Kaidah Untuk Menjawab Syubhat Amalan Bid’ah

Kaidah untuk menjawab syubhat: “tidak semua yang ditinggalkan Nabi dan para Sahabat, tidak boleh dilakukan..”

=====

Diantara syubhat yang seringkali diulang-ulang untuk membolehkan amalan bid’ah adalah: “Tidak semua yang ditinggalkan Nabi dan para Sahabat, maka harus ditinggalkan di zaman ini.. Sehingga tidak semua ibadah yang ditinggalkan Beliau dan para Sahabat, maka harus ditinggalkan di zaman ini..” misalnya:

1. Kita tidak harus meninggalkan naik mobil dan yang semisalnya .. padahal beliau dan para Sahabat tidak pernah naik mobil.

2. Kita tidak harus meninggalkan mikrofon untuk adzan .. padahal di zaman Beliau dan para Sahabat, tidak pernah ada yang adzan pakai mikrofon.

3. Kita tidak harus meninggalkan shalat Tarawih berjama’ah di masjid hingga akhir Ramadhan .. padahal di zaman Beliau tidak pernah ada Tarawih berjama’ah di masjid dari awal sampai akhir Ramadhan.

4. Kita tidak harus meninggalkan belajar bahasa Arab agar bisa memahami Ayat Allah dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

SANGGAHAN:
Memang tidak semua yang ditinggalkan Nabi dan para Sahabat harus ditinggalkan di zaman ini .. Tapi semua amalan yang memenuhi EMPAT SYARAT berikut ini, maka harus kita tinggalkan di zaman ini:

1. Dia merupakan amalan ibadah.
Jika bukan ibadah, maka pada asalnya boleh dilakukan.. makanya naik mobil dan sejenisnya boleh dan tidak harus kita ditinggalkan di zaman setelahnya.

2. Dimampui oleh Nabi dan para Sahabat.
Bila tidak dimampui oleh Beliau dan para Sahabat, maka tidak harus ditinggalkan di zaman setelahnya.. makanya menggunakan mikrofon dibolehkan, karena tidak ada yang bisa adzan menggunakan mikrofon di zaman itu.

3. Tidak ada penghalang untuk melakukannya di zaman Nabi.
Bila ada penghalang untuk melakukannya di zaman Beliau, maka tidak harus ditinggalkan ketika penghalangnya sudah hilang.
Makanya, kita tidak harus meninggalkan shalat Tarawih di masjid secara berjama’ah dari awal Ramadhan hingga akhir ramadhan .. karena dahulu Beliau tinggalkan itu disebabkan adanya penghalang, yaitu kekhawatiran Allah mewajibkannya, padahal beliau tidak ingin memberatkan umatnya.. dan setelah Beliau wafat, kekhawatiran itu sudah tidak ada lagi.

4. Ada kebutuhan / dorongan untuk melakukannya di zaman Nabi dan para Sahabat.
Jika tidak ada kebutuhan / dorongan untuk melakukannya di zaman Beliau dan para Sahabat, padahal setelah itu ada kebutuhan / dorongan untuk melakukannya, maka tidak harus ditinggalkan.
Makanya, kita tidak harus meninggalkan belajar Bahasa Arab, karena Beliau dan para Sahabat tidak perlu belajar Bahasa Arab, karena itu bahasa mereka sendiri.


Intinya:
Bila 4 syarat di atas ada pada suatu amalan.. dan ternyata tidak dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat, maka berarti amalan itu harus ditinggalkan, dan bila dilakukan jadinya bid’ah.

Sebaliknya bila salah satu dari empat syarat ini tidak terpenuhi, maka amalan itu tidak harus ditinggalkan, kecuali ada dalil lain yang menunjukkan tidak bolehnya, wallahu a’lam.

Silahkan dishare .. semoga bermanfaat dan Allah berkahi, amin.

Ditulis oleh,
Ustadz DR Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.