Ternyata Tidak Semua

Ternyata, tidak semua yang mengajarkan hadits layak disebut ahli hadits & Tidak semua yang mengajarkan Fiqih layak disebut Ahli Fiqih (Faqih).

Anda heran? atau anda penasaran?

Sederhana sobat, karena sebagian yang mengajarkan hadits atau fiqih salah orientasi, dan salah mengambil posisi.
Sebagian orang yang mengajarkan fiqih yang idealnya mengajarkan murid-muridnya berlapang dada dan dapat menyikapi perbedaan pendapat ulama’ dengan bijak, namun ternyata sang guru malah membiasakan muridnya untuk fanatik dengan pendapat yang ia pilih atau ia anggap paling benar, tanpa menyisakan sedikitpun ruang untuk menghargai pendapat ulama’ lainnya, dan bahkan tanpa disadari ia telah mengkondisikan murid-muridnya agar bersikap arogan dan meremehkan semua orang yang berbeda pilihan atau pendapat dengan dirinya.

Dampaknya, murid-muridnya terbiasa kurang adab, mencibirkan, memandang sebelah mata atau bahasa gaulnya hobi nyinyir semua orang yang berbeda pendapat sampaipun orang yang mengikuti pendapat ulama’ yang nyata-nyata lebih alim dibanding gurunya.

Seharusnya pengajar ilmu fiqih menanamkan pada diri murid muridnya etika menghormati seluruh ulama’, husnuzzan dan cinta kepada mereka.

Demikian pula orang yang mengajarkan hadits, seharusnya memiliki orientasi menghapus sikap-sikap fanatik, dan berusaha keras menyatukan ummat islam karena itulah salah satu misi utama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatukan ummat di atas kebenaran, dengan cara berlemah lembut, sabar dan tabah dalam mengajari orang bodoh, menuntun orang lalai dan senantiasa mengedepankan lemah lembut dalam dakwahnya. Allah Ta’ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Ali Imran 159)

Dan setiap kali mengajarkan satu hadits yang berkaitan dengan satu masalah yang diperselisihkan oleh para ulama’, maka seharusnya ia menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan demikian-demikian, dan ini adalah pendapat ulama; ini atau itu. Sedangkan ulama’ lainnya berpendapat lain karena berdasarkan dalil lain ini dan itu, menurutnya lebih kuat, dan masing-masing ulama’ tersebut sama-sama berusaha mengikuti yang benar sesuai kapasistas masing-masing.
Adapun menurut saya pendapat yang paling rajih (kuat) adalah pendapat yang ini. Dan sepatutnya guru hadits atau fiqih menekankan pula bahwa tarjih (menguatkan satu pendapat dibanding pendapat yang lain) adalah bagian dari ranah ijtihad yang bisa saja setiap ulama; berbeda pendapat tentangnya.

Saudaraku! perlu anda ketahui bahwa fanatik adalah penyakit yang bisa saja menjangkiti pelajar ilmu fiqih dan juga pelajar ilmu hadits. Sekedar membaca atau mempelajari hadits atau fiqih tidak serta merta menjadi jaminan bahwa anda terbebas dari penyakit fanatik yang diharamkan dalam agama.

Jangan dikira kalau sudah ngaji shahih Bukhari atau Shahih Muslim pasti bebas dari wabah fanatik! Demikian pula jangan dianggap kala sudah belajar fiqih pasti bebas dari penyakit fanatik dan taasshub.

(Status ini saya rangkumkan dari penjelasan Syeikh Muhammad Jamaluddin Al Qaasimy dalam kitabnya (Islaahul Masaajid min Al Bida’ wa Al ‘Awa’id hal: 130-132)

Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.