Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah dalam kitabnya hilyah tholibil ‘ilmi mengatakan bahwa ilmu itu ibadah. Maka harus memenuhi dua syarat ibadah yaitu iklash dan mutaba’ah (sesuai dengan contoh rosulullah).
Diantara manhaj dalam menuntut ilmu adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
نضَّر الله امرأً سَمِع مقالتي فوَعَاها وحَفِظها وبَلَّغها، فرُبَّ حامل فِقْه إلى مَن هو أفقه منه،
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya lalu menghafalnya lalu menyampaikannya. Berapa banyak pembawa ilmu kepada orang yang lebih faham darinya.”
HR At Tirmidzi.
Hadits adalah hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh sekitar 20 orang sahabat.
Perhatikanlah..
Dalam hadits ini Nabi menyebutkan manhaj menuntut ilmu:
1. Mendengar.
2. Memahami.
3. Menghafal.
4. Menyampaikan.
Oleh karena itu sebagian ulama berkata, “Awal ilmu adalah husnul istimaa’ yaitu pintar mendengar. Dan mendengar akan lebih sempurna dengan mencatat. Sebagaimana dikatakan oleh imam Az Zuhri: “Ikatlah ilmu dengan mencatatnya.”
Maka hendaklah para penuntut pintar mendengar dan mencatat ilmu terlebih dahulu. Orang yang tak pandai mendengar ia tidak akan dapat menuntut ilmu.
Janganlah langsung loncat ke fase terakhir yaitu menyampaikan.. sehingga menjadi lebih pandai menshare dari pada mendengar.
Pandailah mendengar, lalu fahami lalu hafalkan dan kuasai lalu terakhir menyampaikan dengan penuh amanah ilmiyah.
Bila manhaj ini diabaikan.. akibatnya banyak bermunculan Lc (Langsung copas). Sehingga ilmu tak kokoh. Lebih banyak berkicau dan coment. Allahul Musta’an.
Abu Yahya Badrusalam, حفظه الله تعالى