Tiga kata ini sekilas nampak sama, namun sejatinya jauh berbeda.
Anda resah sehingga anda tidak tenang, terus terbebani pikiran anda, sehingga karena resah anda menjauh atau menyendiri, untuk mencari ketenangan.
Dan karena takut, anda menjauh alias tidak berani menghadapi dan bisa jadi karena terlalu takut anda menyerah lalu mengikuti apa saja yang diinginkan oleh orang yang anda takuti.
Sedangkan anda waspada, karena anda menyadari bahwa ada bahaya yang mengancam diri anda, sehingga anda mempersiapkan diri dengan perbekalan yang dapat digunakan untuk mencegah bahaya atau melawan bahaya tersebut. Tidak ada rasa gentar atau takut, bahkan sebaliknya anda optimis mampu mengalahkan mara bahaya yang mengancam diri anda.
Bagaikan hujan anda tidak takut hujan yang akan turun, dan tidak pula resah, karenanya anda tetap beraktifitas seperti sedia kala, pergi ke pasar, ke kantor, menghadiri pengajian dan lainnya, Hanya saja anda bersikap waspada dengan sedia payung sebelum datangnya hujan, atau anda mengendarai kendaraan dan tidak mengendarai sepeda motor.
Dan kalaupun anda bersepeda motor maka anda persediaan mantel hujan, guna melindungi diri anda agar tidak basah kuyub terkena air hujan.
Paham komunis dan syi’ah sedang gencar-gencarnya dijajakan di negri ini, indikatornya jelas dan bukti-buktinya nyata, hanya orang yang menutup mata saja yang tidak dapat melihatnya atau menutup telinganya yang tidak dapat mendengarnya.
Sebagai orang yang beriman anda gentar ? Tentu saja tidak, karena anda percaya bahwa ajaran mereka adalah sesat sedangkan anda berjiwa mujahid, siap mengorbankan jiwa, raga harta dan segala isi dunia demi tegaknya Islam dan runtuhnya kekufuran.
Namun salahkah bila anda merasa resah dan kemudian mewaspadai penyebaran paham komunis dan syi;ah di tengah tengah ummat Islam. Karena resah maka selanjutnya anda bersikap waspada, dengan mengajarkan Islam yang benar agar masyarakat imun alias kebal dan tidak mudah terpengaruh dengan kedua paham sesat tersebut.
Setiap muslim wajib resah dengan menyebarnya kemungkaran apalagi kekufuran. Pengamen yang gumbrang gambreng di depan rumah saja meresahkan anda apalagi para penjaja kekufuran. Pemulung yang suka mencuri barang masyarakat saja menyebabkan anda resah, masak anda tidak resah dengan merajalelanya komunisme dan syi’ah? aneh bin ajaib itu namanya.
Sebagai orang yang beriman, anda perlu waspada, karena bisa jadi kedua paham sesat nan kufur tersbeut mengancam diri anda, keluarga anda, kerabat anda atau masyarakat anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان . رواه مسلم
Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran, hendaknya ia merubahnya (mencegahnya) dengan kekuasaannya ; jika ia tak kuasa, maka ia merubahnya dengan lisannya (ucapannya) ; dan jika ia tak kiasa , maka ia merubahnya dengan hatinya (membenci dan menjauhinya) , dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. (Muslim)
Namun keresahan anda dan kewaspadaan anda tidak sepatutnya berlebihan, menjadikan anda panik, hingga keluar dari aturan agama anda atau menghalalkan segala macam cara.
Resah dan waspada bukan berarti takut atau gentar dan layak menjadi alasan untuk berubah haluan dari syari’at Islam atau sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semuanya dilaksanakan secara proporsional, karena tidak bijak bila mewaspadai hujan dengan membawa tenda, namun bawalah payung, atau mewaspadai sengatan nyamuk dengan membawa senapan otomatis atau meriam. Sebaliknya juga demikian salah besar bila mewaspadai serangan srigala bila anda bersenjatakan raket penepuk nyamuk atau lalat, mewaspadai banjir bandang namun anda hanya berbekalkan balon udara.
Resah dan waspada adalah cambuk untuk berjuang mengingkari kemungkaran dan menebarkan kebenaran. Wallahu Ta’ala A’alam bisshowab
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى