Hidayah Di Tangan Allah

SEKUAT apapun hujjah kita, tetap saja HIDAYAH itu di tangan Allah.. maka berusahalah semampunya, lalu serahkanlah hasilnya kepada Allah.

=======

Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- mengatakan:

Pernah terjadi debat antara aku dengan seorang ulama ahli kitab, hingga diskusi itu sampai pada topik bahwa Kaum Nasrani telah mencela Robb semesta alam dengan celaan yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun.

Ku katakan kepada mereka: “Dengan pengingkaran kalian kepada kenabian Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam- berarti kalian telah mencela Allah ta’ala dengan celaan yang paling parah..”

Dia mengatakan: “Bagaimana bisa seperti itu..?”

Ku katakan:
“Karena kalian beranggapan bahwa Muhammad adalah raja lalim, bukan rosul tepercaya. Bahwa dia keluar menawarkan (agamanya) kepada manusia dengan pedangnya, lalu dia menghalalkan darah, wanita, dan anak-anak mereka.

Tidak hanya itu, bahkan hingga dia berdusta atas nama Allah dan mengatakan, ‘Allahlah yang menyuruhku melakukan ini dan membolehkannya untukku..’ padahal sebenarnya (menurut kalian) Allah tidak menyuruhnya dan tidak membolehkannya.

Dia (Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam-) mengatakan, ‘Aku mendapatkan wahyu..’ padahal (menurut kalian) dia tidak mendapatkan wahyu sedikitpun.

Dia (Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam-) mengganti sendiri syariat para nabi, membuang dari syariat itu apa yang dia kehendaki dan menetapkan darinya apa dia kehendaki. Dan dia menyandarkan semua itu kepada Allah.

Maka, ada dua kemungkinan, Allah ta’ala melihat dan mengetahui itu semua atau tidak.

Jika kalian katakan: ‘Itu semua tidak diketahui dan tidak dilihat Allah..’ berarti kalian menyandarkan sifat bodoh dan dungu kepada-Nya, dan itu termasuk celaan paling buruk.

Jika kalian katakan: ‘Itu semua diketahui Allah..’ (maka ada dua kemungkinan): Allah mampu untuk menghentikan dan melarangnya dari tindakannya itu atau tidak.

Jika kalian katakan: ‘Allah tidak mampu menghentikannya..’ berarti kalian menyandarkan sifat lemah kepada-Nya.

Jika kalian katakan: ‘Allah mampu menghentikannya, tapi tidak melakukannya..’ berarti kalian menyandarkan sifat tolol dan zalim kepada-Nya.

Dan inilah keadaan beliau (Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam-), dari semenjak dia muncul (sebagai nabi) hingga Robbnya mewafatkannya, Dia mengabulkan do’anya, memberikan hajat-hajatnya, bahkan tidaklah ada musuh melainkan Allah menjadikan beliau menang atasnya.

Dan inilah keadaan beliau (Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam-), dari semenjak dia muncul (sebagai nabi) hingga Allah ta’ala mewafatkannya, seiring berjalannya siang dan malam beliau semakin tenar, semakin tinggi, dan semakin mulia. Sebaliknya keadaan musuhnya semakin hari semakin hina dan sirna. Semakin hari kecintaan para hamba kepada beliau semakin bertambah, dan Robbnya menguatkannya dengan berbagai macam cara.

Inilah orang yang menurut kalian termasuk musuh Allah yang paling jahat, dan paling berbahaya bagi manusia. Celaan apa yang melebihi ini terhadap Robbul alamin..?! Penghinaan apa yang lebih parah dari ini semua..?!

Maka, orang tersebut menerima sebagian dari keterangan ini, dan dia mengatakan:
“Tidak mungkin kami mengatakan terhadap Allah ini semua, bahkan beliau (Muhammad) adalah seorang nabi tepercaya, siapapun yang mengikutinya menjadi bahagia, dan setiap orang yang obyektif dari kami akan berikrar seperti ini dan mengatakan: para pengikutnya adalah orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akherat..”

Aku pun mengatakan: “Lalu apa yang menghalangimu untuk ikut mendapatkan kebahagiaan itu..?”

Dia mengatakan: “Begitu pula pengikut seluruh nabi, para pengikut Nabi Musa juga bahagia..”

Aku katakan: “Jika kamu mengakui bahwa beliau (Muhammad -shollallohu ‘alaihi wasallam-) adalah nabi tepercaya, dan dia telah mengkafirkan siapapun yang tidak mengikutinya, maka bila kamu membenarkannya dalam hal ini, harusnya kamu mengikutinya.

Tapi jika kamu mendustakannya dalam hal ini, berarti dia bukanlah nabi tepercaya, lalu bagaimana para pengikutnya adalah orang-orang yang bahagia..?!

Maka dia pun tidak bisa menjawab, dan mengatakan: “Kita bicarakan yang lain saja..”

[Mukhtasor Showa’iq Mursalah, hal: 56]

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny Lc, حفظه الله تعالى

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.