Jiwa Yang Baik

Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Jiwa yang baik itu merasa lezat saat memberi maaf dan berbuat ihsan .. sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan berbuat keburukan dan kezholiman..”

(Majmu’ Fatawaa 1/560)

Karena jiwa yang baik selalu menginginkan kebaikan dan merasa senang dengannya..

Sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan keburukan dan perbuatan zholim..

Ya Allah jadikanlah hati kami menyukai keimanan dan hiaskanlah iman di hati hati kami..

Dan jadikan hati kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan..

Dan jadikan kami orang orang yang mengikuti jalan yang lurus..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

EMPAT TONGGAK KUFUR

1. Sombong yang mencegahnya patuh kepada Allah

2. Hasad yang mencegahnya dari menerima nasehat

3. Marah yang membuatnya tidak bersikap adil

4. Syahwat yang menghalanginya dari bersungguh sungguh dalam ibadah

Apabila hancur kesombongan maka akan mudah untuk tunduk dan patuh kepada Allah..

Apabila hancur hasad dan dengki maka akan mudah menerima nasehat..

Apabila hancur kemarahan maka akan mudah untuk bersikap adil dan tawadhu..

Dan apabila hancur syahwat maka akan mudah untuknya bersabar dalam ibadah..

Dan merobohkan empat tonggak ini lebih sulit dari merobohkan gunung terlebih apabila telah berakar di hati..

Kita memohon kepada Allah keselamatan..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Kunci Sukses Dalam Pergaulan

Syaikh al-Utsaimin rohimahullah berkata,

Saat berinteraksi dengan manusia maka ingatlah selalu firman Allah, “Allah mencintai orang yang berbuat ihsan..” agar engkau berbuat ihsan kepada mereka sesuai dengan kemampuanmu.

(Syarh Riyadhush Sholihin 2/14)

Berbuat ihsan (baik) adalah kunci sukses dalam bermu’amalah dengan manusia..

Sifat mukmin adalah selalu ingin berbuat baik kepada manusia..
Bukan menjadi beban untuk manusia..
Walaupun ia susah..
Ia tetap tak ingin merepotkan orang lain..

Ia hanya meminta kepada Allah sambil berusaha..
Ia yakin bahwa Allah tak mungkin menyia nyiakan hamba yang bertawakal kepada-Nya..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Bersemangat Mendapatkan Pahala Menyebarkan Ilmu Agama

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rohimahullah mengatakan,

وصيتي لنفسي واياكم الحرص علي نشر العلم بين الناس، ولا تحقروا شيئا ،فاذا علمت إنسانا مسألة واحدة وعمل بها، ثم عملها ءاخر و ءاخر وءاخر فكل ما يحصل من اجر بالعمل الذي انت دللت الناس عليه،فلك مثله.

Wasiatku untuk kalian ialah bersemangat dalam menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah manusia, dan janganlah kalian menganggap remeh urusan tersebut sedikitpun.

Karena ketika engkau mengajarkan sebuah permasalahan (ilmu) kepada seseorang, lalu orang tersebut mengamalkannya, dan diamalkan oleh orang lain, orang lain dan orang lain, maka setiap pahala yang didapatkan dari amalan yang engkau ajarkan manusia kepadanya, maka engkau juga akan mendapatkan pahala seperti yang mereka dapatkan.

(Liqaa al-Baab al-Maftuuh vol. 86)

Agar Nikmat Tidak Berubah Menjadi Malapetaka

Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Seorang hamba senantiasa berada antara nikmat Allah yang harus disyukuri dan dosa yang membutuhkan istighfar..”

(Majmu’ Fatawaa 10/88)

Karena setiap insan pasti selalu berada dalam nikmat Allah..

Banyak nikmat yang ternyata digunakan bukan untuk ketaatan..
Bahkan untuk dosa dan keburukan..

Maka ia selalu membutuhkan taubat dan istighfar..
Agar nikmat nikmat tersebut tidak berubah menjadi malapetaka..

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ (١١٢)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat..” (Qs. An-Nahl ayat 112)

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Tiga Akhlak Tercela

Umar bin Abdil Aziz rohimahumallah berkata,

Sungguh beruntung orang yang terhindar dari sifat :
– suka berdebat,
– temperamen, dan
– rakus.

(Hilyatul Auliya’ – 5/290)

Suka berdebat adalah akhlak yang dicela oleh syari’at..
Karena dapat mengeraskan hati dan menutup pintu amal..
Menimbulkan ujub dengan kelebihan..

Demikian pula sifat tempramen atau mudah marah..
Menunjukkan akan kurang akal dan ketakwaan..

Terlebih bila disertai dengan sifat tamak dan rakus terhadap dunia..
Maka semakin merusak keimanan..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Tiga Prinsip Mendasar Dalam Memahami Nama Dan Sifat-Sifat Allah

Dalam memahami nama dan sifat-sifat Allah, ada tiga prinsip mendasar yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Kesamaan nama tidak berarti sama hakikatnya.

Meskipun ada beberapa sifat yang disebutkan dengan nama yang sama, seperti Allah Maha Mendengar (As-Sami’) dan manusia juga memiliki kemampuan mendengar, hakikat pendengaran Allah sangat berbeda dengan pendengaran manusia. Allah mendengar segala sesuatu tanpa keterbatasan, sedangkan manusia terbatas dalam kemampuan mendengarnya.

2. Sifat Allah tidak sama dengan sifat makhluk.

Semua sifat yang disandarkan kepada Allah seperti sifat Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan sebagainya, tidak boleh disamakan dengan sifat-sifat makhluk. Allah Maha Sempurna, dan sifat-sifat-Nya jauh melampaui apa yang dapat dibayangkan oleh manusia.

3. Hakikat sifat Allah hanya diketahui oleh Allah.

Manusia hanya bisa memahami sifat-sifat Allah sebatas apa yang Dia ajarkan melalui wahyu-Nya (Al-Qur’an dan Hadits). Namun, hakikat sebenarnya dari sifat-sifat Allah, seperti bagaimana cara Allah melihat, mendengar, atau berbuat sesuatu, hanya Allah yang mengetahui.

Ketiga prinsip ini menjaga agar manusia tidak terjerumus ke dalam kesalahan dalam memahami konsep ketuhanan, seperti :
– menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (tasybih), atau
– menafikan sifat-sifat-Nya (ta’thil).

Penulis,
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra MA, حفظه الله تعالى

Lautan Air Mata Darah

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﻥَّ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻟَﻴَﺒْﻜُﻮﻥَ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻮْ ﺃُﺟْﺮِﻳَﺖِ ﺍﻟﺴُّﻔُﻦُ ﻓِﻲ ﺩُﻣُﻮﻋِﻬِﻢْ ﻟَﺠَﺮَﺕْ، ﻭَﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﻴَﺒْﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺪَّﻡَ.

Sesungguhnya penduduk neraka benar-benar akan menangis, sampai seandainya kapal-kapal dijalankan di atas air mata mereka, niscaya kapal-kapal tersebut akan bisa berlayar, dan sungguh mereka akan menangis dengan mengeluarkan air mata berupa darah.

(HR. Al Hakim)
Lihat Shohiih al-Jaami’ no. 2032

Tentang Persahabatan

Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata,

“Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantumu untuk mengingat Allah ‘Azza wa Jalla..”

(Az Zuhd – Abu Dawud 1/126)

Sahabat yang membuat lalai dari mengingat Allah..
Bukanlah sahabat yang membawa kebaikan..

Persahabatan bukan sebatas untuk berkumpul dan bercanda..
Tapi untuk saling menguatkan keimanan dan istiqomah..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Janji Itu Wajib Ditepati

● Imam Ahmad rohimahullah ditanya,

‘bagaimana engkau mengenali orang yang suka berdusta..?’ beliau menjawab, ‘dari janji janji mereka..’

(Adabul Imlaa – As Sam’ani hal. 40)

Suka tidak menepati janji adalah tanda kemunafikan dan termasuk sikap khianat..

● Dari Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ’anhu, ia berkata, ‘Rosulullah shollallahu ’alayhi wasallam bersabda,

مَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلا عَدْلٌ ( رواه البخاري، رقم 1870 و مسلم، رقم 1370)

“Barangsiapa yang mengkhianati seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan..” (HR. Al Bukhari no. 1870 dan Muslim no 1370)

● Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu ’anhumaa, ia berkata, ‘Rosulullah shollallahu ’alayhi wasalam bersabda,

إِنَّ الْغَادِرَ يَنْصِبُ اللَّهُ لَهُ لِوَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ أَلَا هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانٍ (رواه البخاري، رقم 6178، و مسلم، رقم 1735)

“Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat. Lalu dikatakan, ‘ketahuilah ini adalah pengkhianatan si fulan.” (HR. Al Bukhari no. 6178, dan Muslim no. 1735)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menebar Cahaya Sunnah