عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِى عُمَيْرَةَ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْ أَنَّ عَبْداً خَرَّ عَلَى وَجْهِهِ مِنْ يَوْمِ وُلِدَ إِلَى أَنْ يَمُوتَ هَرَماً فِى طَاعَةِ اللَّهِ لَحَقَّرَهُ فِى ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَوَدَّ أَنَّهُ رُدَّ إِلَى الدُّنْيَا كَيْمَا يَزْدَادَ مِنَ الأَجْرِ وَالثَّوَابِ ».
Dari Jubair bin Nufair dari Muhammad bin Abi ‘Umairah, salah seorang shahabat Nabi, beliau mengatakan, “Andai manusia itu menghabiskan umurnya semenjak lahir sampai mati karena tua renta dalam ketaatan kepada Allah niscaya pada hari Kiamat dia menilai bahwa semua amalnya tersebut tidaklah bernilai dan dia tetap saja berkeinginan untuk bisa kembali ke dunia agar bisa menambah pahala”
[HR Ahmad no 17687, sanadnya dinilai shahih oleh Syuaib al Arnauth]
Aris Munandar, حفظه الله