Ramadhan Bersama Ulama Salaf Dalam Memanfaatkan Waktu

Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, حفظه الله تعالى

Bismillah. Generasi ulama as-salafus sholih merupakan generasi yang paling agung dan utama dari umat Islam sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka adalah generasi yang paling lurus aqidah dan manhajnya, paling baik ibadah dan akhlaknya, serta paling semangat dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Abdullah bin mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Barangsiapa yang ingin mengambil teladan, maka teladanilah petunjuk orang-orang mukmin yang telah meninggal dunia (yakni Nabi shallallahu alaihi wasallam bersama para sahabat, pent), sebab orang yang masih hidup Tidak (ada jaminan) aman Dari tertimpa fitnah (syahwat maupun syubhat, pent).” (Lihat Tafsir Al-Baghowi I/284, I’lamul Muwaqqi’iin karya Ibnul Qoyyim II/202-203, Ighotsatul Lahfan I/159, Madarijus Salikin III/436).

Jadi, dalam memahami dan mengamalkan syari’at Islam yang sempurna ini, hendaknya kita meneladani dan menggabungkan diri kita hanya bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, para sahabat, dan para ulama sunnah yang setia mengikuti jejak mereka dengan baik dan benar. Bukan dengan cara ikut-ikutan dan menggabungkan diri bersama Si fulan dan Si Alan, atau kelompok ini dan kelompok itu.

Berikut ini adalah perkataan para ulama salaf dalam menyikapi waktu.

1. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidaklah aku menyesal terhadap sesuatu sebagaimana menyesalku ketika pada hari yang matahari telah tenggelam sementara umurku berkurang padahal amalanku tidak bertambah pada hari itu.”

2. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata: “Para penghuni Surga tidaklah menyesal melainkan karena suatu waktu yang pernah mereka lalui (ketika di dunia) tanpa berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla.” (Lihat Al-Wabilu Ash-Shoyyib, Hal.59).

3. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya setiap majlis yang mana seorang hamba Tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka majlis itu akan menjadi penyesalan baginya pada hari Kiamat.” (Lihat Al-Wabilu Ash-Shoyyib, Hal.59).

4. Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata: “Wahai anak Adam! Waktu siangmu adalah tamumu, maka berbuat baiklah kepadanya, karena sesungguhnya jika kamu berbuat baik kepadanya, dia akan pergi dengan memujimu, dan jika kamu bersikap jelek padanya, maka dia akan pergi dalam keadaan mencelamu, demikian juga waktu malammu.”

5. Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata: “Dunia itu ada tiga hari:
(1) Adapun kemarin, maka dia telah pergi dengan amalan-amalan yang kamu lakukan padanya,
(2) Adapun besok, mungkin saja kamu tidak akan menjumpainya lagi,
(3) Dan adapun hari ini, maka ini untukmu, maka beramallah pada saat itu juga.”

6. Mu’awiyah bin Qurroh rahimahullah berkata: “Manusia yang paling berat penghitungan amalnya pada hari kiamat ialah orang sehat yang memiliki waktu luang (namun ia tidak menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat, pent).”. (Lihat Iqtidhoul ‘Ilmi Al-’Amal, Hal.103).

7. As-Suri bin Al-Muflis rahimahullah berkata: “Jika kamu merasa sedih karena hartamu berkurang, maka menangislah karena berkurangnya umurmu.”

8. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Menyia-nyiakan waktu itu lebih dahsyat daripada kematian. Karena Menyia-nyiakan waktu Akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian itu hanya akan memutuskanmu dari kehidupan dunia dan para penghuninya.” (Lihat Al-Fawa’id, Hal.44).

Demikian Faedah Ilmiyah pada hari ini. Semoga kita bisa meneladani generasi as-Salafus Sholih dalam memanfaatkan sisa umur kita di dunia ini dengan sebaik-baiknya.

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.