Semua orang sepakat, bahwa hanya kontraktor bangunan yang berkompeten untuk “berbicara” tentang membangun bangunan”, hanya arsitek saja yang berkompeten untuk “berbicara” tentang desain suatu bangunan, hanya dokter ahli bedah sajalah yang berkompeten untuk “berbicara” atau berkata “menurut saya” tentang pembedahan.
Jika ada seorang alim ulama yang hafal al-qur’an dan hadits-hadits, serta menguasai ilmu ushul fiqih dan mustolah hadits serta ilmu-ilmu agama yang lain, akan tetapi ulama ini hendak ikut serta dalam ruang operasi, ikut mengotak-ngatik tubuh pasien, atau ikut nimbrung dalam kotruksi bangunan, bahkan ngeyel mempertahankan pendapatnya, bahkan berani berkata “menurut saya” pasien harus dibedah ini dan itunya….tentu semua orang akan mengatakan ini ulama berbicara bukan pada tempatnya, meskipun ia seorang ulama.
Perhatikan…, padahal ulama ini berbicara tentang perkara dunia (pembedahan dan kontruksi bangunan), itu saja ditentang oleh semua orang yg waras.
Lantas bagaimana dengan zaman sekarang ini, yang banyak orang berani berbicara, bahkan hobi memberi komentar, berkata “menurut saya…” tentang permasalahan-permasalahan agama…tentang hukum-hukum Allah…, tentang akhirat…, padahal sama sekali Nol Besar dalam bidang agama….
Jika ada Doktor Kimia, atau Prof Ahli Bedah berbicara tentang fiqih agama, padahal tidak paham tentang literatur keagamaan maka tentu ini adalah profesor yang tidak tahu diri, dan tidak ngaca diri.
Silahkan berkata “Menurut Saya”…akan tetapi hendaknya ngaca sebelum menyatakan demikian…
Nabi bersabda “Jika diserahkan suatu perkara kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah tibanya hari kiamat”
Firanda Andirja, حفظه الله تعالى