Dalil Dan Tata Cara Sholat Sunnah Taubat

Simak penjelasan Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى berikut ini :

Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ لَهُ

“Apabila ada orang yang melakukan suatu perbuatan dosa, kemudian dia berwudhu dengan sempurna, lalu dia mendirikan shalat dua roka’at, dan selanjutnya dia beristigfar memohon ampun kepada Allah, maka Allah pasti mengampuninya..”

(HR. Ahmad 48, Abu Dawud 1523, At Tirmidzi 408, dan dishohihkan al-Albani)

TATA CARA SHOLAT SUNNAH TAUBAT

1. Berwudhu dengan sempurna (sesuai sunnah). Mengenai cara wudhu yang sesuai sunah, bisa anda pelajari di : http://carasholat.com/cara-wudhu-yang-benar-menggunakan-keran/

2. Sholat dua roka’at, tata caranya sama dengan sholat pada umumnya.

3. Tidak ada bacaan khusus ketika sholat. Anda bisa membaca al-Fatihah kemudian membaca surat apapun yang anda hafal.

4. Berusaha khusyuk dalam sholatnya, karena teringat dengan dosa yang baru saja dia lakukan.

5. Ber-istighfar dan memohon ampun kepada Allah setelah sholat. Tidak ada bacaan istighfar khusus untuk sholat taubat. Bacaan istighfarnya sama dengan bacaan istighfar lainnya, misalnya membaca (klik dan lihat poster di bawah) :
– Sayyidul Istighfar
– Astaghfirullah al ‘azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilayhi
– Astaghfirullah wa atuubu ilayhi
– Do’a istighfar Nabi Ibrohiim ‘alayhissalaam (Qs Ibrohiim ayat 41)

6. Inti dari sholat taubat adalah memohon ampun kepada Allah, dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dia lakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

📝
Ustadz Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى

Keadaan Salaf Setelah Ashar Pada Hari Jum’at

Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiallahu ‘anhumaa, beliau mengatakan,

وَرَوَى سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: السَّاعَةُ الَّتِي تُذْكَرُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ: مَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ. وَكَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ لَمْ يُكَلِّمْ أَحَدًا حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ

Waktu yang disebutkan (tentang dikabulkannya do’a) pada hari Jum’at ialah antara sholat Ashar hingga matahari terbenam.

Dahulu, apabila Said bin Jubair selesai mengerjakan sholat Ashar (pada hari Jum’at), beliau tidak berbicara dengan seorang pun hingga matahari terbenam.

(Zaadul Ma’aad – 1/382)

Pengikat Nikmat

Ibnu Rojab al-Hanbali rohimahullah berkata,

مَنْ كثُرتْ عليهِ النِّعم فليُقيدها بالشكر، وإلا ذهبتْ.

Barangsiapa yang memiliki banyak nikmat, maka hendaknya ia mengikat nikmat tersebut dengan bersyukur (kepada Allah).

Kalau tidak, nikmat tersebut akan pergi.

(Majmu’ Rosail Ibnu Rojab – 1/379)

Bahayanya Percaya Terhadap Suatu Berita Fitnah

Imam Asy Syafi’i rohimahullah berkata,

قَبُولُ السَّعَايَةِ شَرٌّ مِنَ السَّعَايَةِ لأَنَّ السَعَايَةَ دَلَالَةٌ وَالْقَبُولُ إِجَازَةُ وَلَيْسَ مَنْ دَلَّ عَلَى شَيْءٍ كَمَنْ قَبِلَ وَأَجَازَ

Percaya (terhadap suatu berita) fitnah lebih buruk daripada memfitnah itu sendiri.

Fitnah itu sifatnya menuduh, sedangkan percaya berarti membenarkan. Orang yang menuduh sesuatu, tentu berbeda dengan orang yang menerima dan membenarkannya.

(Shofwah ash-Shofwah – 2/168)

Penyebab Rusaknya Hati

Imam al-Hasan al-Bashri rohimahullahu ta’ala berkata,

فساد القلوب متولد من ستة أشياء، أولها:
يذنبون برجاء التوبة، ويتعلمون العلم ولا يعملون به، وإذا عملوا لا يخلصون، ويأكلون رزق الله ولا يشكرون، ولا يرضون بقسمة الله، ويدفنون موتاهم ولا يعتبرون.

Rusaknya hati lahir dari enam perkara :

1. melakukan dosa dengan harapan ada kesempatan taubat untuknya,

2. mempelajari ilmu agama, tetapi tidak diamalkan

3. dan kalaupun mereka mengamalkannya (ilmu agama tsb), tidak didasari dengan keikhlasan,

4. mereka menikmati rezeki dari Allah, tetapi tidak bersyukur dengannya,

5. mereka tidak ridho dengan pembagian rezeki yang Allah berikan,

6. mereka menguburkan orang yang telah wafat, tetapi mereka tidak mengambil pelajaran darinya.

(Iqozhu Ulil Himam – 1/96)

Tentang Kebiasaan Berkisah

Al Harits bin Mu’awiyah Al Kindi berkata kepada Umar bin Khotthob, rodhiyallahu ‘anhu,

‘aku ingin bertanya kepadamu tentang hukum berkisah, karena mereka menginginkan aku berkisah..’

Umar berkata, ‘terserah kamu..’ seakan beliau tidak ingin melarangnya.

Al Harits berkata, ‘aku hanya ingin melaksanakan pendapatmu..’

Umar berkata, ‘aku kawatir jika kamu menjadi tukang cerita, kamu akan merasa dirimu tinggi di atas mereka. Kemudian kamu terus bercerita dan kamupun semakin merasa tinggi sehingga dikhayalkan kepadamu bahwa kamu di atas mereka bagaikan bintang di langit. Maka Allahpun merendahkan kamu di bawah kaki mereka pada hari kiamat sesuai dengan perasaanmu..’

(Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya no 111 tahqiq Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Karena manusia menyukai cerita..
Dan majelisnya lebih ramai dari majelis ilmu dan fiqih..
Sehingga saat melihat ramainya majelis, membuat hati merasa tinggi..
Itulah yang dikhawatirkan oleh Umar..
Maka saat majelis kita ramai dihadiri orang orang..
Saat itulah hati diuji keikhlasannya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Harus Sesuai Sunnah Rosulullah Shollallahu ‘Alayhi Wasallam

Sa’id bin Jubair rohimahullah memberikan nasihat,

“لا يقبل قول إلا بعمل، ولا يقبل قول وعمل إلا بنية، ولا يقبل قول وعمل ونية إلا بموافقة السنة.”

– Sebuah ucapan tidak akan diterima kecuali disertai dengan amalan.

– Ucapan dan amalan juga tidak akan diterima kecuali dengan niat yang benar.

– Sementara itu, ucapan, amalan, dan niat tidak akan diterima kecuali apabila sesuai dengan sunnah (tuntunan Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam).

(Al-Amru bil Ma’ruf, hlm. 78)

Bahayanya Sifat Ambisius Terhadap Jabatan Dan Kepemimpinan

Imam Fudhail bin ‘Iyadh rohimahullahu ta’ala berkata,

Tidak ada seorangpun yang berambisi terhadap kepemimpinan kecuali :

1. Dia akan mendengki
2. Dia akan melampaui batas/berbuat zholim kepada manusia
3. Dia akan menjadi sibuk dengan mencari aib orang lain
4. Dan dia tidak suka kebaikan orang lain disebutkan dihadapannya

(Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih – 1/569)

===

❒ قَال الإمام فُضَيْلُ بْنُ عِيَاض – رحمه الله تعالى –

” ما منْ أحَدٍ أَحبَّ الرِّئَاسَةَ إِلَّا حسدَ وبغَى وَتَتَبَّعَ عُيُوبَ النَّاس وَكَرِهَ أَنْ يُذْكَرَ أَحَدٌ بِخَيْرٍ ! ” اﻫـ .

• انظر : (جامع بيان العلم وفضله) (٥٦٩/١) .

Orang Yang Terbaik

Dari Abdullah bin Amr rodhiyallahu ‘anhu berkata,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيْ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: كُلُّ مَخمومُ الْقلب صَدُوق اللِّسَان. قَالُوا: صدوق اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: هُوَ النَّقِيُّ التَّقِيُّ لَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ

‘Kami mengatakan, ‘Wahai Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam, siapakah orang yang terbaik..?’

Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam menjawab, ‘Orang yang memiliki hati yang makhmum dan lisan yang jujur..’

Mereka berkata, ‘Kami telah tahu lisan yang jujur .. lalu apa itu hati yang makhmum..?’

Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam menjawab, ‘Hati yang bertakwa lagi bersih, tiada dosa dan hasad padanya..’

(HR. al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 6180, dan dinilai shohih oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shohiihah, no. 948)

Pentingnya Memperhatikan Kebaikan Hati

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rohimahullah mengatakan,

‏يجب على الإنسان أن يعتني بصلاح قلبه قبل صلاح جسمه لأن صلاح الجسم واجهة أمام الخلق لكن صلاح القلب هو الذي يكون بين الإنسان وبين ربه عز وجل.

Seseorang wajib memperhatikan kebaikan hatinya sebelum memperhatikan kebaikan badannya.

Sebab, kebaikan badan akan terlihat di hadapan orang lain. Akan tetapi, kebaikan hati itulah yang berada diantara seseorang dan Robbnya ‘azza wa jalla.

(Tafsir Surah Az-Zumar hlm. 74)

Menebar Cahaya Sunnah