Musyaffa ad Dariny, حفظه الله تعالى
Hal ketiga yang bisa membantu kita untuk bersabar menghadapi gangguan manusia adalah:
Dengan mengingatkan diri akan indahnya pahala yang Allah janjikan bagi orang yang memaafkan dan bersabar, sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya):
“Balasan keburukan adalah keburukan yang semisal dengannya. Namun siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk padanya), maka pahalanya ditanggung Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim”. [Asy-Syuro: 40].
Di dalam ayat ini, Allah menyebutkan kelas-kelas manusia dilihat dari sikap mereka ketika diganggu:
(a) Orang yang zalim, yaitu orang yang membalas keburukan melebihi batasan haknya. Ini Allah sebut di akhir ayat.
(b) Orang yang proporsional (muqtashid), yaitu orang yang membalas keburukan sesuai batasan haknya. Ini Allah sebut di awal ayat.
(c) Orang yang mulia (muhsin), yaitu orang yang memaafkan dan meninggalkan haknya sama sekali. Ini Allah sebut di tengah ayat.
Hendaknya seorang hamba juga mengingat panggilan kehormatan di hari kiamat nanti: “Berdirilah, orang pahalanya dalam tanggungan Allah!”, maka tidaklah dapat berdiri melainkan orang yang mengampuni dan berbuat baik kepada orang yang menzaliminya.
Ketika, seseorang ingat hal ini, dan juga mengingat bahwa pahala agung itu akan luput darinya dengan tindakan membalas dan mengambil penuh haknya, tentu akan menjadi mudah baginya untuk bersabar dan memaafkan.
[Jami’ul Masa’il, 1/169].
————
Intinya, dengan mengingatkan diri kepada pahala agung yang dijanjikan Allah ta’ala kepada hamba yang bersabar dan memaafkan saat dizalimi, bahkan di akherat nanti akan mendapatkan panggilan kehormatan… dan dengan membalasnya, dia akan kehilangan kesempatan untuk meraih pahala besar tesebut… maka, kita akan semakin mudah untuk bersabar dalam menghadapi gangguan dan celaan orang lain.