Mungkin ucapan “marhaban” ini, amalan yang terlihat sederhana.. Akan tetapi dalam menghidupkan sunnah Nabi -shollallahu ‘alaihi wasallam-, dan mengharapkan pahala dari Allah -jalla wa’ala- sebenarnya tidak ada amalan yang sederhana.. samua akan mendatangkan pahala yang sangat agung di sisi Allah ta’ala.
Ingatlah selalu perkataan seorang ulama salaf: “Betapa banyak amalan kecil, tapi menjadi besar karena niatnya..”
Dalil sunnah ini sangat banyak, diantaranya:
1. Ketika menyambut kedatangan tamu utusan dari Abdul Qois, beliau mengucapkan, “marhaban kepada rombongan..” [HR. Bukhari: 4368].
2. Beliau juga pernah mengatakannya kepada Ummu Hani rodhiyallahu ‘anha : “marhaban, Ummu Hani..” [Shohih Bukhori: 6158].
3. Begitu pula kepada sahabat Ammar bin Yasir, beliau pernah mengatakan: “marhaban kepada orang yang baik dan mulia..” [HR. Ahmad: 2/225].
Dan masih banyak lagi hadits lain yang menjelaskannya.
Saudaraku kaum muslimin, inilah sikap yang harusnya dilakukan kepada sesama saudara kita seiman, menyambut mereka yang bertamu dengan sebaik mungkin.. bukan hanya dengan memberikan hidangan dan tempat tinggal yang pantas bagi tamu, tapi juga dengan tutur kata yang lembut dan memuliakan.
Bukan malah mengusirnya tanpa ada penghormatan sama sekali.. sungguh itu bukan cerminan akhlak ASWAJA.
Jika kita mengaku aswaja, maka harusnya kita menerapkan sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dlm memuliakan tamu, sebagaimana sabda hadits:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya..”
Jika ada yang tidak disukai dari seorang tamu, maka akhlak seorang aswaja bukanlah dengan mengusirnya, tapi dengan menasehatinya dengan santun, lembut, dan penuh adab.. tindakan mengusir hanyalah cerminan kelemahan, baik dari sisi ilmu maupun dari sisi AKHLAK, padahal Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam telah menyabdakan:
“Orang yang paling sempurna imannya, adalah orang yang paling baik akhlaknya..”
Ingatlah saudaraku aswaja, apapun yang engkau lakukan.. Allah pasti akan menolong agama-Nya.. semakin engkau melawan seorang alim ulama yang merupakan wali (kekasih) Allah, maka semakin besar pula pertolongan Allah untuk ulama dan agama-Nya.
Tentu kita ingat sebuah hadits yang sudah sangat masyhur di pendengaran kita:
“siapapun yang mengganggu wali (kekasih)-Ku, maka Aku benar-benar mengumumkan perang kepadanya..”
Dan kepada saudaraku ahlussunnah, teruslah berjuang untuk mendakwahkan agama Allah.. rintangan yang terjadi adalah ujian, jangan sampai kita menghentikan langkah, agar kita berhasil menjalani ujian-Nya.. karena menghentikan langkah, sama saja menggagalkan diri dalam menghadapi ujianNya.. “sungguh dalam kesukaran pasti ada kemudahan..”, Allah mengulanginya hingga dua kali.
Silahkan dishare, semoga bermanfaat…
Ditulis oleh,
Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى