja di perusahaan A atau menikah dengan B atau berangkat ke kota C, dst.

6. Melakukan apa yang menjadi tekadnya. Jika menjumpai halangan, berarti itu isyarat bahwa Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada anda.

7. Apapun hasil akhir setelah istikhoroh, itulahย yang terbaikย bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Karena itu, kita harus berusaha ridho dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita. Nabi shollallahu โ€˜alaihi wa sallam mengajarkan dalam do’a di atas, dengan menyatakan, [ ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽุฑู’ุถูู†ูู‰] โ€œkemudian jadikanlah aku ridho dengannya..โ€ maksudnya adalah ridho dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku.

Allaahu aโ€™lam

ref : konsultasisyariah.com

ARTIKEL TERKAIT
KESALAH PAHAMAN YANG TERJADI DI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN SHOLAT ISTIKHOROH

Memperbanyak Saksi Di Hari Kiamat

Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rohimahullah berkata,

ุฅู†ู‘ูŽ ููŠ ุฏูˆุงู… ุงู„ุฐูู‘ูƒุฑ ููŠ ุงู„ุทุฑูŠู‚ ุŒ ูˆุงู„ุจูŠุช ุŒ ูˆุงู„ุญุถุฑ ุŒ ูˆุงู„ุณูุฑ ุŒ ูˆุงู„ุจู‚ุงุน :
ุชูƒุซูŠุฑู‹ุง ู„ุดู‡ูˆุฏ ุงู„ุนุจุฏ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ุ› ูุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ุจู‚ุนุฉ ูˆุงู„ุฏุงุฑ ุŒ ูˆุงู„ุฌุจู„ ูˆุงู„ุฃุฑุถ : ุชุดู‡ุฏ ู„ู„ุฐุงูƒุฑ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ” ูŠูˆู…ุฆุฐ ุชุญุฏุซ ุฃุฎุจุงุฑู‡ุง “

Sesungguhnya dalam keterbiasaan seseorang berdzikir :
– di jalan,
– di rumah,
– di saat mukim dan safar
adalah upaya untuk memperbanyak saksi bagi seorang hamba di hari kiamat kelak.

Sebab suatu tempat, hamparan tanah, gunungย  juga bumi, mereka akan bersaksi terhadap orang-orang yang selalu dzikir mengingat Allah, “yaitu pada hari dimana bumi menyampaikan beritanya..”

(Alwabilush Shoyyib, hlm. 81)

Teman Yang Paling Buruk

Abu Ja’far Muhammad bin Ali rohimahullah pernah berkata,

ุจูุฆู’ุณูŽ ุงู„ุฃูŽุฎ ุฃูŽุฎูŒ ูŠูŽุฑู’ุนูŽุงูƒูŽ ุบูŽู†ููŠู‘ู‹ุง ูˆูŽ ูŠูŽู‚ู’ุทูŽุนููƒูŽ ููŽู‚ููŠู’ุฑู‹ุง

Saudara yang paling buruk adalah orang yang sangat memperhatikanmu saat engkau kaya, tetapi ia justru menjauhimu saat engkau miskin.

(Shifatush Shofwah – Imam Ibnul Jauzi, hlm. 263)

Menebar Cahaya Sunnah