Wahai Saudaraku…
Jika amalan tidak menemukan jalan penghubung menuju hati, maka amalan itu tidak akan sampai pada hati, sehingga jiwalah yang akan menguasainya…
Meskipun ia terlihat beramal shalih, akan tetapi amalannya tidak sampai pada hatinya…
Terlihat pemilik jiwa itu menjadi orang yang paling zuhud, paling rajin beribadah, paling serius atau bersungguh-sungguh, namun pada hakikatnya ia menjadi orang yang paling jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla…
Malamnya shalat tahajjud, bahkan pada bulan Ramadhan tapi tetap saja ia membuka auratnya atau melihat aurat orang lain di pagi hari…
Siang harinya berpuasa, bahkan di bulan Ramadhan tapi tetap saja ia mengghibah di malam hari…
Dia membaca al-Qur’an, bahkan bisa khatam di bulan Ramadhan namun tetap saja ia tidak bisa meninggalkan perbuatan buruknya dengan merokok…
Dia selalu berdzikir kepada Allah, namun tetap saja bermaksiat kepada-Nya…
Dia shalat tapi tetap saja tidak dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar…
Dia berdzikir tapi tetap saja tidak ada pengaruh dzikir yang seharusnya bisa mengusir syaithan…
Dia mendengarkan nasihat di majelis-mejelis ilmu atau membaca nasihat melalui hp dengan WA dll, dan matanya pun hampir meneteskan air mata, tapi ketika keluar dari rumah dan masjid, maka pertama kali yang dia lakukan adalah memandang para wanita yang memamerkan auratnya…
Kenapa ini bisa terjadi…! Lalu apa penyebabnya…!
Jawabannya adalah :
Sesungguhnya pada saat dia mengamalkan suatu amalan, maka amalannya tidak sampai menembus pada hatinya…
Perkataan yang dia dengar dan yang dia baca hanya berlalu di bagian luar hatinya saja…
Sehingga ketika hawa nafsu menyerangnya, kembalilah dia kepada maksiatnya. Saat itulah dia lupa akan segala sesuatu yang telah diketahuinya…
Inilah zaman ketika seseorang lebih sibuk dengan hawa nafsunya tetapi dibungkus dengan “Bungkusan Ilmu”, seakan-akan sedang membela ilmu padahal sebenarnya ia sedang membela hawa nafsunya…
Jika amalan telah merasuk ke dalam hati niscaya dia akan menetap di dalamnya, lalu akan sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala…
Maka Allah ridho terhadapnya, lalu Dia pun mengambil ubun-ubun dan hatinya kepada-Nya…
Sehingga dengan itu ia pun akhirnya
mampu untuk bertaqwa…
mampu untuk istiqomah…
mampu untuk bersabar…
mampu senantiasa ikhlas…
mampu untuk bersungguh-sungguh…
mampu menjauhi dosa dan maksiat…
mampu menjadikan akhirat selalu berada di hatinya dan dunia selalu berada di tangannya…
selalu mendahulukan Allah dan Rasul-Nya…
selalu mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah…
Wahai Saudaraku…
Derajat yang tinggi di sisi Allah tidak akan diraih kecuali setelah bersungguh-sungguh…
Sungguh-sungguh tidak akan ada kecuali setelah adanya rasa takut…
Rasa takut tidak akan ada kecuali setelah adanya keyakinan…
Keyakinan tidak akan ada kecuali setelah adanya ilmu…
Ilmu tidak akan ada kecuali setelah belajar…
Belajar sulit dilakukan jika tanpa adanya niat yang lurus, tekad yang kuat dan semangat yang tinggi…
Sungguh mengherankan sekali…
Bulan Ramadhan sedang dilewati…
tapi tetap saja tidak terbukanya hati untuk kembali takut dan harap serta bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla…!
Wahai Saudaraku…
Janganlah engkau yakin, bahwa diri-diri ini sudah menjadi shalih…
Adakah engkau tahu bahwa shalat, puasa, shadaqah dll amal ibadah itu sudah diterima…?
Adakah engkau tahu bahwa maksiat yang pernah engkau lakukan itu sudah mendapatkan ampunan dari Allah…?
Adakah engkau tahu bahwa taubat yang engkau laksanakan sudah diterima oleh Allah…?
Orang-orang menangisi seseorang yang tubuhnya mati, tetapi tidak menangisi orang yang hatinya telah mati. Padahal kematian hati sejatinya lebih berat dan musibah yang lebih dahsyat…
Tetapi memang, “Tidaklah Luka Menyakiti Orang Yang Sudah Mati…”
Allah Ta’ala berfirman :
“…Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al-Hajj [22]: 46)
Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى