Ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita….
Kita tahu tentang kualitas ibadah kita masing-masing.
Sempurnakah puasa kita….. atau kita robek puasa kita dengan kesia-siaan, kekejian dan kemaksiatan, sedangkan Rasulullah bersabda, Puasa akan menjadi perisai selagi tidak merobeknya.
(H.R Ahmad no: 1690).
Kita juga sadar akan kualitas bacaan al-Qur’an kita dan dzikir kita selama bulan Ramadhan…..
Kita juga paham kesungguhan kita dalam Qiyam taraweh dan shalat berjamaah di masjid bersama rawatibnya.
Kita juga mengetahui betapa kurangnya sedekah dan infaq kita selama bulan ramadhan.
Qiyam Lailatul Qadar, I’tikaf dan hataman al-Qur’an lewat karena acara mudik dan sibuk dengan urusan duniawi.
Logis kah….. malaikat turun ke bumi yang lebih banyak ketimbang jumlah kerikil yang ada di bumi sebagaimana riwayat yang dikeluarkan imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang dihasankan oleh Syekh ALBANI ternyata kita tinggalkan masjid tersebut hingga kosong tanpa penghuni yang berarti.
Memang benar, amalan kita selama bulan di ramadhan diterima Allah hanya semata-mata rahmat dan karuniaNya.
Bila bulan Ramadhan yang akan datang masih ada sisa umur hanya uluran tangan sang Kekasih yang Maha Rahman.
Makanya ulama salaf selama enam bulan setelah Ramadhan memohon agar amalnya diterima dan enam bulan berikutnya memohon agar dipertemukan kembali Ramadhan yang akan datang.
Kapan seorang mendapatkan ampunan lagi kalau bulan Ramadhan tak dapat pengampunan…
Kapan lagi seorang diterima amalnya kalau pada saat Lailatul Qadar ditolak…..
Kapan lagi kita menjadi orang shalih kalau pada bulan Ramadhan tidak bisa mengukir kesalihan….
Kapan lagi hati kita sehat, sementara dua penyakit kronis yaitu kejahilan dan kelalaian mengakar kuat dalam dirinya…
Setiap pohon yang tak berbuah pada musim buahnya maka yang paling pantas harus dipotong dan dijadikan kayu bakar….
Barangsiapa yang teledor pada musim tanam maka pada musim panen yang dirasakan hanya penyesalan dan kerugian….
Abdullah bin Masud berkata, Bila di antara kita (di bulan Ramadhan) yang amalnya diterima maka aku ucapkan selamat dan bila amalnya ditolak maka aku sampaikan takziyah kepadanya.
( Lathaiful Na’arif, Ibnu Rajab hal. 295).
AKU MEMOHON AMPUNAN KEPADA ALLAH DARI PUASAKU
SEPANJANG MASA DAN JUGA SHALATKU.
HAMPIR SELURUH PUASA KITA CACAT. DAN HAMPIR SELURUH SHALAT KITA JUGA DEMIKIAN.
AKU BANGUN DI TENGAH MALAM TETAPI TIDURKU LEBIH BAIK DARI BANGUNKU.
Terima kasih wahai Ramadhan dengan setia kau temani ibadahku….puasaku…..hataman al-Quranku…..tarawehku……i’tikafku….dan umrahku.
Para pecintamu pasti menetes air mata saat melepasmu……
Hati mereka galau, pikiran mereka kalut dan perasaan mereka gundah saat menyambut perpisahanmu…
Moga akhir perpisahan bisa mengobati kerinduan…
Moga detik-detik akhir ada penyesalan dan taubat untuk menutupi kekurangan….
Moga masih ada kesempatan untuk membalut luka amal yang mendalam….
Moga Ramadhan bisa menghantarkanku menjadi hamba yang dimerdekakan dari neraka.
Moga para tawanan Iblis bisa dibebaskan oleh TUHAN MAHA PENGAMPUN DAN PENYAYANG.
Zainal Abidin in Syamsuddin, حفظه الله تعالى