Category Archives: BBG Kajian

HADITS : Keutamaan Berwudhu

simak penjelasan Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى berikut ini :

KEUTAMAAN BERWUDHU

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu kemudian ia membasuh wajahnya, keluarlah dari wajahnya seluruh dosa karena penglihatan kedua matanya bersamaan dengan air atau akhir tetesan air.

Jika ia membasuh kedua tangannya, keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang dilakukan kedua tangannya bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir.

Jika ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah seluruh dosa dari langkah-langkah kakinya yang digunakan menuju maksiat bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir, hingga ia keluar (dari berwudhu) dalam keadaan bersih dari dosa..”

(HR. Muslim no. 244)

Tanpa Hujjah

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

والجاهل الظالم يخالفك بلا حجة ويكفرك أو يبدعك بلا حجة، وذنبك: رغبتك عن طريقته الوخيمة وسيرته الذميمة،
فلا تغتر بكثرة هذا الضرب، فإن الآلاف المؤلفة منهم؛ لا يعدلون بشخص واحد من أهل العلم

“Orang yang bodoh lagi zholim menyelisihimu dengan tanpa hujjah. Mengkafirkanmu dan membid’ahkanmu pun dengan tanpa hujjah.

Kesalahanmu di matanya karena tidak mengikuti tata caranya yang berpenyakit.

Maka jangan tertipu dengan banyaknya orang jenis ini.
Karena ribuan orang seperti ini tidak bisa dibandingkan dengan satu orang ahli ilmu..”

(I’laamul Muwaqqi’in 1/308)

Orang yang tak memiliki ilmu..
Hanya mengandalkan pemikirannya saja..
Tak ada dasar dari kitabullah tidak pula dari hadits Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam..
Tidak pula dari para ulama yang terkemuka..

Jika tak sesuai dengan pendapatnya..
Ia tolak walaupun dalilnya jelas shohih..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menjaga Hubungan Persahabatan Lama Adalah Termasuk Keimanan

‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha berkata,

“Datang seorang nenek kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Saat itu beliau di rumahku.

Maka Nabi bertanya, “Siapakah kamu..?”
Ia menjawab, “Namaku Jatsamah Al Muzaniyah..”

Beliau bersabda, “Tapi namamu adalah Hassanah Al Muzaniyah. Bagaimana keadaan dan kabar kalian..? Bagaimana kalian sepeninggal kami..?”

Ia menjawab, “Bikhoir demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya wahai Rosulullah..”

Ketika ia keluar, aku berkata, “Wahai Rosulullah, mengapa engkau memperlakukan nenek itu dengan penuh kegembiraan..?”

Beliau bersabda, “Dahulu ia selalu mengunjungi kami di zaman Khodijah. Dan sesungguhnya husnul ‘ahdi termasuk keimanan..”

(HR. Al Hakim dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam silsilah hadits shohih 1/424)

• Ibnul Atsir rohimahullah berkata,

“Makna hadits ini adalah bagus dalam menjaga persahabatan dan menjaga ikatan yang telah lama..”

• Imam Assakhowi rohimahullah berkata,

“Maknanya adalah menjaga hubungan yang telah lama dengan orang yang mencintaimu, atau mencintai orang yang mencintaimu..”

Demikianlah kecintaan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam yang amat besar kepada Khodijah rodhiyallahu ‘anha..
Hingga beliau tak pernah melupakan teman dan sahabatnya..
Bahkan tetap menjaga hubungan dengan mereka..
Dan itu termasuk keimanan..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menyambung Silaturrohim

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

ليس الواصل بالمكافئ، ولكن الواصل الذي إذا قطعت رحمه وصلها

“Bukanlah menyambung silaturrohim itu dengan membalas kunjungan. Akan tetapi menyambung silaturrohim itu adalah apabila diputuskan hubungan ia segera menyambungnya..”

(HR. Al Bukhari)

Menyambung hubungan yang diputus oleh saudara kita adalah berat..
Membutuhkan kesabaran dan dada yang lapang..

Seringnya kita adalah marah dan tak peduli lagi..
Namun keburukan itu hendaknya dibalas dengan kebaikan..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Yang Paling Bermanfaat Untuk Hati

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

فليس للقلب أنفع من معاملة الناس باللطف وحب الخير لهم فإن معاملة الناس بذلك إما أجنبي فتكتسب مودّته ومحبته ، وإما صاحب وحبيب فتستديم صحبته ومودّته ، وإما عدوٌّ مبغض فتُطفئ بلطفك جمرته وتستكفي شره”*

“Tidak ada yang paling bermanfaat untuk hati dari ber-muamalah kepada manusia dengan lembut dan menyukai kebaikan untuk mereka.

Karena manusia yang dipergauli itu :

1. Orang lain. Maka akan mendatangkan rasa suka dan cinta.

2. Teman akrab. Maka semakin kuat dan langgeng rasa cintanya.

3. Musuh yang membenci. Maka akan padam kebenciannya dan terhindar dari keburukannya..”

(Madarijussalikin 2/511)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

HADITS : Andaikan Dahulu Kami Muslim

Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا اجتمع أهلُ النارِ في النارِ ومعهم مَن شاء اللهُ من أهلِ القِبلةِ يقولُ الكفارُ : أَلَمْ تكونوا مسلمينَ ؟ قالوا : بلى قالوا : فما أَغْنَى عنكم إسلامُكم و قد صِرْتُم معنا في النارِ ؟ قالوا : كانت لنا ذنوبٌ فأُخِذْنا بها فيَسْمَعُ ما قالوا فأَمَر بمَن كان من أهلِ القِبلةِ فأُخْرِجُوا فلما رأى ذلك أهلُ النارِ قالوا : يالَيْتَنا كنا مسلمينَ فنخرجُ كما خَرَجُوا قال : و قرأ رسولُ اللهِ الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ وَ قُرْآنٍ مُبِينٍ رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Apabila penduduk api neraka telah berkumpul di Neraka dan bersama mereka siapa yang Allah kehendaki dari ahli kiblat.

Orang-orang kafir berkata, “bukankah dahulu kalian muslim..?”

Mereka menjawab, “benar..”

Orang-orang kafir berkata, “apa manfaat ke-islaman kalian jika kalian bersama kami di Neraka..?”

Mereka berkata, “kami dahulu melakukan dosa, maka kami diadzab karenanya..”

Allah mendengar perkataan mereka. Maka Allah memerintahkan agar semua ahli kiblat dikeluarkan dari Neraka.

Saat kaum kafir melihat itu mereka berkata, “andaikan dahulu kami muslim, maka kami akan keluar sebagaimana mereka keluar..”

Lalu Rosulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam membaca firman Allah yang artinya,

“Alif Laam Raa. Itulah ayat-ayat al kitab dan qur’an yang nyata. Orang-orang kafir itu berharap seandainya mereka dahulu menjadi muslim..”

(HR Al Hakim dan Al Baihaqi)
Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Ketakwaan Kepada Allah Adalah Sumber Keselamatan

Rosulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Bersabarlah .. karena tidaklah datang suatu zaman pun kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya..” (HR. Al Bukhori)

Demikianlah Nabi shollallaahu ‘alayhi wasallam mengabarkan..
Namun orang yang bahagia adalah yang ketakwaannya tak berubah walaupun fitnah semakin berat..

Ibnul Jauzi rohimahullah berkata,

“Ketahuilah, zaman itu tak akan menetap di atas satu keadaan ..
– terkadang fakir, terkadang kaya,
– terkadang mulia, terkadang terhina,
– terkadang membuat tertawa orang yang mencintai kita, dan terkadang membuat tertawa orang yang memusuhi.

Namun orang yang bahagia itu adalah yang selalu berpegang kepada satu pokok dalam setiap keadaan .. yaitu takwa kepada Allah ‘Azza wajalla.

– jika ia kaya maka ketakwaan menghiasinya.
– jika ia fakir, ketakwaan membuka pintu pintu kesabaran.
– jika ia sehat, sempurnalah kenikmatannya.
– jika ia sakit, ia tetap tabah menerimanya.

Tidak membahayakannya saat memburuknya zaman, atau membaik, atau kelaparan atau musim kenyang..
Karena semua itu akan pergi dan berubah..
Ketakwaan adalah sumber keselamatan dan penjaga yang tak pernah tidur..”

(Shoidul Khothir 1/39)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Kemuliaan Bagi Seorang Hamba

Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله ليعجب إلى العبد إذا قال:
‏لا إله إلا أنت إني قد ظلمت نفسي، فاغفر لي ذنوبي إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت .
‏قال: عبدي عرف أن له ربا يغفر ويعاقب .

Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya yang berkata:

Laa ilaaha illaa Anta
Innii qod zholamtu nafsii
Faghfirlii dzunuubii
Innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta.

(yang artinya)
Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau
Sesungguhnya aku telah menzholimi diriku.
Maka ampunilah dosa dosaku.
Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

Allah berfirman, “Hambaku yakin bahwa Robbnya mengampuni dosa dan memberi siksa..”

(Silsilah Shohiihah)

Memohon ampunan kepada Allah adalah kemuliaan bagi hamba..
Karena semua kita membutuhkan ampunan Allah dan karunia-Nya..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Mereka Mendo’akan Orang-Orang Yang Beriman Dan Bertaubat

Malaikat-malaikat pemikul ‘Arsy adalah malaikat terbesar yang Allah ciptakan.. disebutkan dalam hadits bahwa jarak antara daging telinganya ke pundaknya saja 700 tahun perjalanan.. (HR Ahmad).

Ternyata diantara tugas mereka adalah mendo’akan orang-orang yang beriman dan bertaubat..

Allah berfirman,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan),

“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala..” (Qs Ghofir: 7)

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Jauhilah Perbuatan Ini

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

‎من ضحك من الناس ضُحك منه، ومن عيَّر أخاه بعمل ابتلي به ولا بد.

“Siapa yang mentertawakan orang lain maka ia akan ditertawakan lagi .. dan siapa yang menjelekkan saudaranya karena sebuah perbuatan maka biasanya ia akan jatuh kepada perbuatan tersebut..”
(Al Furusiyah hal. 446)

Beliau juga berkata,

‎مامن عبد يعيبُ على أخيه ذنباً ، إلا و يُبتلى به ، فإذا بلغك عن فلان سيئةً فقل : غفر الله لنا وله

“Tidak ada seorang hambapun yang memburuk-burukkan orang lain karena sebuah dosa, maka biasanya ia akan jatuh kepada dosa tersebut. Apabila sampai kepadamu tentang kesalahan seseorang maka ucapkanlah, “Semoga Allah mengampuni kita dan dia..”

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى