Seri Tazkiatun Nufus Ust M. Nuzul Lc.
Setiap penyakit pasti ada obatnya, dan tidaklah اللهُ ta’ala menurunkan penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya. Hati yang sakit masih dapat diobati, dan diantara obat penyakit hati ialah:
1. Mentauhidkan اللهُ dan menjauhkan syirik.
Obat yang paling mujarab untuk membersihkan hati adalah dengan mentauhidkan اللهُ dan menjauhkan syirik, ikhlas, serta beriman dengan keimanan yang benar. Tidak ada kebaikan, kelezatan, kenikmatan, dan kebaikan hati melainkan jika اللهُ sebagai Rabb-nya, Penciptanya Yang Maha Esa, satu-satunya Dzat yang diibadahinya, puncak tujuannya, dan paling dicintainya daripada yang lain. Setiap muslim wajib meyakini semua yang ada di langit, di bumi dan diantara keduanya, semua itu adalah milik اللهُ ta’ala, segala puji bagi-Nya. Oleh karena itu, wajib bagi makhluk untuk mentauhidkan اللهُ, beribadah hanya kepada-Nya, merasa takut, harap, cinta, tawakkal, taubat, memohon, meminta hanya kepada اللهُ ta’ala. اللهُ berfirman:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 5)
Dengan mentauhidkan اللهُ, hati menjadi hidup, sehat, selamat dan bahagia.
Ketahuilah, bahwa nanti di hari kiamat setiap manusia akan ditanya tentang beberpa perkara:
Pertama: bagaiman kita beribadah kepada اللهُ ta’ala?
Kedua: bagaimana kita mengikuti Nabi صلى الله عليه وسلم?
2. Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya, serta menerima kebenaran dan mengamalkannya.
Menuntut ilmu syar’i adalah ladang penyubur iman. Nabi صلى الله عليه وسلم diutus oleh اللهُ ta’ala kepada seluruh umat manusia dengan membawa dua hal, yaitu ilmu yang bermanfa’at dan amal shalih. Karenanya, konsekuensi dari menuntut ilmu adalah menerima kebenaran dan mengamalkannya. Orang yang paling bahagia adalah orang yang menuntut ilmu syar’i, ikhlas karena اللهُ dan mengamalkannya.
3. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Urutan dosa dan maksiat dari yang paling besar adalah syirik, kemudian bid’ah, lalu kemaksiatan secara umum. Kesemuanya ini harus dijauhkan dari amalan seorang muslim sehari-hari. Imam Ibnul Qayyim رحمه الله membahas hal ini secara khusus dalam kitab tersendiri berjudul Ad Daa’ wad Dawaa’ (Penyakit dan Obatnya).
4. Berdzikir dan istighfar.
Berdzikir yang sesuai dengan sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم dapat mengobati hati yang sakit. Maka hendaknya setiap muslim dan muslimah membiasakan diri berwirid dengan dzikir-dzikir yang berasal dari sunnah-sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم , seperti dzikir ketika mau tidur, bangun dari tidur, dzikir pagi petang dan dzikir-dzikir yang lainnya, serta banyak beristighfar dan memohon ampun kepada اللهُ ta’ala. Sebab dalam dzikir akan mendapatkan ketenangan hati, sebagaimana firman اللهُ ta’ala:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat اللهُ. Ingatlah, hanya dengan mengingat اللهُ hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du: 28)
Allah ta’ala berfirman: “Dan di akhir malam mereka memohon ampunan (kepada اللهُ).” (QS. Adz Dzarriyaat: 18)
5. Membaca Al Qur’an setiap hari.
Allah ta’ala berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)
Allah ta’ala berfirman: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Rabb-mu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah seperti kuburan, karena sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al Baqarah.” (HR. Muslim)
Setiap muslim dan muslimah harus membaca Al Qur’an setiap hari, disertai tadabbur (mempelajari dan memahami isinya) dan mengamalkannya. Sebab, di dalam Al Qur’an itu terkandung penawar hati yang sakit.
6. Selalu bertaubat kepada اللهُ ta’ala.
Seorang yang beriman harus selalu bertaubat kepada اللهُ setiap hari. Nabi صلى الله عليه وسلم bertaubat sebanyak 100 kali dalam sehari. Bahkan pernah dalam satu majelis Nabi صلى الله عليه وسلم seratus kali mengucapkan: “Rabbigh firlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaabul ghafuur”, “Ya اللهُ, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Pengampun.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم mengucapkan: “Rabbigh firlii wa tub ‘alayya innaka anta tawwaabur rahiim”, “Ya اللهُ, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.”
7. Berbuat baik kepada manusia.
Berbuat baik, membantu, dan menolong manusia akan menjadikan hati itu menjadi sehat dan hidup. Adapun orang yang lebih berhak supaya kita berbuat baik kepadanya adalah kedua orang tua kita. اللهُ memerintahkan kepada umat manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. اللهُ berfirman: “Dan sembahlah اللهُ dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS. An Nisaa: 36)
Berbuat baik kepada orang tua akan melapangkan dada, memudahkan urusan dan dapat memasukkan seseorang ke dalam surga.
Kemudian setelah kepada orang tua, maka kita harus berbuat baik kepada suami atau istri, kepada anak, kepada sanak kerabat, kepada tetangga dan seluruh kaum muslimin. Seorang muslim harus bermanfa’at bagi dirinya dan bagi orang lain.
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfa’at bagi orang lain.” (HR. Thabrani)
8. Membuang berbagai kotoran hati.
Agar hati menjadi sehat, maka seorang muslim harus selalu berusaha untuk membuang seluruh kotoran hati, seperti cinta dunia, sombong, ujub (bangga diri), tidak bersikap jujur, dan yang lainnya. Hati setiap muslim harus senantiasa dibersihkan.
Di awal-awal diutusnya Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- sebagai Rasul, beliau diperintah oleh Allah ta’ala: “Dan pakaianmu hendaklah engkau bersihkan.” (QS. Al Mudatstsir: 4)
Yang dimaksud dengan pakaian disini menurut penjelasan para ulama adalah hati, maksudnya adalah: “Dan hatimu hendaklah engkau bersihkan.”
9. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfa’at.
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yanh lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfa’at bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah: ‘Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki,’ karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka (pintu) perbuatan syaithan.” (HR. Muslim)
Setiap mukmin dan mukminah hendaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfa’at. Betapa banyak orang muslim yang terlihat sibuk namun tidak melakukan hal-hal yang bermanfa’at bagi dunia dan akhiratnya, seperti membicarakan aib orang lain, bermain-main yang tidak bermanfa’at, berangan-angan kosong, dan sebagainya.
10. Zuhud terhadap dunia.
Orang yang zuhud terhadap dunia adalah orang yang dicintai Allah dan manusia. Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda: Dari Abul ‘Abbas Sahl bin Sa’d as Sa’idi -radhiyallahu ‘anhu-
¤ SELESAI ¤