Pesan Prof. DR. Abdurrahman As-Sudais, Hafidzahullah, Kepada Penuntut Ilmu

Ustadz Aan Chandra Thalib حفظه الله تعالى

Disela-sela kunjungannya ke Universitas Islam Madinah Syaikh sempat memberikan ceramah singkat dihadapan Mahasiswa UIM. Berikut petikan ceramah beliau:

“Sudah selayaknya bagi penuntut ilmu untuk berakhlak dengan akhlak yang baik, dan berusaha agar pengaruh ilmu nampak dalam perilaku dan interaksinya dengan semua manusia..

(Allah mensifati nabi-Nya): “Sesungguhnya engakau (Muhammad) berada diatas akhlak yang agung)”.

لا تحسـبنَّ العـلمَ ينفـعُ وحدَه *** مـا لـم يتـوَّج ربُّـه بخــلاقِ
والعلـمُ إِن لم تكتـنفهُ شـمـائلٌ *** تُعْـليهِ كان مطيـةَ الإِخـفـاقِ

Jangan mengira kalau ilmu itu bermanfaat dengan sendirinya.

Jika pemiliknya tidak menghiasinya dengan akhlak yang baik.

Apabila ilmu tidak dibarengi dengan perangai baik yang membuatnya tinggi, maka (ilmu) itu hanya akan mengantarkan (pemiliknya) pada kerusakan.

Bagi orang yang berilmu, semakin bertambah ilmunya tetang Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya, maka keberadaannya semakin membawa banyak manfaat bagi hamba2 Allah. Akhlaknya pun semakin baik terhadap sesama kaum muslimin bahkan terhadap non muslim sekalipun. Karena itu wajib bagi kita untuk menyebarkan agama ini dengan mengacu pada petunjuk Rasulullah, Allah berfirman tentang (perangainya),

“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan ajaklah mereka bermusyawarah dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah bertekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS: 3: 159)

Wajib bagi para penuntut ilmu menjadi gambaran serta contoh yang baik dalam mentaati rambu-rambu agama, ia harus menjadi suri tauladan yang baik, ia juga harus merealisasikan ittiba’ terhadap sang guru pertama (Rasulullah), (dalam riwayat disebutkan): “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaqnya” (al-hadits).

Maka sudah seharusnya bagi para penuntut ilmu untuk memperbaiki akhlak mereka agar kemuslimannya semakin membawa manfaat bagi sekitar juga memberi performa luhur terhadap agama.

Penuntut ilmu juga dituntut untuk selalu bersikap pertengahan. (Allah berfirman):

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat) yang adil (pertengahan dan pilihan)”.
Maka berhati-hatilah wahai penuntut ilmu dari sikap ghuluw (berlebih-lebihan (ekstrim)) dan jafaa’ (sikap terlalu longgar)”.

Hendaknya mereka selalu menjaga hati-hati mereka agar tetap selamat, terbebas dari hasad dan permusuhan.
Al qur’an adalah penyatu kita, Sunnah merupakan panduan kita, metode salaf adalah manhaj kita sebagai ahlussunnah wal jamaah. Jalan kita adalah sebaik-baik jalan dimana generasi awal pernah melangkah diatasnya, jalan para sahabat Ridhwaanullahi alaihim, dan tidak akan baik akhir dari umat ini kecualai dengan apa yg menjadikan baik generasi awalnya.

Ikhwah sekalian..
Apa gerangan yang terjadi pada penuntut ilmu hari ini..?
Mengapa mereka saling bertikai..? Saling berselisih..?
Bahkan sampai pada taraf saling melabeli orang dngan tuduhan kafir, sesat, saling membid’ahkan, memfasikkan dalam masalah ijtihaadiyah dimana Abu Bakar dan Umar pernah berselisih karenanya begitu juga para imam setelahnya, Abu Hanifah, Malik Imam darul hijrah, As-Syafi’ie, Ahmad dan imam lainnya setelah mereka -rahimahumullah-, namun hati-hati mereka tetap selamat dari saling mencela antara satu dan lainnya. Mereka tetap berlapang dada, kasih sayangpun tetap terjalin diantara mereka”

قالوا يزورك أحمد وتزوره ¤¤¤ قلت الفضائل لا تفارق منزله
إن زارني فبفضله أو زرته ¤¤¤ فلفضله والفضل في الحالين له

Mereka berkata, “Ahmad menziarahimu dan engkaupun menziarahinya.

Kukatakan, kebaikan tak pernah lenyap dari rumahnya.

Apabila dia menziarahiku, itu semata-mata karena kebaikannya,

Atau aku menziarahinya maka itu juga karena keutamaannya. Pada dua kondisi itu kebaikan kebaikan kembali padanya.

Sebagian penuntut ilmu hadaahumullah (semoga Allah memberi hidayah kepada mereka) telah salah dalam melangkah, mereka menyibukkan diri dengan mncari-cari aib sesama. Padahal siapa diantara kita yg tak pernah salah, siapa didunia ini yg hanya memiliki kebaikan saja…?

Sudah saatnya para penuntut ilmu menjauhi sikap keras dan tak terpuji itu, mereka harus memiliki prinsip yang shohih dlm menyikapi khilaf, terutama dalam masalah ijtihaadiyah. Perselisihan apapun hendaknya dikembalikan kpada ahli ilmu.

Allah berfirman, “.. Dan kalau mereka mengembalikannya kepada Rasul dan ulil amri diantara mereka, tentulan orang-orang yang ingin mengetahui kebenaran akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri), Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu tentulah kamu telah mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja diantaramu” (QS: 04:83)

Namun, kalaupun harus terjadi khilaf terutama dalam masaalah cabang-cabang syariat, masalah ijtihadiyah serta nawaazil mu’aashiroh, maka perselisihan itu jangan sampai merusak ukhuwah islamiyah dan imaniyah. Setiap penuntut ilmu harus memperhatikan sisi ini.

Dan hendaknya kalian wahai penuntut ilmu menghindari sikap tahazzub yang mengundang kebencian dan perpecahan.. Alqur’an dan Sunnah telah menyatukan kita, begitu juga manhaj salaful ummah, sebab kapan ummat terkotak-kotakkan oleh kelompok-kelompok, jamaah-jamaah serta perselihan maka hasilnya adalah perselisihan dan perpecahan. Lihatlah realitas ummat saat ini..

(Prof. DR. Abdurrahman As-Sudais -hafidzahullah-. Imam dan Khotib Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah. Faidah ini disampaikan pada kultum ba’da shalat dzhuhur di Maskam Bin Baz UIM KSA. Senin 22-01-1435 H)

View

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.