Syirik Besar Dan Syirik Kecil – Part 2

Ust. Kholid Syamhudi, حفظه الله

2. Syirik Kecil: yaitu sesuatu yang dinamakan syirik oleh syara’ dan tidak sampai kepada syirik besar. Syirik ini mengurangi tauhid, tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia adalah sarana menuju syirik besar. Pelakunya akan disiksa dan tidak kekal dalam neraka seperti kekalnya orang-orang kafir. Darahnya tidak boleh ditumpahkan dan hartanya tidak boleh diambil. Syirik besar menggugurkan semua amal ibadah. Adapun syirik kecil, maka ia menggugurkan amal ibadah yang menyertainya.

Seperti orang yang beribadah karena Allah SUBHANAHU WA TA’ALA, ia juga ingin mendapat pujian manusia atasnya, seperti memperbaiki shalatnya, atau bersedekah, atau puasa, atau berzikir kepada Allah SUBHANAHU WA TA’ALA agar manusia melihatnya, atau mendengarnya, atau memujinya. Ini adalah riya, bila disertai amal ibadah niscaya riya itu membatalkannya. Tidak ada ungkapan syirik dalam al-Qur`an kecuali yang dimaksud adalah syirik besar. Adapun syirik kecil, maka terdapat dalam sunnah-sunnah mutawatir.

1. Firman Allah SUBHANAHU WA TA’ALA:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya”. (QS. Al-Kahfi:110)

2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM  bersabda, Allah SUBHANAHU WA TA’ALA berfirman (dalam hadits qudsi): ‘Aku adalah yang paling kaya dari sekutu. Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang di dalamnya menyekutukan yang lain dengan Aku, niscaya Aku meninggalkannya dan sekutunya.”[1]

Termasuk syirik kecil adalah bersumpah dengan sesuatu selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA. Dan ucapan manusia: Sesuatu yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan, atau kalau bukan karena Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dan fulan, atau ini dari Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dan fulan, atau tidak ada bagiku selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dan fulan, dan seumpamanya. Seharusnya ia berkata: Sesuatu yang dikehendaki Allah SUBHANAHU WA TA’ALA kemudian dikehendaki fulan, dan seterusnya.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM , beliau bersabda, “Barangsiapa yang bersumpah kepada selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA, maka dia telah kafir atau syirik.” HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi.[2]

Dari Huzaifah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM, beliau bersabda, “Janganlah engkau katakan: ‘Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan, akan tetapi katakanlah: apa yang dikehendaki Allah SUBHANAHU WA TA’ALA kemudian yang dikehendaki fulan.” HR. Ahmad dan Abu Daud.[3]
 

Syirik kecil bisa menjadi besar menurut apa yang ada di hati pelakunya. Maka, seorang muslim harus berhati-hati terhadap syirik secara mutlak/absolut: yang besar dan kecil. Syirik adalah kezhaliman yang besar yang tidak diampuni oleh Allah SUBHANAHU WA TA’ALA. Seperti dalam firman Allah SUBHANAHU WA TA’ALA:

اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa`:48)

 
Perbuatan dan Ucapan yang termasuk syirik (menyekutukan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA) atau termasuk sarana-sarananya.

Ada perbuatan dan ucapan yang berada di antara syirik besar dan kecil menurut hati pelakunya dan yang bersumber darinya. Ia bertentangan dengan tauhid atau mengotori kemurniannya. Syari’at telah memperingatkan darinya, di antaranya adalah:

Memakai gelang atau benang dan semisalnya dengan tujuan menghilangkan mara bahaya atau penangkal datangnya mara bahaya. Hal itu termasuk syirik.
Menggantung tamimah[4] terhadap anak-anak, sama saja berasal dari kharz, atau tulang, atau tulisan. Hal itu untuk menjaga diri dari ‘ain[5] dan itu termasuk syirik.

Tathayyur, yaitu menganggap sial dengan burung atau seseorang atau suatu tempat atau semisalnya, dan itu termasuk syirik karena dia bergantung kepada selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dengan keyakinan mendapat bahaya dari makhluk yang tidak mempunyai manfaat atau mudharat untuk dirinya sendiri. Keyakinan ini termasuk gangguan syetan dan waswasnya, hal itu menolak tawakkal.
Tabarruk (mengambil berkah) kepada pohon, batu, tempat-tempat bersejarah, kubur, dan semisalnya. Maka, meminta berkah, mengharap, dan meyakininya dalam perkara-perkara itu termasuk syirik; karena ia bergantung kepada selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dalam mendapatkan berkah.

Sihir: yaitu yang samar dan halus sebabnya. Ia adalah nama dari jimat-jimat, mantera-mantera, ucapan, dan obat-obatan, maka hal itu memberi pengaruh di hati dan badan, lalu menyebabkan sakit atau meninggal dunia, atau memisahkan di antara seseorang dan istrinya. Ia adalah perbuatan syetan, dan kebanyakan dari sihir itu tidak bisa sampai kepadanya kecuali dengan perbuatan menyekutukan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA. Sihir adalah perbuatan syirik karena padanya mengandung ketergantungan kepada selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dari jenis syetan, karena hal itu termasuk mengaku mengetahui yang gaib. Firman Allah SUBHANAHU WA TA’ALA:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia …. (QS. Al-Baqarah :102)

Terkadang sihir adalah perbuatan maksiat yang merupakan bagian dari dosa besar, bila hanya dengan obat-obatan dan sejenisnya saja.

Meramal: ia adalah mengaku mengetahui yang gaib, seperti memberitakan yang akan terjadi di muka bumi karena bersandar kepada syetan, dan itu termasuk syirik; karena mengandung pendekatan diri kepada selain Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dan mengklaim mengetahui yang gaib bersama Allah SUBHANAHU WA TA’ALA.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM , beliau bersabda, “Barang siapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM .”[6]

Tanjim (astrologi): yaitu mengambil dalil dengan kondisi falak (peredaran bulan dan matahari) atas segala kejadian di permukaan bumi, seperti waktu bertiupnya angin, turunnya hujan, terjadinya penyakit dan kematian, nampaknya panas dan dingin, perubahan harga dan sejenisnya.

Itu termasuk syirik; karena menyandarkan sekutu bagi Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dalam mengatur dan terhadap ilmu gaib.
Meminta hujan dengan bintang: yaitu menyandarkan turunnya hujan kepada munculnya bintang atau tenggelamnya, seperti ia berkata: Kita diturunkan hujan dengan bintang ini dan bintang itu. Maka, ia menyandarkan hujan kepada bintang, bukan kepada Allah SUBHANAHU WA TA’ALA. Ini termasuk syirik; Karena turunnya hujan berada di tangan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA, bukan di tangan bintang dan yang lainnya.
Menyandarkan nikmat kepada selain Allah .

Segala nikmat di dunia dan akhirat berasal dari Allah.  Barangsiapa menyandarkannya kepada selain-Nya, sesungguhnya dia telah kafir dan menyekutukan Allah SUBHANAHU WA TA’ALA. Seperti orang yang menyandarkan nikmat mendapat harta atau sembuh dari sakit kepada fulan atau fulan, atau menyandarkan nikmat perjalanan dan keselamatan di darat, laut dan udara kepada sopir, nakoda, dan pilot, atau menyandarkan mendapat nikmat dan terhindar dari mara bahaya kepada usaha pemerintah atau individu atau bendera dan semisalnya.

Maka, wajib menyandarkan semua nikmat kepada Allah  saja dan bersukur kepada-Nya. Adapun yang terjadi di atas tangan sebagian makhluk hanyalah merupakan sebab yang terkadang membuahkan hasil dan bisa juga tidak menghasilkan apa-apa. Terkadang bermanfaat dan bisa juga tidak berguna. Firman Allah SUBHANAHU WA TA’ALA: 

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah SUBHANAHU WA TA’ALA-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An-Nahl: 53).
 

[1]  HR. Muslim no. 2985

[2]  Shahih. HR. Abu Daud no. 3251, Shahih Sunan Abu Daud no 2787, at-Tirmidzi no. 1535 dan lafazd adalah miliknya, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1241.

[3]  Shahih. HR. Ahmad no. 2354, lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 127, dan Abu Daud no. 4980 dan lafazd ini adalah miliknya, Shahih Sunan Abu Daud no. 4166.

[4]  Tamimah: sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir  penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang, dan lain sebagainya. (pent. Dikutip dari terj. Kitab Tauhid, Muhammad Yusuf Harun MA.)

[5]   Penyakit atau pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang, pent.)

[6]  Shahih. HR. Ahmad no. 9536 dan ini lafazdnya, dan al-Hakim no. 15, lihat Irwa` al-Ghalil no 2006.

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.