Bismillah. Secara bahasa, DO’A berarti meminta atau memohon dengan sepenuh hati.
Sedangkan menurut istilah syar’i, DO’A berarti permohonan seorang hamba kepada Allah ta’ala dengan sepenuh hati. Dan diartikan pula dengan pensucian, pemujaan dan semisalnya. (lihat kitab syuruthu ad-du’a wa mawani’u al-ijabah, karya Syaikh Sa’id bin Ali Al-Qohthoni, hlm. 5).
Do’a memiliki keutamaan dan faedah yang tak terhitung, kedudukannya sebagai satu bentuk ibadah sudah cukup menjadi bukti keutamaannya.
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa keutamaan berdo’a kepada Allah. Diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Do’a adalah ibadah itu sendiri.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اَلدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ
“Do’a adalah ibadah.”
(HR. Abu Daud I/466 no.1479, Tirmizi V/374 no.3247, Ibnu Majah II/1258 no.3828, dan Ahmad IV/267 no.18378, dan An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu. Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).
Meninggalkan do’a adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)
2. Do’a itu menunjukan sikap tawakal kepada Allah ta’ala.
Hal itu dikarenakan orang yang berdo’a dalam kondisi memohon pertolongan kepada-Nya, menyerahkan urusan hanya kepada-Nya bukan kepada yang selain-Nya. Sebagaimana doa juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk pemenuhan akan perintah-Nya. Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)
3. Do’a juga merupakan senjata yang kuat yang digunakan seorang muslim dalam mencari kebaikan dan menolak bahaya dan keburukan.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِى أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ».
“Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu do’a, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang lebih Dia senangi dari pada diminta kesehatan (atau keselamatan).”
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ »
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya do’a itu bermanfaat baik terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, maka hendaklah kalian berdo’a.” (HR. At-Tirmidzi V/552 no.3548, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani).
4. Do’a adalah senjata yang digunakan para nabi dalam menghadapi situasi dan keadaan yang sulit.
» Begitu pun nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam perang Badar, ketika beluau melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu orang sedangkan pasukan Islam berjumlah tiga ratus sembilan belas orang, beliau segera menghadap ke Kiblat seraya mengangkat kedua tangannya berdo’a:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ ». فَمَازَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ. وَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ
“Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus melantunkan do’a seraya membentangkan kedua tangan beliau menghadap ke kiblat hingga selempangnya jatuh, maka datanglah Abu Bakar mengambil selempang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan meletakannya di atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata: “wahai nabi Allah, do’a engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang Dia janjikan untukmu.” (HR. Muslim III/1383 no.1763, dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu)
» Demikian pula nabi Ayub ‘alaihissalam, ia menggunakan senjata do’a ketika mengalami berbagai macam cobaan, terisolir dari manusia, tidak ada lagi yang menyayanginya selain istrinya sendiri, dalam kondisi seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah, dan ketika cobaan itu telah berlarut lama, ia berdo’a:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)
“Dan (ingatlah kisah nabi) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruan (do’a)nya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS: Al-Anbiya’: 83-84)
5. Do’a dapat menghilangkan kegelisahan dan kesedihan, menjadikan hati lapang, dan mempermudah urusan.
Dalam berdo’a, seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya, mengakui kelemahan dan ketidak berdayaannya, mengungkapkan rasa butuhnya kepada Pencipta dan Pemiliknya, do’a juga sarana untuk menghindari murka Allah ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَیْهِ
“Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya.”
(HR. Ahmad II/442 no.9699, dan At-Tirmidzi V/456 no.3373, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Dan dihasankan syaikh Al-Albani).
Alangkah indahnya ungkapan seorang penyair:
Janganlah engkau meminta manusia satu kebutuhan,
Mintalah kepada yang pintu-Nya tak pernah tertutup.
Allah marah jika engkau tidak meminta-Nya,
Sedang manusia justru marah ketika diminta.
6. Do’a juga menjadi senjata bagi orang-orang yang terzholimi (teraniaya), ia adalah tempat berlindung bagi orang-orang lemah yang putus harapan, tertutup segala pintu di hadapanya.
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan:
“Apakah engkau meremehkan do’a dan memandangnya sepele,
Padahal engkau tidak tahu apa yang diperbuat do’a.
Ia adalah anak panah-anak panah malam yang tak kan meleset,
Akan tetapi ia memiliki masa dan masa itu ada penghujungnya.”
Demikian pelajaran yang dapat kami sampaikan pada pagi hari ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan semoga kita semakin semangat untuk memperbanyak do’a, memohon segala kebaikan di dunia dan akhirat hanya kepada Allah yang Maha Kaya lagi Maha Mampu atas segala sesuatu. Aamiin.
(Madinah Nabawiyyah, 12 April 2016)
Muhammad Wasitho, حفظه الله