Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA, حفظه الله تعالى
Suatu hari, di saat saya sedang bermusyawarah dengan beberapa orang perihal pendirian studio TV islam, tiba tiba ada SMS masuk ke HP saya. Saya baca SMS tersebut ternyata satu pertanyaan dari seorang lelaki.
Karena saya merasa pertanyaannya tidak mendesak harus segera dijawab, maka saya tunda menjawabnya dan melanjutkan musyawarah.
Selang beberapa waktu, kembali HP saya memberikan isyarat ada SMS masuk. Maka saya kembali membukanya dan ternyata penanya tadi mengirim SMS kembali. Bedanya, SMS kedua ini bukan berisi pertanyaan namun luapan rasa kecewa. Ia berkata: “ustadz, kok tidak dijawab sih pertanyaan saya? Ustadz pelit.”
Membaca SMS tersebut saya hanya bisa tersenyum keheranan. Saya berpikir, sebenarnya yang pelit siapa sih, yang ditanya atau yang bertanya?
Pada awalnya saya sempat tersinggung, hati terasa panas dan marah, namun akhirnya menyadari bahwa sebenarnya saya memang benar benar pelit, jadi wajar bila ada saudara saya yang mengingatkan bahwa saya pelit.
Semoga Allah membesarkan hati saya dan juga hati saudara saudara sekalian untuk bisa menerima nasehat dan teguran orang lain walaupun terasa pahit dan menyakitkan.
Dahulu sebagian ulama’ berkata:
رحم الله امرء أهدى إلي عيوبي
“Semoga Allah selalu merahmati orang yang rendah hati menunjukkan aku kepada kekuranganku.”